05. As You Wish, Val 🔞

709 59 0
                                    

Valentine perlahan membuka matanya begitu merasakan tangannya mati rasa. Begitu matanya terbuka sempurna, Valentine melihat Max sedang tertidur memeluk pinggang rampingnya dengan nyaman. Valentine harus mengakui bahwa ketampanan Max patut diacungkan keempat jempol yang ia punya.

Valentine bergerak merapikan rambut Max yang berantakan, matanya turun ke bibir Max yang berwarna pink lalu mengusapnya pelan. Valentine memejamkan matanya menyesal dengan perbuatannya, namun saat membuka matanya, Max sudah menatapnya dengan pandangan yang sulit Valentine artikan.

"What are you doing?" tanya Max membuat Valentine gugup setengah mati.

"No-nothing," jawab Valentine terbata.

Max bergerak menarik Valentine untuk bangun dan mendudukkan perempuan itu dipangkuannya, "Nothing like swiping my lips, eh?"

"Om..." panggil Valentine pelan nan lirih.

Tangan Max sudah berada dikedua pipi Valentine yang memerah karena malu, "May I?" tanya Max.

Valentine mengangguk pelan dan memejamkan matanya begitu Max mulai mendekat dan menempelkan bibir mereka. Tidak ada pergerakan sampai Valentine menggerakkan bibirnya, ia melumat bibir bawah Max yang begitu menggiurkan. Max tersenyum di sela ciumannya, membalas lumatan Valentine tidak kalah menggebu. Tangan pria itu bergerak meremas pinggang Valentine dan membuat perempuan pirang itu mendesah pelan.

"Max.." desah Valentine pelan tanpa embel-embel Om, memukul dada pria itu tanda kehabisan napas.

"Max? Just Max? Sounds so sexy, Val."

Valentine tidak menanggapi perkataan Max, ia sibuk mengambil napas sebanyak-banyaknya begitu dibuat kehabisan napas. Tanpa waktu lama Max kembali melumat bibir Valentine dan menjatuhkan tubuh mereka ke sofa. Max melepas bajunya, memperlihatkan perut six-pack hasil gymnya setiap hari kepada Valentine. Tangan Valentine bergerak mengelus perut berotot milik Max, membuat Max memejamkan matanya menikmati sentuhan Valentine.

"You like it, Val?" tanya Max.

Valentine menggelengkan kepalanya, "I love it."

Max bergerak turun membuka tanktop Valentine, meraba kedua payudara Valentine yang sangat pas di kedua tangannya. Max menjilat puting Valentine yang sudah mengeras, mengulumnya sembari memilin yang satunya menggunakan tangan.

"Ahhh," desahan Valentine kembali lolos, tubuhnya melengkung keatas akibat kenikmatan yang ia rasanya. Tangan Valentine bergerak meraba celana Max yang mengembung, mengelusnya dari luar membuat Max meringis.

"Not yet, Val."

Max bergerak turun ke dalam paha Valentine, menarik celana coklat perempuan itu membuat celana dalam hitamnya terlihat. Max mencium milik Valentine, mengusapnya dari luar sembari melihat ekspresi perempuannya dibawah sana. Ya, perempuannya.

Valentine mengigit bibir bawahnya. Max tersenyum senang dan merobek celana dalam Valentine lalu membuangnya sembarangan. Milik Valentine berwarna merah muda, terdapat bulu-bulu halus seperti habis dicukur dan Max sangat menyukainya.

"Are we gonna do it... on sofa?" tanya Valentine.

Max langsung membawa Valentine menuju kamarnya dan menurunkan perempuan itu diatas kasur. Max kembali mencium Valentine sembari memasukkan satu jarinya ke dalam inti tubuh Valentine.

"OuuuHhh," desah Valentine yang sepertinya sudah mencakar punggung Max.

"Yes, Val. Moan for me."

"Max!" desah Valentine semakin kencang saat merasakan dirinya akan mendapatkan orgasme pertamanya.

"What babe? What do you want? Tell me."

"Fuck me!" pekik Valentine sedikit berteriak.

"Oh God, Valentine. I'll fuck you as you want."

Max mulai melepaskan celananya, membiarkan Valentine melihat dirinya secara utuh. Max menatap Valentine dengan intens, memastikan bahwa ini adalah sesuatu yang mereka berdua inginkan. Valentine mengangguk, mengundang Max untuk lebih dekat. Max memasuki Valentine dengan lembut, memastikan bahwa setiap gerakan memberikan kenikmatan maksimal.

Dengan setiap desahan dan gerakan, mereka berdua terhanyut dalam kebahagiaan yang tak terlukiskan. Valentine merasakan tubuhnya bergetar, mencapai puncak kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Max & ValTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang