12. Apartment

954 80 2
                                    

"Lakukan dengan baik Callie, kamu seperti sangat tidak semangat semenjak pagi." Tegur Matthew memperhatikan Callie. Hari ini mereka melakukan pertemuan dengan niat untuk mencoba berlatih.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk tetap melakukan drama tersebut dengan keadaan Callie yang sangat-sangat terpaksa. Matthew juga mengatakan dia tidak akan sungguh-sungguh mencium Callie, hanya sekedar mendekatkan wajah mereka saja.

"Ah, Mr. Matthew.. aku memang sangat tidak bersemangat." Ucap Callie dengan lesu. Dia merubah posisinya menjadi berbaring diatas karpet bulu milik Matthew. Ah ya, mereka juga saat ini tengah melakukannya di apartemen Matthew.

Matthew segera bangun dari duduknya dan pergi berjalan ke dapur. Callie hanya memperhatikan Matthew yang pergi lalu memejamkan matanya. Tak lama juga Matthew kembali sambil membawa beberapa cemilan untuknya.

"Peranmu disini tidak banyak, sesekali saja kamu melakukan ini." Ucap Matthew sambil menggeser cemilan itu didekat Callie. Sontak Callie terbangun dengan gerakan malas.

"Tugas dari Mr. Matthew saja aku belum menyelesaikannya, tiba-tiba harus menghafal narasi ini." Ucap Callie melipat kedua kakinya lalu menundukkan kepalanya.

Matthew tersenyum tipis melihatnya. Dia membuka salah satu snack yang dia bawa lalu membukanya dan meletakkan snack itu diatas pangkuan Callie. "Jangan pikirkan tentang tugas, santai saja saya tidak masalah." Ucap Matthew lembut.

Callie mendongak sambil menerima snack tersebut dan mulai memakannya. "Uhm, kalau begitu." Callie menyodorkan snack di tangannya berniat menawari Matthew.

Matthew yang masih setia dengan senyumannya akhirnya mengambil snack yang Callie tawarkan dan memakannya. "Callie," panggil Matthew memperhatikan Callie yang menikmati snack ditangannya.

"Yes, Mr?" Callie membalas tatapan Matthew. Mulutnya masih asik mengunyah makanan di mulutnya. Matthew mencubit gemas pipi Callie yang sedikit mengembung.

"Bisakah kamu melupakan status kita jika sedang berada diluar? Anggap saja saya adalah temanmu jika berada diluar." Ujar Matthew membuat Callie terdiam karena terkejut dengan ucapan yang Matthew keluarkan.

"M-mengapa begitu? Mr, tidak mungkin bisa menjadi teman Callie." Ucap Callie sedikit gugup. Siapa yang tidak terkejut saat tiba-tiba dosen yang biasa memarahi mu dikampus, tiba-tiba meminta ingin menjadi temanmu saat diluar.

Matthew kali ini yang mengubah posisinya menjadi berbaring diatas paha Callie. Kalian tidak salah membaca, Matthew benar-benar memposisikan kepalanya diatas paha Callie membuat sang pemilik paha lagi-lagi dibuat terkejut dengan tindakan dosennya. "Mengapa tidak bisa? Saya juga masih muda yang dapat menjadi temanmu." Kata Matthew sambil memejamkan matanya.

Tenggorokan Callie terasa kering tidak dapat mengatakan apapun. Callie hanya terdiam memperhatikan Matthew dari bawah. Rasanya Callie tidak dapat menolak Matthew yang tertidur diatasnya, bagaimana bisa menolak jika Matthew saja begitu tampan saat ini. "Ah, sayang walaupun tampan dia sangat seram saat di kampus." Gumam Callie segera mengalihkan pandangannya dari Matthew.

Pintu apartemen terbuka membuat Callie menoleh. Ada Jaegar yang baru saja masuk, ah iya akhir-akhir ini Jaegar memang sering tinggal di apartemen Matthew. Semua memang Matthew yang meminta untuk menemaninya disini.

Jaegar tampak terkejut dengan keduanya apalagi posisinya kakaknya yang tertidur diatas paha Callie. "Wah.. apakah kalian sudah berpacaran??" Tanya Jaegar langsung ikut bergabung duduk didekat Callie, tak lupa mengambil cemilan yang terletak disana.

"Mulutmu sangat sembarangan, aku tidak berpacaran Jaegar!" Kata Callie menatap Jaegar sinis. Yang ditatap justru menampilkan senyum jahilnya.

"Belum saja mungkin, tapi akan segera." Ucap Jaegar diselingi tawanya. Callie mendengar itu semakin membulatkan matanya ingin saja dia memukuli wajah itu jika saja tidak ada Matthew tertidur diatas pahanya.

"Berisik sekali kau datang, Mr. Matthew sedang tertidur!" Ucap Callie membekap mulut Jaegar karena kesal. Jaegar cekikikan menahan ketawanya melepaskan tangan Callie dari mulutnya.

Setelah puas tertawa, Jaegar mengintip kakaknya yang terlihat begitu tenang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Semalam kakakku begitu sibuk dengan pekerjaannya, sepertinya dia kurang istirahat semalam." Ujar Jaegar tersenyum kecil.

"Berikan saja kakakku istirahat 30 menit, setelah itu kau bisa membangunkannya. Aku akan pergi ke kamar." Lanjut Jaegar lalu pergi meninggalkan Callie.

Callie mendengus kasar, yasudahlah tak apa mungkin hanya kali ini. Dia menundukkan kepalanya saat merasakan Matthew yang bergerak, bukan karena bangun tapi Matthew hanya mengubah posisinya menghadap perut datar Callie dan memeluknya membuat Callie membeku.

"Hanya 30 menit, hanya 30 menit tak apa Callie." Monolog Callie mencoba menetralkan detak jantungnya saat ini. Dia meraih ponselnya untuk mengalihkan perhatiannya dan bermain ponsel.

Setelah 30 menit berjalan, tanpa Callie susah payah membangunkan Matthew, dosennya itu sudah lebih dulu bangun. Callie meletakkan ponselnya memperhatikan Matthew yang baru saja bangun.

"Callie? Ah maaf, saya tadi ketiduran." Ucap Matthew sambil mengumpulkan kembali nyawanya. Dia berpindah duduk diatas sofa, tak lupa Matthew juga menepuk tempat duduk disampingnya agar Callie ikut duduk diatas.

"Emm, Mr? Bagaimana dengan latihannya?" Tanya Callie menatap Matthew. Dia membuka ponselnya dan membaca ulang skenario disana.

Matthew memiringkan kepalanya menatap Callie dari samping. Dia memperhatikan saat Callie mempraktikkan gaya bicara dan juga gerakan-gerakan tangannya yang terlihat sangat menggemaskan untuk Matthew.

"Kau sudah menghafalnya?" Tanya Matthew membuat Callie menoleh. Dalam sekejap kedua netra mereka bertemu, Matthew begitu asik menatap netra indah milik Callie. Sedangkan Callie cepat-cepat mengalihkan kembali pandangannya ke depan menghindari tatapan Matthew.

Callie menggelengkan kepalanya kecil. "Belum, ada beberapa dialog yang panjang membuatku kesulitan menghafalnya." Ujar Callie.

Matthew ikut mengalihkan pandangannya ke depan sambil menyandarkan punggungnya pada sofa. "Masih ada waktu untukmu menghafal," ucap Matthew.

Callie menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu, aku akan pulang boleh Mr?" Minta Callie menolehkan kepalanya.

"Ada apa? Terburu-buru sekali." Tanya Matthew ikut menoleh pada Callie.

"Hehe tidak ada, aku tidak enak jika harus berlama-lama disini. Takut akan merepotkan Mr. Matthew." Jawab Callie. Matthew tersenyum dan menggelengkan kepalanya kecil.

"Tidak apa-apa, santai saja. Ah ya, apakah kamu sudah makan siang? Makan siang disini saja, akan saya buatkan." Ujar Matthew lalu berdiri pergi ke dapur.

Callie membulatkan matanya. "Eh?!! Mr! Tidak perlu astaga." Callie berlari mengejar Matthew ke dapur. Dia sudah mencegah Matthew untuk memasak namun sepertinya gagal, karena dia berakhir membantu Matthew memasak. Jadilah mereka memasak bersama didapur.

"Sudah saya katakan, anggap saja saya temanmu jika diluar Callie." Ucap Matthew sambil mencuci beberapa sayuran. Merasa tidak ada jawaban dia menolehkan kepalanya dan ternyata dia melihat Callie yang menangis.

"Astaga, kau kenapa?" Tanya Matthew dengan panik. Callie sontak menoleh dengan mata merah dan dan berair, matanya terus berkedip membuat air mata berhasil jatuh.

"Tidak Mr, ini karena bawang-bawang ini." Ucap Callie menunjukkan bawang yang tengah dia potong. Tawa Matthew langsung terdengar melihat itu, astaga begitu menggemaskan sekali Callie ini.

Matthew meletakkan sayurannya. "Sudah, kamu siapkan air saja untuk merebus sayuran itu. Biar saya yang potong." Ujar Matthew masih diselingi tawanya langsung mengambil alih tugas Callie, membuat bibir Callie mengerucut.

Begitulah cara Matthew dan Callie menghabiskan akhir pekan bersama, secara perlahan Matthew benar-benar mencoba untuk menepis jarak mereka. Dia sepertinya mencoba meyakinkan pada Callie, bahwa Matthew yang sering Callie lihat dikampus sangat lah berbeda dengan Matthew saat diluar.

TBC...

YES, MR! | markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang