Sejak kejadian tempo hari lalu, Matthew terus mendiamkan Callie. Bahkan saat mereka berpapasan saja Matthew hanya tersenyum tipis tanpa membalas sapaannya. Sudah hampir berjalan dua minggu mereka masih sama seperti ini. Padahal Callie belum menjelaskan apapun tentang kejadian tersebut.
Saat pembelajaran juga biasanya Matthew sering curi-curi pandang padanya, kali ini bahkan melirik pun sama sekali tidak. Callie merasa sedih, dia bingung harus menjelaskannya bagaimana karena Matthew sama sekali tidak memberi ruang untuk menjelaskan tentang kejadian tempo hari lalu. Jadi yasudahlah, dia tidak memiliki hubungan apapun juga dengan Matthew.
"Callie!" Sontak Callie menoleh begitu namanya dipanggil. Ada seseorang berjalan ke arahnya sambil menenteng tote bag. "Apakah kamu sedang sibuk?" Tanyanya. Callie menggelengkan kepalanya.
"Syukurlah, aku ingin meminta bantuanmu. Bisa tolong berikan ini pada Mr. Matthew??" Lanjut orang itu sambil menyodorkan tote bag pada Callie.
Callie sempat terdiam menatap tote bag tersebut sambil berpikir, apakah harus diterima atau tidak? Mengingat hubungannya dengan Mr. Matthew sekarang sedang tidak baik-baik saja. Tapi sepertinya ini juga bisa menjadi cara agar dia bisa kembali berdamai dengan Mr. Matthew juga bukan? Callie harap begitu.
"Baiklah, aku akan segera memberikannya pada Mr. Matthew." Callie menganggukkan kepalanya menerima tote bag tersebut. Setelah orang tersebut berterima kasih dan pergi, Callie segera melangkahkan kakinya untuk ke ruangan Matthew.
Callie menghirup nafas panjang untuk menguatkan dirinya sebelum akhirnya tangannya terangkat untuk mengetuk pintu tersebut. "Masuk." Begitu suara Matthew itu terdengar semakin membuat Callie gugup. Callie takut dengan tatapan Matthew akhir-akhir ini.
Dengan berat hati akhirnya Callie membuka pintu tersebut dan melangkah masuk dengan perlahan. Yang pertama Callie lihat adalah Matthew yang tengah sibuk menatap komputer dihadapannya.
Callie perlahan membungkukkan badannya. "Maaf menganggu waktunya, saya hanya ingin menyampaikan titipan ini pada Mr. Matthew." Ujar Callie lalu menegakkan kembali tubuhnya dan berjalan mendekat untuk memberikan tote bag tersebut.
Merasa tidak asing dengan suaranya, Matthew sontak mendongakkan kepalanya melihat ada Callie yang berjalan mendekatinya dengan tote bag ditangannya. Tatapannya menatap datar pada Callie dengan kening mengkerut.
Begitu tote bag tersebut berhasil Matthew terima dia melirik kecil ke dalam dan isinya ternyata itu barang yang dia titipkan pada ibunya. Matthew menganggukkan kepalanya. "Terimakasih, silahkan kembali ke kelasmu." Ujarnya datar lalu tatapannya kembali pada laptop seolah benar-benar tidak tertarik pada Callie didepannya.
Callie bergerak gusar dia sama sekali tidak mau pergi, semua ini tidak berjalan sesuai harapannya. Callie ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak mau darimana dia harus memulainya. Sepertinya hal ini juga disadari oleh Matthew yang merasa Callie belum juga keluar dari ruangannya.
"Apakah ada lagi yang ingin kamu sampaikan?" Matthew kembali mendongak menatap Callie untuk tetap bersikap profesional. Dia tatapnya Callie dengan seksama.
Callie mendengus kasar, perlahan dia memberanikan diri untuk membalas tatapan Matthew. "Iya, ada yang ingin aku sampaikan Mr..." Ujarnya pelan.
Matthew mengangkat satu alisnya sambil terus menatap Callie. "Katakan saja, saya akan mendengarkannya." Jawabnya.
"Uhm.. mengenai kejadian tempo hari lalu antara aku dan Sandy-" belum sempat Callie menyelesaikan ucapannya Matthew sudah lebih cepat memotongnya. "Tidak apa-apa, saya akan merahasiakan ini. Kamu tidak perlu khawatir." Potong Matthew cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, MR! | markhyuck
Teen Fiction˚₊· ➳ Matthew, seorang dosen yang berdedikasi dalam mengajar sastra Inggris. Namun, hidupnya menjadi lebih rumit ketika ia bertemu dengan seorang mahasiswa baru yang sulit untuk diajak berkomunikasi dengan serius. Tidak hanya dalam hal pemahaman ma...