07. +1 Point For Max

408 56 0
                                    

"Max, aku bahkan baru meninggalkanmu selama 30 Menit," ucap Valentine kepada teleponnya.

Valentine baru saja pulang ke apartemennya dan Max sudah menelponnya berkata ia merindukan Valentine? Yang benar saja! Valentine tidak mengerti apa yang sudah ia perbuat sampai-sampai Max menjadi sangat menempel padanya.

Valentine bahkan tidak terlalu modis seperti keluarga Max. Ah sial, Valentine menjadi insecure begitu melihat Grandma Vivienne yang terlihat sangat kece diusianya yang sudah tidak muda lagi. Meskipun Valentine tergolong mempunyai keluarga berada tapi Max's wealth is far above her.

Lebih baik Valentine melakukan tujuan utamanya untuk pulang apartemennya yaitu membawa baju untuk dipakai ke acara Grandma Vivienne dan mengambil laptopnya, semuanya tugasnya sudah meminta untuk dikerjakan.

Valentine mengambil dress putihnya dari lemari dan memasukkannya bersama barang lain yang ia perlukan untuk nanti karena ia harus segera kembali ke apartemen Max sebelum pemuda itu menyeretnya keluar.

"Wait, what? Why are you here?" tanya Valentine begitu melihat Max sudah terduduk manis diruang tamunya, "MAX??? HOW DO YOU KNOW MY APARTMENT PASSWORD???"

"Sayang, jangan teriak-teriak," kata Max menuntun Valentine yang masih terkejut untuk duduk dipangkuannya, "I miss you," lanjut Max yang jujur membuat Valentine merinding.

"Jangan panggil aku sayang, Max, we're not a lovebirds, remember?"

Yea, Val. We need certainty!

Perlu diingat hubungan Max dan Val yang masih mengawang-ngawang seperti awan, belum ada kejelasan diantara keduanya dan Max sepertinya akan segera melamar Valentine untuk menjadi istrinya.

Max memeluk Valentine erat dan meletakkan kepalanya dibahu perempuan itu, menghirup leher Valentine yang sangat harum, "Then, let's get married."

Valentine terkekeh pelan, segampang itu uncle-uncle ini mengajaknya menikah, "Aku nggak mau nikah sama om-om."

Duar sekali. Max mengerutkan keningnya kesal kemudian membawa Valentine menghadapnya, "Saya? Saya om-om yang kamu maksud, Val?" dan Valentine mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi om-om seperti saya bisa bikin kamu mendesah keenakkan kan, Val?" tanya Max.

Max 1 - 0 Val

"Shut it out, Val. Let me work on it."

Seseorang tolong selamatkan Valentine,.. Please. Valentine menyesal berbicara seperti itu kepada om-om mesum seperti Max, habis sudah tubuhnya digempur sore ini. Valentine merasa detak jantungnya berdegup kencang ketika Max mulai menciumi lehernya. Tangannya yang besar dan hangat mulai menjelajahi tubuhnya, membuat Valentine semakin tidak bisa berpikir jernih.

"Max, stop... Please," ucap Valentine dengan napas terengah-engah, mencoba menghentikan Max yang semakin mendekat, dan tentu saja Max tidak dengarkan.

Max & ValTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang