Callie masuk seperti biasa hari ini, hanya kebetulan hari ini dia mendapatkan kelas sedikit siang. Pandangannya sesekali melirik pada ponselnya dihadapannya. Hingga ada seseorang memanggilnya membuat Callie menoleh ke sumber suara tersebut.
"Hei, girl." Salah satu seorang dari kumpulan laki-laki yang dia lewati menggodanya sambil mengedipkan matanya sebelah. Namun belum lama dari itu suara deheman cukup keras membuat Callie terkejut.
Seorang gadis seusianya berjalan mendekat ke arah laki-laki itu lalu segera menarik telinganya hingga sang pemilik telinga itu meringis. "Menggoda gadis lain huh?! Apa kau belum juga meninggalkan kebiasaan mu Jaegar?!" Pekik gadis itu.
Callie hanya memperhatikan dua sejoli itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia melewati mereka begitu saja sambil memasangkan headset pada telinganya.
Belum sempat Callie sampai dikelas dia masih fokus pada ponselnya hingga badannya menabrak dada seseorang. Callie melepas headset nya dan mendongakkan kepala melihat siapa yang baru saja dia tabrak.
"Mr. Matt?" Callie sontak membungkukkan badannya sebagai permintaan maaf. Matthew menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu.
"Hari ini kita tidak bertemu dikelas, perhatikan jalanmu Callie karena jika ceroboh saya tidak dapat menghukum mu." Ujar Matthew melanjutkan langkahnya meninggalkan Callie.
"Aishh, Mr. Matt itu menyebalkan sekali." Gumam Callie lalu dia juga segera melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kelas.
Kelas hari ini berjalan cukup lancar. Callie sampai saat ini masih belum memiliki teman, Callie hanya menanggapi beberapa orang yang berbicara padanya saja dan jika tidak yasudah dia tidak peduli. Hari ini juga Callie tidak begitu banyak mengacau seperti saat bersama Mr. Matthew.
Saat tengah asik menikmati makanannya dikantin tiba-tiba beberapa gadis datang duduk didekatnya dengan nampan yang masing-masing mereka bawa. "Hello? Kamu Callie mahasiswi baru itu bukan?" Tanya salah satu gadis disana. Callie menganggukkan kepalanya.
"Perkenalkan aku Rena, dan temanku ini Naya." Kata seorang gadis bernama Rena mengulurkan tangannya. Callie menoleh pada gadis bernama Naya, bukankah itu yang tadi pagi dia temui?
Callie menerima uluran tangan itu sambil mengangguk kecil. "Ada apa?" Tanyanya menatap mereka bergantian.
Naya menggeleng kecil. "Kita hanya ingin berteman denganmu jika kau mau." Ujar Naya. Callie mengerutkan keningnya.
"Kalian yakin? Tidak ada maksud apapun?" Tanya Callie lagi. Naya mengangguk mantap dia juga menyenggol Rena.
"Kita hanya ingin berteman saja tidak lebih dari itu, kau mau menjadi teman kita?" Rena tersenyum ramah. Callie menganggukkan kepalanya kecil, walaupun sedikit ragu karena sebelumnya tidak ada yang mengajak berteman. Sepertinya mereka tidak buruk? Boleh saja bukan jika Callie berteman dengan mereka?
"Naya.." panggil laki-laki yang seingat Callie namanya Jaegar entah datang darimana. Dia mendudukan didekat Naya hingga tatapan mereka bertemu.
"Oh? Bukankah kau gadis cantik yang aku goda tadi pagi?" Jaegar tersenyum menatap Callie. Berbeda dengan Naya yang membulatkan matanya memukul keras tangan Jaegar.
"Jangan dengarkan dia, dia adalah playboy." Ucap Naya memperingati pada Callie. Rena disampingnya mendelik kecil menyenggol pundak Naya cukup kencang.
"Jika kau tahu dia adalah playboy untuk apa kau jadikan kekasih?" Tanya Rena menatap Naya malas. Dan Naya hanya mengedikan bahunya acuh. "Hanya karena aku bosan, hampir setiap hari dia selalu menggodaku kau tahu itu bukan?"
Jaegar disampingnya tertawa. "Kau tidak pandai berbohong, babe." Ucapnya mengecup sekilas pipi Naya lalu menariknya pergi dari sana membuat Naya terkejut. Rena dan Callie hanya menatap punggung mereka yang semakin jauh.
Rena tersenyum canggung. "Begitulah, mereka akan sering pergi berdua. Setidaknya sekarang aku ada kamu yang bisa aku ajak mengobrol." Kata Rena tersenyum. Callie membalas senyuman dan lagi-lagi mengangguk lalu melanjutkan makanannya yang sempat tertunda.
───༺☆༻──
Matthew baru saja sampai dirumah orang tuanya. Besok adalah weekend, karena menurutnya sudah cukup lama dia tidak berkunjung kemari walaupun sebenarnya jarak dari apartemen ke rumah kedua orangtuanya tidaklah jauh namun Matthew terkadang sangat sibuk hingga sulit untuk pulang karena itu dia memutuskan membeli apartemen yang dekat dengan universitas dimana dia bekerja.
"Ibu pikir kau tidak akan pulang hari ini." Ucap Tasha -ibu Matthew- mendudukkan dirinya disamping putra sulungnya. Matthew tersenyum dan menggeleng. "Besok adalah akhir pekan, aku tentu akan pulang kemari." Kata Matthew.
Pintu terbuka, mereka bersamaan menoleh pada pintu. Ada Jaegar yang baru saja masuk dan sedikit terkejut dengan kehadiran Matthew. Tidak banyak orang yang tahu, mereka adalah sepasang adik kakak.
"Jaegar kemarilah." Matthew menepuk tempat duduk disampingnya sambil tersenyum. Jaegar menuruti Matthew untuk duduk disamping kakaknya. Matthew mengusak lembut rambut Jaegar gemas membuat sang pemilik rambut membulatkan matanya.
"Kak?! Apa yang kau lakukan!" Decak Jaegar merapihkan rambutnya. Tasha terkekeh melihat interaksi kedua putranya lalu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Aku merindukanmu, kau sudah besar?" Goda Matthew. Jaegar menggeleng-gelengkan kepalanya, apa-apaan kakaknya ini? Mereka padahal bisa saja setiap hari bertemu, mengapa berkata seolah-olah tidak pernah bertemu?
"Drama sekali, kita setiap hari berada di satu universitas." Ujar Jaegar. Matthew tertawa dan menganggukkan kepalanya.
"Tapi karena posisi kita berbeda kau sebagai dosen dan aku mahasiswa membuat kita memang jarang bertemu." Tambah Jaegar.
Siapa yang pernah menyangka jika Jaegar sebagai playboy di kampusnya, tetapi ketika dirumah terlihat seperti anak kecil? Ah tidak, itu hanya untuk Matthew. Jaegar tetaplah adik kecilnya yang selalu merengek.
Setelah puas menggoda Jaegar, Matthew berjalan masuk ke kamarnya untuk membersihkan badannya. Dia mendudukan dirinya disamping ranjang kamarnya yang sudah lama tidak dia kunjungi namun tetap terlihat rapih.
Matthew turun ke bawah lagi untuk makan malam setelah selesai mengganti baju. Terlihat ibunya sedang menyiapkan beberapa makanan yang langsung Matthew bantu.
"Ibu, bisa sendiri sayang." Kata Tasha hendak mengentikan Matthew. Dengan cepat Matthew menggeleng, dia justru membawa ibunya duduk dan dia lanjut menghidangkan makanan dimeja.
"Kau sangat perhatian, kau sangat sudah pantas memiliki pasangan hidup Matthew." Ujar Tasha tersenyum menatap Matthew.
Jaegar yang baru saja datang duduk ikut bergabung bersama mereka. "Ibu benar, usia kakak sudah hampir menginjak kepala tiga bagaimana bisa belum memiliki kekasih?" Ejek Jaegar terkekeh.
Matthew mencubit sekilas telinga adiknya lalu duduk disamping ibunya. "Seperti kau mempunyai kekasih saja." Kata Matthew pada Jaegar.
"Meragukan? Aku sudah mempunyai kekasih kak!" Jaegar membuka ponselnya dan mencari salah satu foto seorang gadis sebelum menunjukkan pada Matthew.
Matthew menarik ponsel Jaegar secara kasar dan memperhatikan seksama fotonya. "Dia adalah kekasihku, cantik bukan?" Tanya Jaegar tersenyum bangga.
Ucapan Jaegar sepertinya diabaikan oleh Matthew. Karena dia sibuk memperhatikan foto yang berada disamping kanan. Dia Callie? Apakah Jaegar mengenal Callie? Gedung fakultas mereka berbeda, kemungkinan hanya dapat bertemu ketika dikantin saja.
"Matt? Ada apa? Kelihatannya kau begitu serius." Sahut Tasha langsung menyadarkan lamunan Matthew. Setelah itu Matthew mengembalikan kembali ponsel Jaegar.
"Aku tidak apa-apa, kita makan ayo." Kata Matthew tersenyum. Jaegar mengangkat satu alisnya diam-diam dia merasa heran dengan sikap kakaknya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, MR! | markhyuck
Ficção Adolescente˚₊· ➳ Matthew, seorang dosen yang berdedikasi dalam mengajar sastra Inggris. Namun, hidupnya menjadi lebih rumit ketika ia bertemu dengan seorang mahasiswa baru yang sulit untuk diajak berkomunikasi dengan serius. Tidak hanya dalam hal pemahaman ma...