Sesuai yang disepakati, dimulai hari ini selama seminggu, Naya harus menuruti apa pun perintah Edrick. Ke mana pun lelaki itu pergi, Naya harus mengikutinya dan harus siap disuruh-suruh layaknya seorang babu. Sebenarnya Naya tidak ingin bertanggung jawab, tapi ia juga tidak bisa hanya diam saja ketika nilai seseorang yang bagus, menjadi jelek karena ulahnya. Atau ia cari alternatif lain? Mencoba membujuk Bu Siska untuk memberi Edrick nilai yang tinggi, sebagai gantinya, nilainya saja yang jelek.
Naya menghela napas panjang. Tampaknya tidak ada yang tidak tahu jika hari ini ia telah mengikuti Edrick seharian, tak terkecuali ke toilet. Waktu istirahat yang harusnya ia habiskan di kelas dengan mengobrol atau ke kantin bersama Teresa dan yang lain, selama seminggu ke depan tidak akan ada lagi.
"Ayo, ke kantin!" ujar Edrick ketika keluar dari toilet.
"Iya," balas Naya singkat sambil mengikuti Edrick dari belakang.
"Hari ini gue ada ekskul basket, lo harus nungguin gue hingga selesai."
"Ha? Sampai jam berapa?"
"Jam lima sore."
"Gue nggak boleh pulang duluan? Soalnya-"
"Kalau alasannya lo takut nggak ada bus, gue bisa antar lo pulang."
Naya kehabisan alasan. Apakah ia harus berbohong kepada Edrick kalau ia punya acara keluarga di siang hari sehingga harus pulang cepat? Tapi, acara keluarga apa di siang hari?
"Gue tunggu di sini," ucap Edrick sambil duduk di tempat yang kosong, "Belikan gue mie ayam dan sebotol sprite. Nggak pakai lama."
"Uangnya?" Naya mengulurkan tangannya.
"Gue lagi nggak bawa cash, pakai uang lo duluan nggak masalah, kan?"
Naya menatap Edrick dengan jengkel, tapi akhirnya ia mengiyakan juga. Gadis itu segera menerobos kerumunan dan membeli apa yang diminta Edrick. Terbersit di pikirannya untuk mengerjai Edrick agar lelaki itu tidak bersikap seenaknya. Naya menaruh saus cabai yang banyak, juga mengocok minuman bersoda di tangannya agar minuman tersebut menyembur keluar mengenai Edrick ketika dibuka.
"Lo di sini juga, Nay?" tegur Chloe yang saat itu sedang di kantin bersama Mitha dan Teresa. Mereka mendapati Naya yang sedang mengocok sprite dengan brutal.
"Ah, iya. Kalian mau beli mie ayam juga?"
"Gue doang, Mitha sama Teresa enggak."
"Itu buat siapa Nay?" tanya Teresa.
"Tuh, si tengil."
"Pantes aja tuh minuman lo kocok sampai berbusa," tawa Mitha kemudian.
"Ya udah deh, aku ke sana duluan, ya!"
Naya pun berjalan mendekati Edrick yang sedari tadi terlihat sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu harusnya tidak melihat apa yang dilakukannya jika ia sedang bermain game.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] Hidden Love
Teen FictionKetika cinta sulit diungkapkan, apakah harus dilupakan? Ini tentang Naya, seorang gadis SMA yang telah memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Ketika ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya, semua telah terlambat, lelaki yang disukainya telah...