"Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani."
ꦩꦱ꧀ꦤꦠꦭꦤ꧀ꦏꦸꦠꦺꦴꦠꦸꦧꦤ꧀
Jangan paksakan apapun. Satu kata yang berhasil menyadarkan manusia sekeras kepala Haesa, bahwa dunia ini tidak akan selamanya berpihak pada dirinya saja. Kita boleh mencintai seseorang, tapi jangan memaksa, apalagi melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.Lagu dangdut Sepiring Berdua, terus diputar secara berulang-ulang oleh Haesa lewat speaker bluetooth mininya.
"Apabila kuingat dirimu.. "
"Disaat bersama, hidup sengsara.."
Haesa ikut bersenandung, menghayati bait demi bait lagu tahun 70an tersebut. Lagu yang menceritakan tentang kebersamaan dan cinta antara dua orang yang telah kandas itu berhasil membuat Haesa kembali mengingat masalalu manisnya bersama Izana.
"Izana, i ne opo? iseh sok kelingan.. kabeh kenangan sing tau dilakoni..." gumam Haesa, kemudian memencet speaker bluetooth nya, mencari lagu berjudul Dumes. (Izana, i nya apa?)
Terkadang, tanpa kita sadari, seseorang yang lebih banyak tertawanya adalah orang yang paling banyak lukanya. Mereka hanya pintar menyembunyikan masalah, bukan tidak punya masalah.
Haesa Sendyakala, pemuda berusia 22 tahun itu belakangan ini memang sering merasa tiba-tiba down tanpa ada alasan yang jelas. Biasanya, disaat perasaan cowok itu sedang tidak baik, Haesa akan pergi mencari tempat dimana tidak ada satu orang pun yang mengganggunya. Salah satu tempat yang sering Haesa kunjungi disaat perasaannya kacau adalah tempat pemancingan Pak Samsul.
Seperti yang kita tau, perairan laut Tuban adalah surga bagi para pemancing karena letaknya yang strategis. Tak heran, jika banyak orang-orang yang mengisi waktu luang mereka dengan memancing, baik itu di laut lepas atau hanya sekedar di tempat pemancingan seperti Haesa. Beberapa tempat memancing yang terkenal di Tuban adalah tempat mancing perdana, tempat mancing putri mandi, tempat mancing eksis jaya abadi, dan masih banyak lagi.
Seseorang dengan style skena, tiba-tiba membuka pagar tempat mancing yang tengah Haesa tempati. Cowok itu meliriknya sekilas. Kemudian fokus kembali ke kail pancingnya.
Lestari, putri Pak Samsul yang baru saja tiba itu mengawasi Haesa yang tengah duduk tenang di tepi empang dengan outfit kolor ceri, "koyok tau eroh," gumamnya, sembari menyesap sebatang rokok yang sudah pendek disela jarinya. (Kayak pernah lihat,)
Setelah membuang putung rokoknya, Lestari berjalan mendekat ke arah Haesa, "pelanggan sepuh Ayah nggeh?" tanyanya, dengan badan sedikit membungkuk, menatap Haesa.
Haesa yang ditanya dengan segera menoleh ke arah sumber suara, "nggeh, Mbak." jawabnya, kemudian kembali fokus ke kail pancingnya. (Iya, Mbak.)
Melihat wajah Haesa dengan jarak sedekat ini, membuat Lestari semakin penasaran, "bocah ndi yo iki," gumamnya, berkacak pinggang di samping Haesa, mencoba mengingat-ingat kapan dirinya bertemu Haesa. (Anak mana ya ini,)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Nata lan Kuto Tuban
Teen Fiction"Mas Nata mileh kuntilanak opo aku?" teriak Ivena. Perempuan dengan daster abu-abu itu berdiri berkacak pinggang di depan makam. Menunggu suaminya memunculkan batang hidungnya. Gimana sih rasanya punya suami yang suka cari setan? bukan nyembah setan...