Happy Reading
[21/03/2024]"Pembenci tetaplah pembenci. Mereka hanya tahu menjatuhkan dengan cara apapun."
Setelah menikmati hari libur, sekarang waktunya kembali melakukan kegiatan seperti biasanya. Kuliah di universitas bergengsi dengan beasiswa prestasi, itulah posisi Sheyra sekarang. Smart dan berkompeten di setiap pekerjaan yang ia lakukan. Meskipun diberikan kelebihan tersebut, Sheyra tidak pernah sekalipun menyombongkan diri dan untuk mereka yang mengatakan jika Sheyra sombong, maka percaya saja karena ia tidak pernah mengaku sebagai orang baik.
Dibalik wajah flat Sheyra, terselip sikap pemalu dan sulit bergaul dengan banyak orang. Hal tersebut yang membuat Sheyra dikenal karena prestasinya saja. Ia seringkali terintimidasi karena hal sepele, tapi Sheyra tetap diam dan menahan semuanya.
Hari ini Sheyra di minta oleh sahabatnya untuk mengambil makalah yang dikirim ke tempat print yang letaknya tidak jauh dari kampus. Sahabatnya itu adalah Laeli, ia teman sekelas Sheyra. Cewek berambut panjang bergelombang itu memiliki mulut selebar bak mandi. Bagaimana tidak, ia selalu mengajak semua orang mengobrol, yang paling parah saat naik bus.
"Kita kalau nggak cepet bakal telat sampek kelas ini," kata Laeli sembari memeriksa jam tangan miliknya.
"Tenang, palingan dosennya nggak masuk." Balas Sheyra seolah paham betul dengan dosennya.
"Ya enakan Lo masih aman, otak Lo tokcer gampang buat dapat nilai tinggi." Keluhan Laeli setiap kali semester Sheyra tidak pernah berbagi nilai dengannya. (Otak encer)
"Dan lagi lo_"
Brug!!
Laeli menjatuhkan makalahnya tepat di kubangan air ketika bahunya tidak sengaja menabrak seseorang. Ia sempat minta maaf tapi respon balik dari orang itu membuat Sheyra naik darah.
"Ohh, gerombolan pengemis negara." Maki Syren, salah satu mahasiswa yang sering membully karena memanfaatkan posisinya di kampus. Dan gilanya, ia satu kelas dengan Sheyra.
"Pantesan bajunya aja kampungan." Lanjutnya.
Laeli masih memungut makalahnya, jujur ia takut kepada Syren, terlebih lagi ia berpengaruh di kampus ini. Yang bisa cewek itu lakukan hanya meminta maaf dan mencoba menghindar. Tapi Sheyra, sudah cukup ia diam selama 8 semester ini. Ia sudah muak!
"Udah selesai?" Tanya Sheyra dingin, "Ayo bangun!" Sheyra membantu Laeli bangkit dan memungut makalah itu.
Sebelum Sheyra membawa Laeli pergi, Syren menghadang di depan tapi Sheyra menepisnya seolah butiran debu tak berarti.
"Heh, anak buangan! Dengan begini Lo nggak akan di cap orang baik!" Cemooh keluar dari mulut busuk cewek itu.
Sheyra tersenyum kecut mendengar hal itu, "Silakan jelekin gue sesuka Lo. Dan masalah gue baik apa nggak, itu bukan urusan Lo!"
"He b*cth! Sok kecakepan lo!" Teriak Syren menantang kesabaran Sheyra yang setipis tissue dibelah dua dan jatuh ke air.
"B*cth? Emang ada yang bilang kalau gue cantik? Nggak, kan? Emang Lo nya aja yang ngerasa tersaingi!" Maki balik Sheyra. Memang curut Amerika itu tidak pernah merasakan tamparan mulut pedas dari Sheyra.
Sheyra tidak ingin berlama-lama berdebat dengan manusia berhati binatang. Ia juga tidak ingin berbicara dengan hewan. Sekarang fokusnya hanya mengulang print makalah tersebut sebelum masuk ke kelas.
🍂🍂Altschmerz🍂🍂
"Kan apa yang gue bilang," duga Sheyra saat datang di kelas yang seperti biasa tidak ada dosen. Hal yang tidak aneh lagi bagi mahasiswa di kelas ini jika dosennya jarang datang atau lebih tepatnya tidak pernah hadir. Heran, kemungkinan berapa kali dosen itu dipanggil Dekan ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz🍂[Segera Terbit]
Novela Juvenil"Aku hanya ingin bahagia, apakah itu terlalu serakah, Tuhan?" Eccedentesiast? Tentu, aku tersenyum meski hatiku terasa sakit. Aku tertawa meski tengah malam aku menangis. Aku tersenyum meski beban berat tengah memenuhi pikiran. Aku bersikap seolah s...