16

232 14 0
                                    

Pekikan tertahan dari para kaum jomblo lebih mendominasi acara sore ini.
Setelah mendatangani semua dokumen yang diperlukan Aca dan Gus Zidan istirahat terlebih dahulu mengingat waktu juga merepet ke Maghrib.

Kaum adam serentak menuju masjid terdekat, sedangkan kaum hawa merapat di ruang tengah untuk melaksanakan sholat termasuk Aca.

Aca membersihkan seluruh make up nya, karena aca tidak terbiasa jika sholat masih ada make up yang menempel di kulitnya.

Untung saja make up yang di gunakan Aca tidak tebal karena kulit Aca yang putih bersih sudah membuat ia cantik.

Selepas magrib Aca dirias kembali oleh MUA karena akan di adakan resepsi.

Resepsi diadakan mulai ba'da isya hingga malam pukul 21.30.

Mengingat Aca tidak memiliki tubuh yang fit. Jadilah ia berbalutkan gaun putih yang lebih ringan dari pada gun pengantin tadi sore.

 Jadilah ia berbalutkan gaun putih yang lebih ringan dari pada gun pengantin tadi sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rombongan kaum adam sudah datang, setelah melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Gus Zidan disuruh langsung masuk ke kamar tamu yang di dalamnya sudah ada Aca untuk bersiap siap juga.

Ditengah persiapan Gus Zidan dan Aca.
Adzan isya berkumandang. Lekas kaum adam yang mendengar berjamaah mendirikan sholat berjamaah dirumah dengan abi sebagai imam nya.

Selesai dengan sholat, semua keluar menyambut para tamu yang datang. Aca dan Gus Zidan masih belum keluar dari kamar. Padahal Gus Zidan sudah siap lebih dulu.

Setelah Aca sudah siap barulah aca menggunakan kaos kaki dan menggunakan high heels, namun sebelum MUA yang membantu menunduk, suara Gus Zidan lebih dulu menginstruksi bahwa Gus Zidan saja yang membantu memakaikan dan para MUA disuruh keluar dan mempersilahkan menikmati hidangan yang sudah di sajikan.

Berakhirlah dikamar itu menyisakan dua orang yang sudah halah.
Saat Gus Zidan ingin menunduk memakaikan, atensinya mengarah pada suara kekasih halalnya.

"Jangan Gus, biar saja aja." Ucap Aca.

"Kenapa? Kamu pasti kesusahan kalau memakai sendiri." Ucap Gus Zidan.

"Nggak sopan Gus, masak Gus yang pasangin." Tolak Aca.

"Di Al-Qur'an dan al hadist tidak ada hukum yang membunyikan bahwa hal ini dosa. Justru Al-Qur'an dan hadits memerintahkan untuk memuliakan istri." Tutur Gus Zidan

"Tetap aja Gus, tapi ini ga sopan." Kekeh Aca

"Shutttt, sudah siniin kakinya." Ucap Gus Zidan sambil menuntun kaki Aca diletakkan di atas pahanya.

Selesai memasangkan kaos kaki dan sepatunya. Gus Zidan dan Aca bergandengan keluar. Tidak tidak bukan Aca yang sukarela memberikan tangannya untuk di genggam namun Gus Zidan yang memaksa.

Para tamu yang berada di sana langsung terkesima akan kecantikan dan ketampanan pasangan yang menjadi peran utama di acara malam ini.

Papa dan mama yang melihat Aca sudah digandeng dengan suaminya menahan air matanya agar tidak keluar. Meskipun sudah sekuat tenaga cairan bening itu meleleh juga di kedua mata indah pasangan paruh baya itu.

Mereka tersenyum dan harus mengikhlaskan anaknya di bawa oleh suaminya. Aca adalah anak wanita satu satunya yang dimiliki di keluarga besar papanya dan menjadi cucu kesayangan di keluarga mamanya.

Jangan tanyakan dimana Fadhil berada. Fadhil sangat menyayangi kakak perempuan satu satunya itu. Kerap kali ia berkeluh kesah kepadanya. Ia menghindari kakaknya agar ia tidak semakin merasa sedih karena kakaknya dipinang oleh orang.

Aca menyadari fadhil yang berdiam diri di bangku paling pojok dan belakang. Ia sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.

Aca dan Gus Zidan menyalimi para tamu undangan yang memberikan selamat serta doa untuk pernikahan kedepannya.

Aca dan Gus Zidan terus menerus berdiri untuk menyalami tangan tamu, hingga rasanya duduk untuk sebentar saja tidak bisa.

Kaki Aca sudah mulai lelah, ia menghela nafas panjang dengan lirih namun masih terdengar jelas di telinga suami.

"Capek hmm?." Tanya Gus Zidan.
Aca tidak menjawab pertanyaan Gus Zidan namun hanya tersenyum sedikit untuk merespon.

"Udah duduk dulu." Titah Gus Zidan sambil menuntun Aca duduk.

Papa yang melihat raut wajah Aca menghampiri mereka diatas pelaminan.
Semua hampir terlewat bahwa Aca lupa tidak diberi makan. Ia memang kuat menahan lapar, tapi jika sudah terlalu lama bisa bisa ia tidak tidur di kamar tapi di rumah sakit.

"Nak, ayo turun dulu. Kamu belum makan kan dari tadi siang." Ucap papa.

"Masih ada tamu pa." Tolak Aca halus.

"Udah gapapa, ayo turun pasti kalian capek kan menyalimi tamu tamu." Ajak papa.

Aca yang rasanya sudah tidak memiliki tenaga untuk berjalan, dan papa yang peka langsung menggendong Aca ala bridal style. Gus Zidan ingin mengambil alih namun kata papa 'sudah tidak apa, mungkin ini akan menjadi gendongan apa yang terakhir untuk putri papa'

Aca duduk di tengah tengah dengan sebelah kanannya sang suami dan sebelah kirinya sang papa.

Mamanya sedang mengambilkan makanan untuk mereka.
Mamanya mengambilkan sate untuk Aca dan rendang untuk Gus Zidan.

Mereka makan dengan khidmat tanpa ada yang berbicara.
Selesai makan, Aca meminta tolong kepada Wo yang melintas di depannya untuk mengambil sandal.

"Kenapa nggak minta tolong aku? Kan ada aku disini." Ucap Gus Zidan dengan nada merajuk.

"Ya gapapa kan Gus baru selesai makan, biar makan nya turun dulu ke perut." Ucap Aca, yang sepenuhnya jelas bohong. Karen alasan yang real ya memang tidak sopan karena menyuruh-menyuruh.

Wo tadi memberikan sandal dan membantu Aca untuk melepaskan High heels nya. Gus Zidan berpamitan untuk menemui teman temannya yang lain. Aca yang merasa ditinggal sendiri berjalan ke arah dimana adiknya berada.

Ia menepuk pelan pundak sang adik.
"Heiii, kok disini nggak seneng ya mbak nikah?." Tanya Aca.

"Seneng kok seneng banget- ."
"Tapi Juga sedih pasti mbak di bawa suami mbak." Terang Fadhil sambil mencoba untuk tersenyum namun tidak dengan matanya.

"Heiii, kok mikirnya gitu. Selama ini kan mbak juga merantau ke kota orang. Kita hanya berkabar dengan chat. Untuk bertemu aja mbak harus lihat jadwal mbak dulu kan." Jawab Aca.

"Mbk janji, kalau mbak akan sering sering kesini, sering-sering kasi kabar juga ke adek. Kalaupun mbak boleh egois, mbak juga nggak pingin ikut. Dengan latar belakang dari keluarga suami mbak, nggak memungkinkan untuk mbak melakukan hal egois itu."

"Hiks hiks." Fadhil sudah tidak mampu untuk terlihat tegar ketika melihat mbaknya, ia mencoba menolak sadar akan status baru yang disandang mbaknya. Ada rasa tidak rela ketika hal yang ditakutkan malah terjadi. Aca langsung memeluk tubuh sang adik yang kini sudah mulai beranjak dewasa.

"Tapi kalo suami mbak nggak bolehin mbak kesini gimana?." Tanya Fadhil di sela-sela menangisnya.

"Kabur." Jawab Aca dengan enteng.

^^^^
Haiiii, selamat berbuka puasa yaaa manteman. Gimana semakin kesini semakin seru apa semakin flat?
Banyakin komen dan tombol bintangnya yaaa biar aku juga lebih semangat kalo nulis.

Hari ini double up yaa, terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini.
🤗

Kita Berbeda GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang