4. Patah Hati

144 65 28
                                    

Naya tidak bisa tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya tidak bisa tidur. Berlembar tisu telah ia habiskan untuk menghapus air mata dan ingusnya yang mengalir bagai air. Ia masih tidak mengerti mengapa Mike bisa berkencan dengan Jean. Bukankah untuk menjalin hubungan, perlu pendekatan yang lama agar dapat mengenal satu sama lain? Selama apa mereka menghabiskan waktu mengobrol di WhatsApp dalam satu hari? Sudahkah Mike mengenal Jean dengan baik?

Berbagai pertanyaan terus menghampiri otak mungil Naya. Gadis itu merasa menyesal telah memperkenalkan Jean kepada Mike saat itu. Andai saja saat itu ia tidak menyapa Mike, atau andai saja ia tidak pergi jalan-jalan bersama Jean di hari itu ataupun tempat itu, bukankah ini semua tidak akan terjadi? Jean dan Mike tidak akan saling mengenal dan jatuh cinta satu sama lain.

Ternyata benar, penyesalan selalu datang terakhir. Tidak ada gunanya berandai-andai, semua telah terjadi.

***

Hampir terlambat, Naya masuk ke dalam kelas dengan wajah lelah dan mata bengkaknya. Pagi ini Naya kesiangan bangun. Mungkin karena ia baru terlelap saat pukul tiga dini hari, atau lebih.

Teresa yang sudah duduk manis di bangkunya, segera mendekati Naya dan menuntun gadis itu untuk duduk.

"Kayak baju yang belum disetrika aja, kusut banget."

Tidak mendapat respons apa pun, Teresa kembali berujar, "Kepikiran soal Mike yang udah pacaran sama Jean, ya."

"Aku harus gimana biar bisa lupain Mike?" Naya menatap nanar Mike dari kejauhan. Wajah yang dulunya sering ia lihat untuk mendapatkan semangat, kini berubah menjadi luka.

"Temukan cinta yang baru!" ucap Teresa menggebu-gebu.

"Lalu apa? Aku harus memendam kembali perasaanku dan mendapatkan akhir yang sama? Aku nggak mau, Sa."

Teresa memegang kedua tangan Naya, seolah memberi kekuatan pada gadis itu.

"Nay ... sebagai perempuan, kita diperbolehkan kok, berjuang untuk mendapatkan seseorang yang kita sukai. Kita boleh bersikap agresif sewaktu diperlukan."

Naya masih diam hingga Teresa melanjutkan, "Kamu boleh berjuang untuk mendapatkan dia, tetapi dari seratus langkah, kamu hanya cukup mendekatinya sebanyak 99 langkah. Biarkan satu langkah terakhir itu dia yang melakukannya. Jika tidak, maka berbaliklah. Mungkin bukan kamu yang diinginkannya."

Air mata Naya tiba-tiba mengalir turun. Selama ini, ia memang belum melakukan apa-apa. Ia hanya diam dan merasa cukup hanya dengan menjadi teman Mike. Oleh karena itu, ia tidak pernah bersikap agresif atau menunjukkan perasaan sukanya pada Mike ketika sedang bersama lelaki itu. Ia takut membuat Mike menjadi tidak nyaman.

"Aduh, kenapa malah jadi nangis?" Teresa segera mengambil selembar tisu dari dalam tasnya dan menghapus air mata sahabatnya itu.

"Aku ... aku enggak tahu perlu waktu berapa lama buat lupain Mike kalau harus lihat dia terus di kelas."

[SUDAH TERBIT] Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang