18. Vincent's Plan

302 54 7
                                    

"KAKAK!!!" pekik adik laki-laki Valentine melalui sambungan telepon.

Valentine yang sedang duduk di kelas, terkejut dan langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia mengusap telinganya yang berdengung sambil mengerutkan kening. "Vince, what the hell. Stop yelling! Aku nggak budek," ujarnya dengan nada kesal, sembari segera bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas untuk mencari tempat yang lebih tenang.

Valentine keluar ke koridor yang lebih sepi, menempelkan kembali ponselnya ke telinga. Di ujung sana, Vincent terkekeh kecil, suaranya kembali normal, "Maaf, Kak," ucapnya dengan nada ceria, "Tapi aku punya kabar bagus!"

Valentine menghela napas, mencoba meredakan kekesalannya, "Kabar apa? Sampe harus teriak segala," tanyanya sambil tersenyum tipis.

"Aku udah libur panjang!" Vincent hampir tidak bisa menahan kegembiraannya, "Dan aku bakal ngabisin waktu liburanku sama kakak!"

Valentine terdiam sejenak, terkejut dengan antusiasme Vincent. Senyum di wajahnya perlahan melebar, "Oh, really? Kamu serius mau ngabisin liburan sama aku?" tanyanya dengan nada yang lebih lembut.

"Yup! Aku udah lama banget nggak ketemu kakak, jadi aku mau ke sana! Kita bisa jalan-jalan bareng, makan di tempat-tempat enak, dan mungkin juga bisa main ke tempat seru," tambah Vincent dengan semangat.

Valentine merasa hatinya hangat mendengar itu, "That sounds amazing, Vince. I'd love to spend the holiday with you," jawabnya tulus, "Kita bisa rencanain apa aja yang mau kita lakukan. Aku juga kangen sama kamu."

Vincent bersorak di ujung sana, senang karena rencananya disambut dengan antusias, "Awesome! Aku nggak sabar buat ketemu, tunggu aku di sana ya!"

Valentine tertawa kecil, perasaan hangat menyelimuti hatinya, "Aku juga nggak sabar, Vince. See you soon!"

Tidak berselang lama ponsel Valentine berbunyi notifikasi pesan dari ibunya.

Tidak berselang lama ponsel Valentine berbunyi notifikasi pesan dari ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐🍪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐🍪

Valentine menatap khawatir ke arah Max yang tengah duduk di ruang TV, memegang ponsel dengan ekspresi serius. Di depannya, secangkir kopi hangat yang baru saja dibuatkan oleh Valentine mengeluarkan aroma yang menenangkan, namun tidak cukup untuk meredakan kegelisahan yang dirasakan oleh perempuan itu. Max berusaha tetap tenang, tapi Valentine bisa melihat ketegangan di wajahnya.

"Jadi, Maximilian, benar?"

"Benar, Om. Senang bisa ngobrol dengan Om."

"Saya cuma mau ngobrol santai aja, soal kamu dan Valentine. Saya harap kamu nggak terlalu sibuk di sana."

"Nggak, Om. Silakan tanya apa saja."

"Oke, kamu sudah berapa lama berpacaran dengan Valentine?"

"Sekitar enam bulan, Om."

"Enam bulan ya? Lumayan juga. Apa yang bikin kamu tertarik sama anak saya?"

"Valentine sangat special untuk saya, Om. Dia pintar, mandiri, dan selalu buat saya nyaman."

"Hmm, saya bisa ngerti itu. Dia memang anak yang baik. Tapi saya ingin tahu, apa pekerjaan kamu sekarang atau kamu masih kuliah juga? Dan gimana rencananya ke depan?"

"Saya bekerja di brand keluarga saya, Om. Hawthorne."

"Brand fashion? Tunggu... Kamu yang punya Hawthorne? Itu kan salah satu brand besar yang lagi naik daun sekarang?"

"Iya, Om. Itu brand punya kakek saya, saya sekarang dipercaya untuk melanjutkan."

"Wah, saya nggak nyangka. Itu luar biasa, Max. Saya pernah dengar banyak tentang brand itu."

"Terima kasih, Om."

"Baiklah. Saya cuma mau pastikan kalau kamu nggak main-main sama Valentine."

"Saya nggak main-main, Om."

"Kalau begitu, saya senang dengarnya. Saya berharap kamu bisa terus menjaga hubungan ini dengan baik. Valentine layak mendapatkan yang terbaik."

"Terima kasih, Om. Saya akan terus berusaha untuk menjaga Valentine dan membuatnya bahagia."

"Oke, Max. Saya akan kasih kalian kesempatan, tapi saya tetap awasi kalian ya. Jaga Valentine baik-baik."

"Siap, Om. Terima kasih udah percaya sama saya."

Max menutup telepon dan menarik napas lega, melirik ke arah Valentine yang sudah duduk di sebelahnya, menunggu dengan cemas, "Gimana? Daddy nggak nanya macem-macem kan?" tanya Valentine.

"Daddy kamu cuma mau mastiin kalo saya serius sama anaknya," jawab Max mengusap pelan rambut Valentine.

💐🍪💐🍪💐🍪

kayaknya aku bakal bikin book ini adem ayem aja... sOALNYA AKU NGK SIAP UNTUK KEHANCURAN & GONJANG GANJING DIANTARA RUMAH TANGGA MAX & VAL (HIKS)

oiya (((kabar gembira))) mungkin beberapa hari atau minggu lagi aku akan publish work baru, jadi aku mohon bantuannya ya untuk meramaikan.

thank you buat semua yang udah baca, vote dan bahkan comment. kALIAN LUAR BIASAAAA!!! <3

Max & ValTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang