Api unggun menyala indah sempurna, dikelilingi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sedang asyik memainkan sebuah game. Melupakan sejenak tentang rasa jenuh yang tadi sempat melanda mereka.
"Oke guys, main-mainya kita cukupkan dulu. Karena pemateri kita malam ini sudah datang, silahkan mengambil posisi duduk melingkar mengelilingi api unggun. Terima kasih." Intrupsi itu dari ketua Himpunan Mahasiswa.
Alana duduk dengan Tira di sebelahnya, di sebelahnya lagi terdapat kelompok lain yang tidak ia kenal siapa mereka. Alana dapat menangkap siluet Jevan yang duduk di seberang api unggun di depan sana. Topi yang menutupi kepala laki-laki itu tak membuat Alana tidak mengenalinya.
Jevano Narendra
kopi kamu ada di motor.
kenapa gak di bawa siih.
kelupaan hehe
hauus sayang
ambil gih.
maluu.
ya udah nanti aja.
ck ambilin kek.
acara mau mulai.
iya iyaa
Sambutan-sambutan mulai terdengar melalui spiker yang tersedia disana. Ada Jevan dan juga Raja sebagai pemateri, dengan mengusut tema organisasi kampus.
Dipertengahan acara setelah sesi tanya jawab dan penyampaian beberapa argument, suasana mendadak menjadi panas karena adanya pro dan kontra antara pemateri dan peserta.
"Bisa gak, ngomongnya gak usah pake merendahkan diri segala. Kaya kesannya haus pujian tau gak." Ujar laki-laki yang duduk di barisan para seniornya. Raja yang mandengar itu langsung terdiam, karena posisi pemateri ada padanya.
"Eeh, maksud Lo apa bilang temen gue haus pujian." Ujar Arjuna. Ia yang sejak tadi ikut menyimak dan sibuk mendokumentasikan acara menjadi ikut tersinggung dengan ucapan juniornya itu.
"Ya gak salah juga sih, gak pantes ya gak pantes aja. Ga usah bilang kayanya saya gak pantes jadi pemateri disini." Ujar Salah satu perempuan disana.
"Secara gak langsung Lo bilang temen gue gak pantes? Ada masalah apa lo, hah." Suara Arjuna mulai meninggi.
"Jun, udah!" Ujarnya berdiri sambil menahan Arjuna yang hendak mendekati penyanggah argument. "Oke mungkin banyaknya temen-temen yang gak setuju dengan perkataan saya, atau memang ada yang salah, saya minta maaf." Lanjut Raja.
"Ya gimana ya, kan katanya gak pantes, trus kenapa dateng, seharusnya minta yang lebih pantes dong buat jadi pemateri." Ujar perempuan itu lagi.
"Setuju." Sahut laki-laki di sebrang sana.
"Bangsat, maksud lo apa hah? Lo ngusir temen gue?" Arjuna benar-benar tersulut emosi, tangannya terkepal kuat, ingin sekali memukul orang yang mengatakan itu.
"Seru nih." Ujar Alana di tengah-tengah percekcokan itu.
"Kok jadi seru, Lan." Tanya Tira. Suara mereka tidak terlalu besar karena suara keributan semakin menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Storge Love
FantastikSemua orang pun tau, bahwa mencintai milik orang lain adalah suatu kesalahan. Tapi jika ada pilihan, semua orang tidak akan memilih bertemu dengan orang yang tepat di waktu yang salah. Karena sejujurnya mencintai tanpa memiliki, itu sepenuhnya ada...