Happy Reading
[07/04/2024]Hari-hari sebagai mahasiswa segera berlalu, kini tinggal menunggu sidang yudisium yang menentukan lulus atau tidaknya seorang mahasiswa. Memang wajar jika sudah mendekati wisuda, banyak mahasiswa yang menyiapkan perlengkapan atau sekedar pusing mencari lowonga pekerjaan. Hal itu membuat Nasywa menjadi kesepian, jika biasanya ia akan berinteraksi dengan teman-teman Sheyra tapi sekarang mereka menghilang. Mungkin hanya Laksa yang ia temui karena cowok itu masih sibuk dengan tunjangannya.
Nasywa duduk di kursi taman, menikmati indahnya pemandangan yang dihiasi mahasiswa dengan kegiatan masing-masing. Tiba-tiba perut Nasywa berbunyi, sepertinya ia kelaparan. Tapi ia tidak memiliki uang untuk membeli makanan, semua tabungannya telah habis untuk membayar bulanan.
Jika saja latihan peduan suara tidak diliburkan, mungkin ia akan bisa makan untuk mengganjal perutnya hari ini. Tidak mungkin juga ia meminta kepada Sheyra. Pasti cewek itu juga dalam keadaan kesulitan terlebih lagi pengeluaran di akhir semester.
"Hai, Nas." Panggil seseorang dari belakang, "Kamu Nasywa anak padus bukan?" Tanyanya dengan ramah.
"I-iya."
Cewek modis dengan wajah kiyowo itu, Nasywa tidak pernah mengingat wajahnya di deretan anak padus. Melihat raut wajah waspada dari Nasywa, cewek itu spontan menepuk pundaknya dengan tawa kecil.
"Hei, kamu lupa siapa aku? Aku yang kemarin kamu kasih telur soalnya kamu alergi telur." Ucapannya mengingatkan Nasywa pada cewek culun dan terintimidasi itu.
Spontan mulut Nasywa menganga, "Oohh, lohh tapi kok beda?" Tanya Nasywa, jelas ia ingat dengan wajah kusut itu.
"Hahaha ... itu aku kemarin habis main TOD sama teman-teman aku. Dan gilanya aku milih tantangan. Yahh jadinya aku dibikin kayak gembel seharian." Cewek itu berbicara seolah Nasywa, sangat cepat. Dan bodohnya Nasywa dapat mengerti dan paham atas apa yang cewek itu katakan.
Cewek itu memandang Nasywa lagi, sepertinya ia terlalu banyak bicara, "Ahh sory, aku langsung cerocos di depan orang." Cewek itu mengangkat tangan seperti ingin menjabat tangan, "Namaku, Anin. Aku anak semester, hmm kayaknya sama kayak kamu deh. Prodi Seni drama, musik dan tari."
Dia Anindita Friska, cewek yang terkenal ceria dan famous di fakultasnya. Nasywa terbelalak ketika mengetahui cewek famous ini ternyata ramah dengan orang lain.
"Gue Nasywa, salam kenal ya." Ucapa Nasywa canggung. Baru pertama kali ia diajak bicara dengan orang lain. Biasanya dengan beberapa orang saja.
"Tumben nggak pulang? Kan latihannya libur." Tanya Anin spontan.
"Ohh gue nunggu jemputan." Nasywa berbohong, sebenernya ia tidak pulang karena permintaan Sheyra yang katanya akan menjemput nya.
"Hmm." Kepala Anin mengangguk seolah menerima jika memang itu alasannya, "Oh iya, boleh nggak aku ajak teman-teman aku buat gabung di sini?"
"Silakan, silangkan. Lagian kayaknya kakak gue bentar lagi jemput." Ucap Sheyra sebelum Anin berteriak-teriak memanggil orang yang berada di belakangnya.
Tanpa aba-aba beberapa orang muncul dari arah belakang Nasywa. Kebanyakan cowok dan beberapa cewek yang sikapnya tidak jauh berbeda dengan Anin, sangat ramah dan murah senyum. Mereka duduk merata bahkan seseorang yang tidak asing bagi Nasywa pun duduk di sampingnya.
"Nah teman-teman, ini dia teman aku dari anak padus." Ucap Anin seperti memperkenalkan sahabat karibnya saja. Padahal mereka baru saja bertemu.
Anin dengan semangat mengenalkan nama teman-temannya kepada Sheyra. Bahkan sampai menunjuknya satu per satu, "Yang itu namanya Pinka." Tangannya menunjuk pada cewek pecinta pink itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz🍂[Segera Terbit]
Roman pour Adolescents"Aku hanya ingin bahagia, apakah itu terlalu serakah, Tuhan?" Eccedentesiast? Tentu, aku tersenyum meski hatiku terasa sakit. Aku tertawa meski tengah malam aku menangis. Aku tersenyum meski beban berat tengah memenuhi pikiran. Aku bersikap seolah s...