17. Callie

522 46 1
                                    

"Isi seperti yang sudah pernah saya jelaskan." Ujar Matthew. Callie menganggukkan kepalanya kembali fokus pada laptopnya dihadapannya.

Matthew tersenyum tipis. Dia melirik ke sekeliling rumah Callie, menelisik setiap isinya. Satu hal yang menurutnya aneh, tidak ada satupun foto keluarga mereka. Mungkin bagi beberapa orang ini biasa namun untuk Matthew terasa aneh.

Biasanya setiap dirumah yang dia datangi pasti ada sekiranya satu saja foto yang terpampang diruangan keluarga mereka. Namun disini tidak ada satupun foto terpajang.

"Mr! Aku lelah. Bisakah kita melanjutkan ini besok??" Keluh Callie membuat Matthew kembali menoleh menatap ke arahnya.

"Kamu baru saja belajar selama satu jam, bagaimana mungkin sudah lelah??" Ucap Matthew lalu mengambil alih laptop dihadapan Callie..

Callie mempoutkan bibirnya. "Tentu saja tadi dikampus aku sudah belajar, dan sekarang harus belajar lagi. Tidak bisakah kita melakukan saat weekend saja?" Callie melipat tangannya lalu meletakkan kepala diatas lipatan tangannya tak lupa memiringkan wajahnya guna menatap Matthew dari bawah.

"Yasudah, kita bisa mengganti jadwalnya jika kamu mau begitu. Kita bisa lanjutkan weekend nanti." Matthew menutup laptop milik Callie dan menunduk membalas tatapan Callie.

"Mr, bukankah beruntung jika ada seseorang yang menjadi istri Mr. Matthew suatu hari nanti?" Callie tiba-tiba mengubah topik mereka. Keduanya juga masih saling menatap satu sama lain.

Matthew mengulas senyum tipis. "Mengapa kamu berpikir begitu?" Matthew mengubah posisinya mengikuti sama seperti Callie.

"Ehm.. Mr. Matthew berhasil menjadi dosen diusia muda, selalu ramah pada semua orang sehingga banyak orang yang sepertinya suka. Aku rasa Mr. Matthew sangat sempurna." Ujar Callie.

"Saya juga masih dibilang baru disini Callie, saya hanya sedang mencoba yang terbaik untuk orang-orang disekitar saya. Dan saya ingin, kamu juga melakukan hal yang sama." Matthew mencubit hidung Callie gemas. Sang pemilik hidung tersenyum kecil.

Callie bangun dari posisinya. "Yes, Mr!" Kata Callie tegas yang selanjutnya dia terkekeh kecil. Saat Matthew hendak bangun dia dikejutkan saat tiba-tiba Callie menubruk badannya memeluk Matthew erat.

"Bukankah saat ini kita teman?" Matthew menundukkan kepalanya masih dengan raut terkejutnya. Namun kemudian dia tersenyum menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, saya adalah teman mu." Katanya sambil membiarkan Callie yang setia memeluknya.

───༺☆༻──

Setiap weekend mereka terus menghabiskan waktu bersama dirumah Callie. Tidak ada satupun teman kelasnya mengetahui ini, karena jika ada tentu semua orang akan iri dengannya.

Tidak semua orang bisa mendapatkan keberuntungan tentang ini, atau mungkin memang hanya Callie yang mendapatkan nya. Ternyata pilihannya untuk masuk ke kampus ini bukan pilihan yang salah. Walaupun dia harus masuk ke fakultas yang bukan kemauannya.

Salah satu alasan Callie masuk ke fakultas sastra inggris tidak jauh karena permintaan kedua orangtuanya. Perusahaan ayah Callie mempunyai beberapa cabang diluar negeri. Salah satu menjadi alasan mengapa orang tuanya tidak pernah ada dirumah.

Ayahnya mengurus cabang yang berada di Amerika, sedangkan ibunya berada di Marseille yang sesekali pulang ke Paris itupun dia akan pulang ke apartemen yang dekat dengan kantor tidak ke rumah.

Ibunya yang menuntut Callie untuk masuk sastra inggris agar bisa meneruskan cabang yang berada di Amerika. Inilah kehidupan Callie, dengan kedua orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Dia sejujurnya tertarik dengan seni, entah menari, menyanyi atau memainkan alat musik. Callie sangat menyukai semua tentang seni. Namun dia harus terpaksa masuk ke sastra karena tuntutan ibunya.

YES, MR! | markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang