Matthew hari ini berniat untuk pergi keluar membawa mobilnya untuk bertemu dengan teman-temannya disebuah cafe. Walaupun usia Matthew sudah menginjak 26 tahun, namun dia masih sering berkumpul-kumpul dengan teman-temannya. Memang tidak semua, hanya beberapa saja yang memang tidak sibuk.
"Dude!" Panggil salah satu teman Matthew saat baru saja masuk ke dalam cafe. Matthew tersenyum berjalan mendekati teman-temannya yang sudah datang lebih awal. Mereka saling bertos ria saat bertemu.
"Bagaimana menjadi dosen? Apakah kau tertarik dengan mahasiswi mu sendiri?" Goda Luca -salah satu teman Matthew- menaik turunkan alisnya. Matthew terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
"Entahlah, aku tidak begitu yakin bisa menyukai mahasiswi ku sendiri," kata Matthew sebelum meneguk kopi pesanannya.
Theo -teman Matthew yang lain- tertawa mendengarnya. "Kau memiliki paras yang sempurna, aku yakin banyak mahasiswi yang mengagumi mu." Ujar Theo.
"Karena itulah, aku tidak tau harus memilih yang mana bukan begitu?" Canda Matthew. Allen -teman Matthew yang terakhir- terkekeh sambil menyenggol kecil pundak Matthew.
"Aku yakin, dari banyaknya mahasiswi itu. Tidak mungkin tidak ada yang menonjol dimatamu." Ucap Allen mantap menatap Matthew.
"Mungkin ada, dia selalu berurusan denganku setiap hari." Matthew berucap seperti itu dengan pandangan menatap kopi dihadapannya sambil tersenyum karena pikirannya melayang memikirkan mengenai seorang gadis yang dia maksud.
Hal itu membuat ketiga temannya memandang Matthew curiga. "Mengapa mengatakannya sambil tersenyum? Begitu mencurigakan." Kata Allen mewakili teman-temannya.
Matthew sontak menoleh menatap teman-temannya. "Apa aku tidak boleh tersenyum? Aku tentu tidak menyukai mahasiswi ku. Aku hanya dosennya, aku hanya menjalankan tugas untuk memberikan materi."
Mereka berbincang bincang cukup lama di cafe, semua tidak jauh dari pekerjaan mereka masing-masing. Saling bertukar cerita mengenai sekarang yang sedang mereka jalani. Hingga mereka tidak sadar pukul sudah menjelang sore, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
Matthew baru saja hendak masuk ke dalam mobilnya. Kedua netranya menangkap seseorang disebuah halte bus sedang terduduk sendirian sambil menenteng kopi ditangannya. Kepalanya bergerak ke kanan ke kiri menikmati lagu yang dia dengar, bisa Matthew lihat kedua telinganya ditutupi dengan headset.
Dia segera masuk ke dalam mobilnya lalu melajukan ke arah halte tersebut dan berhenti tepat didepan gadis tersebut, siapa lagi jika bukan Callie. Matthew membuka kaca mobilnya, dan menekan klakson mobil nya membuat Callie terkejut dan menoleh.
"Mr?" Callie hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Matthew mengerutkan keningnya, apakah Callie tidak mau tumpangan? Dia berbaik hati akan memberi tumpangan pada mahasiswi nya itu.
"Kamu menolak pemberian tumpangan dari saya?" Tanya Matthew. Callie sedikit memiringkan kepalanya dengan pandangan bertanya.
"Mr yakin? Saya pikir Mr hanya akan menyapa saja." Ucap Callie. Matthew menggelengkan kepalanya, dia membuka pintu mobil untuk Callie dari dalam.
Melihat itu tanpa ragu Callie langsung segera masuk, tumpangan gratis siapa yang akan menolaknya? Callie menutup kembali pintunya. Mobil Matthew segera melaju meninggalkan halte.
"Kamu sendirian? Dimana kekasihmu?" Matthew membuka topik dengan pandangan lurus ke depan. Sontak Callie menoleh.
"Aku tidak mempunyai kekasih, Mr sendiri? Mengapa sendirian? Apakah Mr belum menikah?" Tanya Callie membuat Matthew terkekeh.
"Saya belum menikah, saya masih menikmati masa sendirian." Jawab Matthew. Callie hanya mengangguk setelah itu hening melanda mereka. Matthew yang sibuk pada jalanan dan Callie pada ponselnya.
Jika bertanya bagaimana Matthew tahu, karena sebelumnya sempat ada kejadian dimana Callie tiba-tiba jatuh demam saat kelas Miss. Nica sedang berlangsung. Karena saat itu Matthew sedang kosong, dia berinisiatif sendiri membawa Callie untuk pulang.
"Hati-hati, terimakasih, Mr!" Callie membungkukkan badannya sambil melambaikan kembali tangannya. Matthew hanya mengangguk lalu segera membawa mobilnya untuk pergi.
"Bagaimana bisa seseorang setampan Mr. Matthew belum mempunyai istri?" Gumam Callie memperhatikan mobil Matthew yang semakin menjauh. Callie membalikan badannya untuk segera masuk ke dalam rumahnya.
Rumahnya begitu sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan, kedua orang tua Callie sibuk bekerja. Sebenarnya mereka bukan dari keluarga yang kaya juga, hidup mereka berkecukupan dan pas untuk menafkahi kehidupan mereka. Namun ibunya entah mengapa tidak bisa lepas dari pekerjaan nya. Karena itulah, Callie sendirian saja dirumah.
Dia mendudukkan dirinya di meja belajar sambil membuka laptopnya. Mungkin karena pertemuan nya dengan Matthew tadi, Callie menjadi ingat ada tugas yang Matthew berikan dan dia belum kerjakan. Walaupun terkesan sering melanggar, dalam tugas Callie cukup rajin. Yang sebenarnya itu hanya untuk menghilangkan rasa bosannya saja saat sendirian dirumah.
───༺☆༻──
Penampilan Callie hari ini sedikit berbeda, dia menjadi pusat perhatian beberapa kali. Sebenarnya ini bukan hal yang besar disana, tapi entah bagaimana banyak beberapa orang sesekali melirik padanya membuat Callie sendiri kebingungan.
Hingga akhirnya dia berhenti saat berpapasan dengan Matthew. Mr. Matthew begitu melihat intens dengan warna rambut Callie yang baru, sebenarnya sangat cocok dengan Callie karena berwarna soft pink seperti gulali. Yang menjadi pertanyaan, untuk pertama kali Matthew melihat Callie menggunakan warna-warna manis seperti itu.
"Ada apa Mr?" Tanya Callie kebingungan dengan tatapan Mr. Matthew. Bukannya mendapatkan jawaban tiba-tiba Matthew semakin berjalan mendekati Callie. Perlahan Callie juga memundurkan badannya hingga tak sengaja dia masuk ke sebuah ruangan, ruangan Matthew lebih tepatnya.
"Mr. Matt!! Sadarlah Mr!" Callie memekik sambil memeluk tubuhnya. Dia melirik pintu yang sudah tertutup. Matthew semakin mendekatkan badannya hingga Callie terpojok karena ada meja.
"Warna pink ini sangat tidak cocok dengan anak nakal seperti mu." Ucap Matthew pelan membuat Callie seketika membulatkan matanya. Callie mendorong kecil badan Matthew sambil merenggut meninggalkan ruangan Matthew begitu saja. Disana Matthew hanya tertawa puas mengerjai Callie.
"Apa-apaan itu?! Aku bukanlah gadis yang nakal." Callie ingin sekali mengumpati dosennya tersebut. Namun sepertinya Callie terlalu sering mengumpatinya, jadi kali ini dia mencoba untuk tidak berkata kotor.
Matthew melirik pada arloji yang melingkar ditangannya, ini sudah waktunya untuk ke kelas. Dia segera keluar dari ruangan untuk pergi ke kelas Callie. Setelah masuk pandangannya langsung berhenti pada bangku kosong Callie, kemana gadis itu pergi? Batinnya.
Selama kelas Matthew, Callie benar-benar tidak menampakkan dirinya. Apakah Callie menghindarinya karena kejadian pagi? Dia rasa tidak mungkin. Matthew tidak berniat langsung ke ruangannya, ada beberapa hal yang dia urus untuk keluar.
Langkah Matthew berhenti saat menemukan Callie yang baru saja keluar dari ruangan UKS dengan jalan sempoyongan dan juga sedikit acak-acakan seperti bangun tidur. Dia tetap diam ditempatnya membiarkan Callie berjalan ke arahnya, Callie sama sekali tidak menyadarinya.
"Entah kapan dia akan lulus di semester ini." Gumam Matthew. Dan seperti dugaan Matthew, Callie menabrak dada bidangnya. Dia masih setia memperhatikan Callie yang sibuk menggosok matanya untuk memperjelas pandangannya dan melihat siapa yang dia tabrak.
"Membolos hm?" Suara tak asing itu berhasil membuat kesadaran Callie benar-benar kembali sepenuhnya. Dia melupakan ada kelas Mr. Matthew. Dengan wajah polos khas bangun tidurnya itu Callie memilin ujung bajunya. "Maaf hehe."
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, MR! | markhyuck
Fiksi Remaja˚₊· ➳ Matthew, seorang dosen yang berdedikasi dalam mengajar sastra Inggris. Namun, hidupnya menjadi lebih rumit ketika ia bertemu dengan seorang mahasiswa baru yang sulit untuk diajak berkomunikasi dengan serius. Tidak hanya dalam hal pemahaman ma...