Naya mengajak Teresa untuk menemaninya menemui Ric di hari Minggu siang. Mereka akan makan siang di luar bersama, sambil mengobrol. Gadis itu mengajak Ric bertemu di kafe yang mengusung tema coffee shop minimalis dan industrial. Ada beberapa spot yang bisa dipilih, mulai dari area outdoor depan, area rooftop hingga area indoor ber-AC yang nyaman untuk bekerja.
"Aku kaget banget saat kamu telepon aku dan bilang mau ketemuan dengan Frederick. Chloe dan Mitha udah tahu belum?" tanya Teresa yang saat itu duduk bersebelahan dengan Naya di kafe. Mereka memilih untuk duduk di area rooftop dan menunggu kedatangan Ric.
"Belum. Kalau mereka tahu, pasti udah heboh banget. Apalagi aku yang ajak Ric ketemu duluan."
"Tapi serius, aku nggak kepikiran kalau kamu bakal senekat ini buat ajak ketemuan seseorang yang kamu nggak kenal sama sekali."
"Ya makanya aku ajak kamu juga, buat temani aku. Kalau udah ketemuan, pasti bakal lebih kenal satu sama lain, kan? Lagipula, kita udah sering chatting-an kok, hampir tiap hari malah."
"Belum tentu. Kalau ternyata dia tipe orang yang pendiam ketika ketemuan, gimana?"
"Iya juga, sih."
"Jadi mau pesan apa, nih? Kita yang kecepatan datang atau dia yang ngaret, sih?"
"Kecepatan, hehe. Aku bilang jam ketemuan jam 12."
"Terus kenapa kamu datang ke rumahku setengah dua belas tadi?"
Naya hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuk lehernya.
Di sisi lain, Edrick yang datang bersama Frederick ke kafe, meninggalkan pesan kepada Naya bahwa ia telah sampai.
"Gue udah chat Naya dan dia bilang duduk di area rooftop. Lo langsung ke sana aja."
"Terus lo sendiri gimana?" tanya Frederick bingung.
"Ya gue duduk jauhan dari kalian lah. Ya kali gue ikut gabung sama kalian."
"Dengan penampilan lo kayak gini, jauh atau dekat, tetap aja menarik perhatian." Frederick berkomentar, tidak hanya memakai pakaian serba hitam, adiknya itu juga memakai topi dan kacamata hitam.
"Lepas aja deh tuh topi sama kacamata hitam," jengkel Frederick sambil mengambil topi dan kacamata yang dikenakan Edrick secepat kilat.
"Sial, kembaliin! Nanti Naya ngenalin gue." Edrick tampak menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya.
"Ya udah, lo pulang aja kalau gitu. Makin lama gue bareng lo di sini, makin lama juga gue jadi pusat perhatian."
"Ya udah, gue bakal pakai topi, doang. Sini!" Edrick pun mengantongi kacamata hitamnya dan memakai topinya kembali setelah berhasil merampasnya.
"Lo nggak pulang?"
"Lo ngusir gue? Gue kan mau pastiin dari jauh kalau semuanya berjalan lancar."
"Iyain, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] Hidden Love
Teen FictionKetika cinta sulit diungkapkan, apakah harus dilupakan? Ini tentang Naya, seorang gadis SMA yang telah memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Ketika ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya, semua telah terlambat, lelaki yang disukainya telah...