12. jalan terbaik

17 2 0
                                        

Dering ponsel sukses memecah lamunan dan keheningan dini hari dimana di ruang pasien itu hanya Helma yang terjaga. Pukul 02.15 alarm di HP milik Karina ia matikan. Sebenarnya ada Seno dan Wina di ruangan itu, tapi itu satu jam yang lalu. Mereka sekarang memilih pergi ke angkringan yang ada di depan gerbang rumah sakit. Belum makan katanya.

Helma kembali mengecek Karina yang masih tertidur dengan infus dan gips di kaki kanannya. Lagi-lagi laki-laki itu menyesali keputusannya membiarkan Karina bertemu mantannya.

Harusnya ia cegah sampai gadis itu benar-benar tak menemui Marko kan? Tapi apa berhak? Toh, cuma teman. Sebuah notifikasi dari ponselnya baru saja masuk, lagi-lagi lamunannya dibuyarkan.

mama : Kamu dimana aja? Pak Sapri bilang kamu ga ada di kos.

Helma : abis isya aku tidur, Ma. Ini sekarang di RS, ada temen sakit

mama : pulang. udah pagi ini, gila apa kamu yang nunggu

Helma : dia jauh dari rumahnya, Ma, nanti Helma kuliah, tenang aja

mama : nilai kamu itu yang paling penting, Ma. Nggak usah temenan sama orang aneh-aneh kaya dulu-dulu.

Helma : iya

mama : yang sakit laki-laki atau perempuan?

Helma : Perempuan

mama : bukan pacar kamu itu kannn??

Helma : beda orang

mama : ga usah pacaran dulu, nak. kuliah kamu lagi berantakan

Helma : iya

mama : fotoin coba sini mama mau liat bener ga kamu di RS

Helma : ya

Helma yang masih berdiri di samping ranjang Karina bersiap membuka kamera lalu mengarahkannya ke gadis yang terbaring itu. Baru saja ingin menekan tombol foto, laki-laki itu terkejut karena Karina melihat ke arah kamera. Hah? Apakah gadis itu sudah sadar??

"Ngapain lo ..." Napas Karina terengah, "foto-foto gue?"

Helma meraih dahi Karina yang beberapa saat lalu panas tinggi. Syukurlah sudah mendingan. Karina ingin menyingkirkan tangan Helma yang ada di dahinya, tetapi tak kuat menggerakkan tangannya sendiri. Ini karena dia di bius kah?

"Ck, jangan sembarangan pegang."

"Lo demam tadi, sekarang udah mendingan." Helma kiri mengecek suhu di leher gadis di sampingnya.

"Ehh, a-anjir lo ngapain, sihh?"

"Ngecek masih demam nggak."

"N-nggak perlu. Ck. Sanain tangan lo."

Helma menurut sambil mendengus lalu duduk. "Kenapa kaki lo bisa gitu?"

Karina langsung memejamkan mata karena tahu ini kesalahannya sendiri dan sepertinya laki-laki di sampingnya itu akan memarahinya.

"Gue kasih tahu, tapi ga usah ngomel. Ok?"

Helma melihat Karina dengan sangat tidak ramah. Karina meneguk ludah susah payah. Kok agak seram ya si Helma ini?

"Ya udah ga gue kasih tahu kalo ga mau."

"Cepet kasih tau."

Karina membenarkan selimutnya lalu melirik Helma lalu ke atap rumah sakit lalu ke Helma lagi. "Gue jatuh. Gara-gara gue sendiri. Bukan salah Marko."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Before WE Graduated || College seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang