Dering ponsel sukses memecah lamunan dan keheningan dini hari dimana di ruang pasien itu hanya Helma yang terjaga. Pukul 02.15 alarm di HP milik Karina ia matikan. Sebenarnya ada Seno dan Wina di ruangan itu, tapi itu satu jam yang lalu. Mereka sekarang memilih pergi ke angkringan yang ada di depan gerbang rumah sakit. Belum makan katanya.
Helma kembali mengecek Karina yang masih tertidur dengan infus dan gips di kaki kanannya. Lagi-lagi laki-laki itu menyesali keputusannya membiarkan Karina bertemu mantannya.
Harusnya ia cegah sampai gadis itu benar-benar tak menemui Marko kan? Tapi apa berhak? Toh, cuma teman. Sebuah notifikasi dari ponselnya baru saja masuk, lagi-lagi lamunannya dibuyarkan.
mama : Kamu dimana aja? Pak Sapri bilang kamu ga ada di kos.
Helma : abis isya aku tidur, Ma. Ini sekarang di RS, ada temen sakit
mama : pulang. udah pagi ini, gila apa kamu yang nunggu
Helma : dia jauh dari rumahnya, Ma, nanti Helma kuliah, tenang aja
mama : nilai kamu itu yang paling penting, Ma. Nggak usah temenan sama orang aneh-aneh kaya dulu-dulu.
Helma : iya
mama : yang sakit laki-laki atau perempuan?
Helma : Perempuan
mama : bukan pacar kamu itu kannn??
Helma : beda orang
mama : ga usah pacaran dulu, nak. kuliah kamu lagi berantakan
Helma : iya
mama : fotoin coba sini mama mau liat bener ga kamu di RS
Helma : ya
Helma yang masih berdiri di samping ranjang Karina bersiap membuka kamera lalu mengarahkannya ke gadis yang terbaring itu. Baru saja ingin menekan tombol foto, laki-laki itu terkejut karena Karina melihat ke arah kamera. Hah? Apakah gadis itu sudah sadar??
"Ngapain lo ..." Napas Karina terengah, "foto-foto gue?"
Helma meraih dahi Karina yang beberapa saat lalu panas tinggi. Syukurlah sudah mendingan. Karina ingin menyingkirkan tangan Helma yang ada di dahinya, tetapi tak kuat menggerakkan tangannya sendiri. Ini karena dia di bius kah?
"Ck, jangan sembarangan pegang."
"Lo demam tadi, sekarang udah mendingan." Helma kiri mengecek suhu di leher gadis di sampingnya.
"Ehh, a-anjir lo ngapain, sihh?"
"Ngecek masih demam nggak."
"N-nggak perlu. Ck. Sanain tangan lo."
Helma menurut sambil mendengus lalu duduk. "Kenapa kaki lo bisa gitu?"
Karina langsung memejamkan mata karena tahu ini kesalahannya sendiri dan sepertinya laki-laki di sampingnya itu akan memarahinya.
"Gue kasih tahu, tapi ga usah ngomel. Ok?"
Helma melihat Karina dengan sangat tidak ramah. Karina meneguk ludah susah payah. Kok agak seram ya si Helma ini?
"Ya udah ga gue kasih tahu kalo ga mau."
"Cepet kasih tau."
Karina membenarkan selimutnya lalu melirik Helma lalu ke atap rumah sakit lalu ke Helma lagi. "Gue jatuh. Gara-gara gue sendiri. Bukan salah Marko."

KAMU SEDANG MEMBACA
Before WE Graduated || College series
Ficção Adolescente"Lo lebih suka topik tentang tumbuhan apa hewan kalo ambil skripsi?" Helma cuma terus menonton game dari layar ponselnya. Setelah lebih dari 30 detik, dia akhirnya menoleh. Melihat Karina dengan ekspresi tak terbaca. "Lo mau ambil topik yang mana?"...