"Tak jongko srono asmoro kang yekti."
ꦩꦱ꧀ꦤꦠꦭꦤ꧀ꦏꦸꦠꦺꦴꦠꦸꦧꦤ꧀"ASTAGHFIRULLAHALADZIM, MASYAALLAH, SUBHANALLAH, SA! CHATKU DI BALES, SA!"
Manusia serta kucing yang tengah rebahan dengan gaya slay kompak terjingkat. Keduanya sama-sama dibuat terkejut dengan teriakan keras dari seseorang yang berada tepat di samping mereka, Raden Nata.
Gosong, kucing hitam gendut milik Nata itu langsung meloncat dari ranjang, kemudian berlari keluar kamar setelah mendengar teriakkan pemiliknya. Sedangkan, Haesa sendiri terjatuh ke lantai.
"Jancok, jancok!" maki Haesa.
Ruangan yang beberapa menit lalu sunyi itu, seketika berubah gaduh setelah teriakan dari sang pemilik menguasai.
"Ngimpi opo aku, Sa?" heboh Nata, dengan senyuman lebar serta pipi merah merona. (Mimpi apa aku, Sa?)
Tanpa memberi sedikit perduli pun pada Haesa yang terjatuh, Nata malah sibuk berbahagia dengan dunianya sendiri. Cowok itu melempar asal kembali ponselnya, kemudian tengkurap, menelungkupkan wajahnya ke bantal. Jantungnya berdebar.
"mo, nem, tu, ro, tu, lu, tu, ro," gumamnya, menghafal notasi lancaran gebo giro. Membayangkan betapa manisnya temu manten dirinya dan Ivena nanti jika takdir mengatakan mereka berjodoh.
"Gwendeng, gwendeng, gwendeng," sahut Haesa, berteriak keras. (Gila, gila, gila,)
Dengan pinggang yang terasa nyeri, cowok itu perlahan bangkit dari posisi jatuhnya. Kemudian mengambil salah satu bantal, dan melemparkannya pada punggung Nata.
"Arek gwendeng!" sentak Haesa lagi. (Anak gila!)
Sungguh, Haesa tidak habis pikir. Jatuh cinta ternyata bisa membuat seorang Raden Nata gila. Sekalipun tidak terbalas.
Cinta hadir di diri Nata pada Ivena sejak enam tahun lalu tanpa adanya komunikasi ataupun interaksi manis diantara keduanya. Jika Haesa menjadi Nata, mungkin dirinya tidak mungkin mencintai Ivena sedalam itu. Terlebih lagi, cinta Nata hanya sebatas sebelah tangan.
"Woe, Nat! uwes po'o saltingmu kui! Pesan'e ndang di bukak!" tintah Haesa yang merasa kesal. Cowok itu menunjuk ponsel Nata yang berada di dekat kaki Nata, sementara satu tangan lainnya berkacak pinggang. (Udah dong saltingmu itu! Pesannya cepat di buka!)
Melihat Nata yang tak kunjung beranjak, Haesa akhirnya mengambil sendiri ponsel Nata. Tanpa menunggu persetujuan dari sang empu, cowok itu langsung membuka pesan singkat dari Ivena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Nata lan Kuto Tuban
Teen Fiction"Mas Nata mileh kuntilanak opo aku?" teriak Ivena. Perempuan dengan daster abu-abu itu berdiri berkacak pinggang di depan makam. Menunggu suaminya memunculkan batang hidungnya. Gimana sih rasanya punya suami yang suka cari setan? bukan nyembah setan...