14. Know well

737 60 0
                                    

Callie melihat punggung Matthew yang berjalan di koridor. Dengan senyuman lebarnya dia berlari untuk menyapanya. "Mr! Good morning!" Seru Callie setelah didekat Matthew.

Matthew sempat terkejut namun kemudian dia tersenyum. "Morning too, Callie." Balas Matthew.

Callie teringat kembali pada saat dia tak sengaja menemukan Mr. Matthew di supermarket kemarin. Dia tersenyum jahil sambil menatap Mr. Matthew menggoda. "Sepertinya ada yang baru saja kemarin pergi berkencan dengan seseorang." Ujar Callie membuat Matthew menoleh membalas tatapan nya.

"Bukankah itu Mr? Eyy.. Aku berhasil menangkap kalian yang sedang berkencan pergi ke supermarket." Lanjut Callie membuat kening Matthew mengkerut.

Matthew menghentikan langkahnya. "Maksudmu? Kapan saya pergi berkencan?" Kata Matthew tidak mengerti.

"Kemarin! Aku tak sengaja melihat Mr pergi ke supermarket bersama seorang wanita. Tidak mungkin kalian tidak berkencan bukan??" Callie ikut menghentikan langkahnya.

Ah, sekarang Matthew mengerti maksud mahasiswi didepannya ini. "Saya tidak berkencan, kemarin itu adalah ibu saya Callie." Jawab Matthew membuat Callie terkejut.

"Sungguh? Tapi mengapa nampak muda sekali sepertinya usianya sama dengan Mr. Matt." Callie melipat tangannya di dada sambil mengingat kembali punggung wanita yang berada disamping Mr. Matthew kemarin.

"Ibu saya memang awet muda, sudah jangan dipikirkan. Cepat pergi ke kelasmu, saya akan segera menyusul nanti di jam saya nanti. Dan mengenai tugas sebelumnya apakah kamu sudah selesaikan?" Pertanyaan Matthew berhasil membuat Callie tersenyum kikuk.

"K-kalau gitu saya akan segera pergi ke kelas Mr, selama tinggal!" Callie hendak melarikan diri tanpa menjawab pertanyaan Matthew. Namun sayangnya tangan kekar Matthew lebih gesit menarik kerah belakang baju Callie hingga membuatnya mundur kembali.

"Kamu belum menyelesaikannya bukan?" Tanya Matthew menatap punggung Callie tanpa melepaskan tangannya. Perlahan Callie membalikan badannya.

"Mr. Matt yang terhormat, hehe lepaskan lebih dulu bajuku." Callie tersenyum kikuk menatap kedua mata Mr. Matthew yang menatapnya datar.

Perlahan Matthew pun akhirnya melepaskan tapi pandangannya tak lepas dari Callie. "Aku.. memang belum menyelesaikannya. Tapi aku akan segera menyelesaikan tugas ini dengan cepat!" Ucap Callie tegas.

Matthew mendengus kasar. "Jangan jadikan alasan belum menyelesaikan tugas membuatmu membolos pada jam saya." Ujar Matthew seolah sudah tau apa yang akan Callie lakukan ketika tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.

"Bagaimana dia bisa tahu.." Callie bergumam sambil mengalihkan pandangannya menjauhi tatapan Matthew. "Saya tahu apa yang kamu lakukan setiap harinya, semuanya tentang kamu saya yang selalu mengurus nya." Kata Matthew cepat membuat Callie terkejut karena Matthew masih dapat mendengarnya.

"Saya akan segera masuk ke ruangan, panggil saya jika kamu membutuhkan sesuatu." Lanjut Matthew sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Callie pergi ke ruangannya.

"Mr. Matthew benar-benar sudah mengenalku dengan baik, sesering itukah aku melakukannya?" Monolog Callie menatap punggung dosennya itu yang mulai menjauh dari pandangannya.

───༺☆༻──

Hari ini Callie tampak datang ke kampus dengan lesu berbeda dengan biasanya yang selalu ceria dengan senyuman lebarnya membuat siapapun yang melihatnya akan meleleh.

Tapi kali ini rasanya suasana Callie sangat buruk, bahkan dia tidak menyapa Jaegar saat mereka berpapasan. Kepalanya terus menunduk terlihat sekali seperti sedang mempunyai beban.

Lagi-lagi helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Dia masuk ke dalam kelas dengan langkah lesu dan mulai mengikuti pembelajaran dikelas dengan malas. Bahkan saat mata pelajaran Matthew pun Callie hanya menatap kosong ke depan. Tidak bisa fokus dengan apa yang ada didepannya.

Kebetulan mata pelajaran Matthew berada di jam terakhir. Setelah jam nya selesai mahasiswa diperbolehkan untuk keluar dari kelas, tapi saat Callie tiba-tiba tangannya dicegat oleh Matthew. Tidak ada kata-kata yang dikeluarkan sebelum semua mahasiswa pergi meninggalkan kelasnya.

"Ada apa Mr? Apakah saya melakukan kesalahan hari ini?" Tanya Callie dengan nada lemasnya berbeda sekali Callie yang biasa Matthew lihat kemarin.

Matthew tampak ragu untuk menanyakannya, tapi dia sungguh-sungguh menyadari pandangan Callie selama pelajaran tidak terfokus padanya. Matthew sebagai dosen tentu bisa membedakan, bagaimana tatapan seseorang yang fokus, tatapan seseorang yang terarah ke depan namun pikirannya melayang entah kemana dan Matthew juga tahu bagaimana tatapan seseorang yang terlihat fokus padahal dia mengantuk.

"Bukan bermaksud saya ikut campur dalam urusanmu. Setiap hari saya selalu memperhatikan mahasiswa saya, dan saya memperhatikan sejak saya masuk kelas hingga selesai. Kamu sama sekali tidak fokus pada apa yang saya jelaskan. Saya tidak ingin sesuatu membebani pikiran mu sehingga kamu tidak dapat fokus pada pembelajaran." Ujar Matthew lembut.

"Saya pernah menawarkan diri menjadi temanmu, jangan sungkan jika kamu membutuhkan tempat untuk bercerita." Tambah Matthew. Callie hanya terdiam menundukkan kepalanya.

Namun kemudian Callie mengangguk. "Terimakasih atas perhatiannya Mr. Matt, aku tidak apa-apa." Balas Callie mendongakkan perlahan kepalanya membalas tatapan Matthew.

"Kamu tidak pandai berbohong, karena saya tidak memaksa yasudah. Saya tidak mau melihatmu begitu menyedihkan seperti ini, tetaplah jadi Callie yang penuh semangat." Ucap Matthew menepuk pundak Callie sekilas. Mungkin Callie yang mudah tersentuh mendapatkan hal seperti tiba-tiba tangisannya langsung tumpah.

Matthew panik melihat Callie yang tiba-tiba menangis, dia khawatir dia mengatakan sesuatu yang tidak-tidak sehingga membuat mahasiswi nya menangis. Namun saat bertanya Callie hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus mengusap jejak air matanya.

"Tenanglah Callie, kamu hampir membuat saya panik," Matthew meletakkan kembali buku yang hendak dia bawa. Dia membawa Callie perlahan untuk dia ajak duduk di kursi agar Callie bisa lebih tenang. Matthew mendudukan diri disamping Callie.

"Ada apa? Kamu bisa menceritakan semuanya. Kamu adalah tanggung jawab saya selama dikampus, ceritakan saja yang membuatmu tidak nyaman." Lanjut Matthew memberikan ucapan penenang untuk Callie. Dirinya yakin ada sebuah alasan yang membuat Callie kenapa sangat membuatnya harus bersabar setiap harinya.

Dan Matthew mendekati Callie mencoba mencari tahu tentang itu, mulai mengajaknya berteman dan memperlakukan Callie sebaik mungkin agar Callie bisa terbuka padanya. Matthew merasa jika Callie terus dibiarkan dan hanya diomeli saja tidak akan pernah bisa membuatnya berubah.

Walaupun Matthew bukan seorang psikolog, tapi dia mencoba paham tentang orang-orang disekeliling nya termasuk mahasiswi nya. Callie begitu mencolok dari pandangannya yang membuat Matthew terus memperhatikan gadis itu dimanapun dia berada.

Setiap masalah yang terjadi pada Callie, Matthew selalu mengajukan diri sejak dulu agar dia yang menangani dan menghukum gadis itu. Karena kebetulan dia juga yang setiap hari akan bertemu dengan Callie. Karena Matthew sendiri kepala dibagian fakultas bahasa.

Matthew selalu ingin meluluskan mahasiswa/i menjadi manusia yang berguna di masa depan nanti. Apapun dia akan lakukan agar semua mahasiswa/i nya rata tidak ada yang kekurangan.

Bukan maksud Matthew mengatakan bahwa Callie mempunyai kekurangan, namun Matthew rasa fakultas bahasa ini bukan atas keinginan Callie sendiri. Terlihat dari bagaimana gerak-gerik Callie, atau itu hanya perasaan nya saja? Mungkin dia akan mendapatkan semua jawabannya setelah Callie terbuka padanya.




TBC...

YES, MR! | markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang