. 2 1 .

17.8K 1.2K 156
                                    

"Manungso wewenang ngudi, purbo waseso ing astane Gusti."
ꦩꦱ꧀ꦤꦠꦭꦤ꧀ꦏꦸꦠꦺꦴꦠꦸꦧꦤ꧀

Mesin pencetak resi berwarna hitam dengan banyak tempelan stiker animasi pocong itu terus bekerja sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mesin pencetak resi berwarna hitam dengan banyak tempelan stiker animasi pocong itu terus bekerja sedari tadi. Sehari tidak dicek, resi shopee toko online milik Arjuna Ronggolawe tembus hingga 500 orderan. Ya, selain membuat grup karawitan, Arjuna Ronggolawe juga membuka toko online. Toko tersebut menjual berbagai macam desain kaos dan udeng yang pernah dipakai Arjuna Ronggolawe.

Konon katanya, bisnis memang tidak bisa menjanjikan kekayaan, tetapi sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada di perdagangan. Semua tim Arjuna Ronggolawe percaya, bahwa rezeki tidak akan kemana. Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya.

"Jawab po'o, Zan! nek artine sareh opo?" Jimin terus mendesak Elzan agar mau membuka suara. Sedari tadi, cowok itu memang tidak banyak bicara. Hanya sesekali berbicara, itupun yang sangat penting saja. (Jawab dong, Zan! kalau artinya sabar apa?)

Amin, salah satu anggota Arjuna Ronggolawe yang tengah menyablon kaos itu cengar-cengir menyaksikan tingkah Jimin. Cowok itu sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali, telah membuat Elzan trauma berbahasa Jawa.

Sedikit cerita, tadi sewaktu acara, Haesa meminta tolong pada Elzan untuk memberikan buket bunga kepada kepala desa sebagai ucapan terimakasih. Elzan yang tadi sangat excited punya ide ingin berbicara menggunakan bahasa Jawa pada kepala desa. Cowok itu memutuskan untuk bertanya pada Jimin, apa bahasa Jawa dari "untukmu orang ganteng".

Namun, Jimin tanpa rasa berdosanya malah menjawab bahasa Jawa untukmu orang ganteng adalah untumu mrongos. Elzan yang waktu itu sangat bersemangat, akhirnya percaya saja dengan Jimin. Terlebih lagi, yang Elzan tau, keluarga Jimin adalah keluarga yang sangat mengutamakan tradisi dan adat Jawa, tentu saja bahasa Jawa yang diajarkan Jimin pasti sangat pantas diucapkan menurut Elzan.

Namun siapa sangka, orang yang sangat Elzan percaya justru membodohinya. Semua warga yang mendengar ucapan Elzan untumu mrongos pada kepala desa sontak tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan seluruh anggota Arjuna Ronggolawe. Masalahnya, gigi kepala desa memang agak maju, Elzan takut jika kepala desa sakit hati karena ucapannya. Beruntunglah, Haesa sebagai dalang sangat pintar mencairkan suasana, membuat kepala desa akhirnya juga ikut tertawa dan menganggap ucapan Elzan adalah lelucon belaka. Namun meski begitu, Elzan tetap merutuki Jimin, cowok itu benar-benar kelewatan.

"Wes, Mas! gak apek ngono kui," sahut Prasetyo. (Sudah, Mas! nggak baik kayak gitu,)

Saat ini, mereka semua sedang berkumpul di rumah Haesa. Kumpul-kumpul seperti ini memang sering mereka lakukan setelah melakukan pertunjukan atau sehabis latihan.

Mas Nata lan Kuto Tuban Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang