Altschmerz 10

3 2 0
                                    

Happy Reading
[03/04/2024]

Hari ini Nasywa mengikuti latihan paduan suara, yang kebetulan untuk persiapan wisuda Purna sarjana di kampusnya. Beberapa hari setelah pertunjukan itu Nasywa tidak pernah melihat Sheyra berkeliaran di studio atau sekedar di kostnya. Seolah cewek itu hilang ditelan bumi dan Nasywa kembali kesepian. Tapi ia paham jika mahasiswa semester tua tidak akan sama seperti dulu awal ia bertemu dengannya.

Ruangan ini begitu dingin dan kedap suara. Di sini seluruh anggota paduan suara yang lolos seleksi akan di bimbing selama satu bulan untuk persiapan penampilan mereka mengiringi jalannya wisuda. Latihan ini bisa memakan waktu berjam-jam hingga memotong jam mata kuliah mereka. Untungnya masih ada konversi dari masing-masing dosen untuk mahasiswanya.

"Oke, kerja bagus anak-anak. Hari ini perfect! Jangan lupa menghalalkan lagu Romo dan penampilan spesial kita." Kata pelatih memberi effort atas kerja keras anak didiknya.

Satu per satu anggota mulai meninggalkan ruangan itu. Tak lupa mereka juga mendapat konsumsi berupa nasi untuk makan siang. Nasywa mengemasi barangnya dan beranjak pergi ke kelas. Di tengah perjalanan ia dihadang oleh Laksa yang tiba-tiba muncul dibelakangnya. Hal itu membuat Nasywa refleks memukul Laksa hingga cowok itu meringis kesakitan.

"Awokawok! Gila! Brutal banget!" Kata Alfi melihat adegan ekstrim itu.

"Haduhh maaf, maaf banget kak." Nasywa sungguh tidak sengaja memukul perut cowok bermata lentik itu, "Salah kakak ngapain ngagetin gue!" Sambungnya.

"Ahaha ... Nggak papa, gue kuat kok." Sahut Laksa menahan rasa sakitnya demi gengsi di hadapan masa depannya.

Alfi dan Laeli menatap cowok itu dengan tajam. Dilihat dari mana pun, Laksa menahan sakitnya seperti orang kebelet boker.

Nasywa beralih menatap Alfi dan Laeli, ia ingin menanyakan keberadaan Sheyra kepada mereka. Lagi pula Sheyra satu kelas dengan ketiga orang ini.

"Kak, lihat Sheyra nggak?" Tanya Nasywa namun kedua cewek itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Lahh? Kok malah nanya?" Jawab Laeli dengan pertanyaan.

"Kan kalian satu kelas, siapa tahu ngerti kemana Sheyra." Jelas Nasywa, tapi mereka juga tidak tahu keberadaan Sheyra.

"Hmm, kita juga nggak ketemu Sheyra semenjak penampilan itu. Lagi pula kita juga harus bimbingan skripsi." Kata Alfi menjelaskan posisi mereka saat ini.

"Kita juga cari kabar tentang Sheyra, entah kenapa kita ngerasa bersalah banget." Imbuh Laeli, "Nih, di setan pun ngikut hilang hari ini."

Nasywa nyengir tidak tahu siapa yang mereka maksud, "Setan?" Tanyanya.

"Si Puput nggak ada kabar juga hari ini. Padahal kemarin habis manjat pohon cermai di samping kampus sama gue." Sahut Laksa. Bukannya membuat lelucon lucu, tapi garing.

Sekilas Nasywa teringat sesuatu, ia ingin membaginya dengan teman-temannya. Ia meminta semua kepala mendekat ke arahnya. Nasywa membisikkan informasi yang membuat mereka terkejut, tak lupa Nasywa membisikkan rencananya.

"Hah ... Bagus banget rencana Lo." Kata Alfi bersemangat.

"Tapi kita nggak punya akses masuk." Keluh Laeli namun Laksa memberi solusi.

"Gampang itu mahh ..." Kata Laksa sembari memainkan besi kecil itu di telunjuknya.

Semua tangan berkumpul di tengah. Rencana mereka akan sempurna. Kini hanya menunggu tugas orang dalam. Tak lama mereka berbincang, ponsel Laeli bergetar menandakan panggilan masuk. Layarnya tertera nama orang hilang. Itu Puput. Tanpa basa-basi ia mengangkatnya.

Altschmerz🍂[Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang