Valentine tengah marah-marah dihadapan Max sehabis mereka melakukan kegiatan panas sore ini. Bagaimana bisa Max meninggalkan bekas kemerahan diseluruh dadanya dan malamnya mereka akan menemui Grandma Vivienne?
"Saya minta maaf, Val," kata Max yang sudah lelah mendengar ocehan Valentine yang tiada henti, "Sini saya obati."
Tentu saja Valentine berjalan mendekat kepada Max berharap bekas itu bisa hilang secepat kilat namun nyatanya pemuda malah menciumi bekas itu yang membuatnya semakin memerah.
"Fuck you, Max!"
"Then, fuck me, Val."
Valentine berjalan ke meja riasnya dan berusaha menutup bekas kemerahan ulah Max dengan concealer yang sepertinya akan memakan waktu yang lama, untungnya sekarang masih jam enam. Setelah memakai baju formalnya, Max berjalan mendekati Valentine. Tangannya bergerak mengepang rambut pirang panjang Valentine.
"Cantik," kata Max melihat penampilan Valentine dari cermin.
"I know."
"I like confident woman."
💐🍪💐🍪💐🍪
"Nyonya," panggil seorang pelayan kepada Vivienne.
Vivienne yang sedang membaca majalah itu mendongak menatap pelayannya yang tengah menunjuk ke arah ruang tamu, "Tuan muda sudah datang bersama seorang perempuan."
Vivienne dengan cepat melipat majalahnya, meletakkannya di samping, dan berdiri dari kursinya. Dia menata rambutnya sebentar sebelum berjalan menuju ruang tamu, diikuti oleh pelayan yang memberikan panggilan itu.
Ketika Vivienne tiba di ruang tamu, dia melihat Max yang duduk di sofa dengan seorang wanita di sampingnya. Wanita itu tampak cantik dengan gaun putih yang elegan, dan senyumnya yang hangat menyapa Vivienne saat dia mendekat.
"Selamat malam, Grandma," sapa Valentine dengan ramah.
Vivienne tersenyum dan meraih tangan Valentine dengan ramah, "Senang bertemu denganmu lagi, Val. Silakan duduk, kamu ingin minum apa?"
Valentine mengucapkan terima kasih dan mereka semua duduk bersama di ruang tamu. Vivienne menanyakan tentang perjalanan mereka dan mereka mulai berbincang-bincang dengan riang. Pelayan yang memanggil Vivienne sebelumnya menghadirkan minuman untuk mereka, dan suasana yang hangat dan ramah mengisi ruangan.
"Kamu sudah bekerja, Val?"
"Belum, Grandma. Aku masih kuliah."
"Grandma tidak kaget sih, jelas-jelas kamu jauh lebih muda dari Max."
Valentine menahan tawanya, padahal Max hanya diam saja namun ia tetap terkena disindir oleh Vivienne. Tidak berlangsung lama, Phoenix keluar dari ruang kerjanya.
"Siapa wanita cantik ini, sayang?" tanya Phoenix sembari memakai kacamatanya, bertanya kepada Vivienne.
"Pacar cucumu." Uhuk, Valentine belum terbiasa dengan panggilan tersebut. Apalagi Max belum memintanya secara resmi untuk menjadi pacarnya. Tapi bukankah menurut kalian mereka perlu mengenal lebih jauh lagi? Is it too early for love?
"Selamat malam, Grandpa. Aku Valentine," sapa Valentine dengan senyum manisnya.
"Malam Valentine, kau sudah makan malam?" tanya Phoenix lalu menoleh ke Vivienne, "Sayang, ayo kita makan malam bersama. Max, ajak pacarmu ke meja makan."
Max juga merasa sedikit kaku dengan situasi ini, tetapi dia dengan cepat bangkit dari kursinya dan mengulurkan tangannya kepada Valentine, "Ayo sayang," katanya dengan senyum lembut.
Vivienne tersenyum melihat interaksi antara mereka. Mereka kemudian berjalan bersama menuju ruang makan, sambil berbincang-bincang tentang topik-topik ringan. Max duduk di samping Valentine, menikmati momen kebersamaan ini. Ia merasa senang melihat Valentine berinteraksi dengan keluarganya, dan dia berharap bahwa hubungan mereka dapat berkembang dengan baik di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Val
FanfictionAwalnya Max tidak ingin memiliki pacar dalam waktu dekat, namun karena pertemuan tidak disengajanya dengan Valerie membuat hatinya bergejolak. ©2024, written by neverraven.