23

179 16 2
                                    

saat sampai di ndalem, yang tak lain dan tak bukan rumah mertua Aca, nyatanya rumah itu benar benar full akan saudara Gus Zidan.

"Assalamualaikum." salam Aca dan Gus Zidan.

"waalaikumsalam." jawab serentak anggota keluarga yang mendengar salam mereka.

"masyallah yang ditunggu tunggu datang juga ini mah." ucap Budhe Gus Zidan.

Gus Zidan dan Aca menanggapi dengan senyum. eits jangan salah yang senyum cuma mulutnya di hatinya mah berdebar debar.

Aca semakin meremas baju yang di kenakan Gus Zidan. dan Gus Zidan malah tersenyum balik menatap Aca.

Gus Zidan tidak mau istrinya menjadi bahan omongan jadi ia antarkan menemui uminya dahulu atau adiknya agar Aca tidak merasa canggung sekali.

setelah mengantarkan Aca kepada adik dan uminya yang berada di dapur, Gus Zidan kembali ke depan untuk bergabung dengan para laki laki, mulai dari sepupu sampai pakde nya.

Aca sebenarnya merasa canggung namun berhubung Risa selalu menggenggam tangan Aca jadilah Aca sedikit lebih tenang dengan situasi.

tak terasa waktu cepat berlalu adzan dhuhur sudah berkumandang banyak yang memilih untuk sholat berjamaah di masjid pesantren dan ada yang menetap di ndalem karena sedang berhalangan.

Aca yang memang tidak terbiasa dengan mukena terusan merasa sedikit berkecil hati jadi ia tidak ikut dengan keluarga lain yang sholat di masjid berjamaah. toh dia juga sudah mendapat izin dari suaminya jika ia akan sholat dirumah saja.

saat selesai sholat niat Aca akan turun untuk bergabung dengan anggota keluarga yang lain untuk beradaptasi, toh dia juga takut dianggap tidak sopan karena sholat di rumah namun tidak keluar keluar.

saat di pertengahan tangga ia dapat mendengar suara adik umma yang tak lain dan tak bukan adalah tante reni, adik dari ummah Gus Zidan.
(ada yang masih ingat? baca ulang di bab 5)

"kalo dipikir pikir kasian juga ya zidan. dia kan lulusan terbaik di al azhar S2 ganteng pula gada minusnya. ehhhhhh malah ketemu istri yang banyak minusnya. gabisa masak bukan keturunan kyai, apalagi mengabdi di pesantren." ucap tante Reni kepada saudara yang lain.

yang lain hanya menanggapi dengan gelengan kepala karena sudah hafal betul akan ucapan tante reni.

Aca yang mendengar itu merasa tersentil hatinya. namun ia tetap harus tersenyum dan pura pura biasa saja.

mungkin sudah satu kedipan mata, air mata Aca akan menetes, namun Aca segera menghapusnya ketika Rissa sudah kembali dari masjid sendirian.

"Assalamualaikum." ucap Rissa.

"waalaikumsalam kok sudah pulang ris, belum juga selesai itu dzikir nya." ucap budhe ratna kakak dari ummah Gus Zidan.

"iya budhe, lanjut dirumah aja hehe. Rissa mau keatas dulu ya budhe naruh mukena." pamit Rissa saat sudah salim dengan anggota keluarga yang lain.

saat menaiki tangga Rissa melihat Aca yang membersihkan air mata.

"mbak??." tanya Aca.

"iyaa,, eh kok sudah pulang kan belum sampai doa." ucap Aca.

"mbk habis nangis?." tanya Aca.

"nggk kok, mbk ngk nangis. ganti mukena gih biar ngk kotor nanti." Suruh Aca.

Rissa langsung menurut dan pergi ke kamarnya untuk mengganti mukenanya. namun ia benar benar yakin kalau kakak iparnya selesai menangis.

ia tidak akan bilang ke Gus Zidan kecuali ini masalah besar pikir Aca.

Aca memberanikan diri untuk duduk bergabung dengan anggota keluarga yang lain.

"heh Ca, kamu dari pada sama Zidan yang terlalu masyallah mendung kamu ngaca dulu deh. sudah paanteskah untuk mempersunting cowo yang masyallah untuk cewe modelan kamu yang astaghfirullah."

"astaghfirullahaladzim.... Ren jangan bilang gitu kenapa sih." ucap budhe Ratna.

"ya gimana ya mbk emang faktanya kok. kasian Zidan udah nikah tapi rasanya bukan malah membuat dia mandiri malah menambah beban hidupnya" ucap Tente Reni.

Aca hanya diam menunduk sambil memainkan ujung jilbabnya.

skippp.....
saat malam, Aca tidak bisa tidur dengan nyenyak seperti biasa. ia memikirkan omongan dari tante reni tadi. apakah ia benar benar menjadi beban hidup untuk Gus Zidan. kalau dipikir pikir juga, ia beban karena blm banyak uang yang ia keluarkan untuk Gus Zidan apalagi sekedsr memasak juga Gus Zidan yang melakukan. pikir Aca.

perubahan itu terlihat oleh Gus Zidan.
"heiii, kenapa?" Tanya Gus Zidan sambil duduk di sebelah Aca.

"hmmm... kenapa apa?" tanya balik Aca.

"jangan bohong sayang. kenapa ada yang ganggu pikiran kamu?." tanya Gus Zidan

"nggk mas, aku nggk papa. emang nya aku kenapa?." ucap Aca.

Gus Zidan tidak mau memaksa Aca untuk bercerita karena ia pasti tau kalau Aca pasti tidak akan berbicara jujur. biarlah ia yang akan menanyakan kepada adiknya barangkali tau.

Gus Zidan yang gemas menarik pelan hidung Aca.
"besok besok klo ada apa apa, bilangnya sama mas bukan sama diri sendiri. jangan di biasakan untuk memendam semua nya sendiri oke. mas bukan lagi orang lain. mas sekarang sudah menjabat menjadi suami kamu. kamu badan mas dan mas baju kamu. kita harus saling menggenggam apa pun keadaanya. oke sayang." Tutur Gus Zidan.

Aca tersenyum menanggapi ucapan Gus Zidan. lalu ia menatap tangannya yang di genggam Gus Zidan dan rasa kecil hati itu kian membesar, bahwa ia benar benar merepotkan.

saat ini sudah hampir larut niat hati Gus Zidan akan mengambilkan minum untuk Aca yang biasa di lakukan Aca ketika ingin tidur. namun karena tadi diajak mengobrol terus tentang suami dan istri. Gus Zidan berharap setelah mengobrol dengan Aca, Aca menjadi terbuka dengan dia. agar dia tau letak yang salah letak yang harus dibenahi atau bahkan letak dimana sesuatu tersebut harus dibuang.

saat Gus Zidan berbalik dari dispenser ternyata Rissa juga turun dengan mata kantuk nya sambil membawa gelas.

"dek, kebangun?." tanya Gus Zidan.

Rissa hanya mengangguk kan kepalanya namun ia tidak langsung berjalan ke arah dispenser namun malah menarik kursi meja makan dan menidurkan kepalanya di atas tangan.

Gus Zidan juga menarik kursi yang berhadapan dengan adiknya.

"dek, tadi ada sesuatu yang menyenggol istri abang?" tanya Gus Zidan.

"hmmmmm.....-
eh tadi pas habisnya sholat dhuhur aku lihat kak Aca di tenagh tengah tangga. kalo kataku kak Aca habis nangis tapi pas aku tanya kak Aca bilang ngk kok ngk papa gitu bang. kenapa memang bang?." ucap Rissa.

"soalnya sejak tadi diam aja, ngk biasanya. biasanya kan istri abang selalu cerita tapi abang juga ga dapat cerita apapun tentang hari ini." ucap Gus Zidan

ya memang biasanya sering sekali tiap malam Aca menceritakan hari nya kepada Gus Zidan dan tentang apapun yang membuat ia penasaran akan bertanya kepada Gus Zidan. namun hari ini tidak ada cerita atau pertanyaan tentang hari ini.

"aku sebenernya nggk mau suudzon sama tante reni tapi mungkin abang tau kan gimana omongannya tante reni. karena tadi pas shomat ashar sengaja aku bilang aku sakit perut dan aku denger Tante Reni sebut sebut ning Adiba."






°°°°°°°°°°°°°°°
hayyo ini bau bau konflik ngk sie,,,, wkwkwk.
terimakasih ya kalian yang mau membaca cerita random dari pikiran ku hihi

yuk yang penasaran gimana cerita kelanjutnnya bisa di pantau trs yakkkkkk. jan lupa pencet bintang nya juga. terimakasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Berbeda GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang