Happy Reading
[13/04/2024]Pandangan buram, matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Hanya ada warna putih yang mendominasi. Ditambah kepalanya yang terasa berat. Sheyra terbangun menatap dirinya terbaring dari pingsan pasca penanganan. Ia berusaha menetralkan pandangannya. Melihat sekitar dan menemukan suster Nancy memanggil namanya.
"Sheyra! Sheyra kamu dengan suara saya?" Ucapnya ketika melihat Sheyra tersadar.
"Aaa! Gue cuma kecelakaan. Nggak budek any*ng!" Maki Sheyra dengan suara pelan. Mendengar kata swag yang terucap dari mulut pasiennya, Nancy memastikan jika Sheyra sudah sadar sepenuhnya.
"Kamu ngerasa nggak nyaman?" Tanya Nancy membuat Sheyra kesal setiap kali ia sadar, suster janda itu selalu menanyakan hal itu.
"Tangan gue mati rasa." Balas Sheyra yang memang tidak bisa merasakan pergerakan tangan kanannya.
Nancy tidak menanyakan hal yang lain. Ia langsung membantu Sheyra pada posisi duduk. Nancy ingin memberitahunya tapi biarlah dokter Arya yang mengatakan hal ini.
"Hei, gue cuma kayak gini, Lo kenapa ngeliat gue kayak udah mau masuk kremasi?" Cibir Sheyra membenci tatapan aneh suster pembantu dokter gila itu.
Nancy tidak banyak komentar, ia hanya memastikan kondisi Sheyra sudah sadar dan melepas alat pemacu jantung itu dari dadanya. Setelahnya suster itu pergi sembari mengembalikan alat itu ke tempat penyimpanan.
Sheyra yang baru bangun hanya memeriksa kondisi tubuhnya. Dari semua anggota tubuh, titik paling parah adalah lengannya. Melihat perban sebesar gaban, membuatnya berpikir sesuatu yang tidak terlalu jauh.
Sheyra menatap cukup lama balutan itu hingga, 'Ini nggak patah, kan? Cuma retak!' batin Sheyra berusaha menghibur diri dengan pikirannya yang positif thinking.
"Tapi ..." Kepala Sheyra berusaha mengingat bayangan siapa yang ia lihat saat kecelakaan tadi. Bahkan ia tidak mengingat panggilan itu.
"Shibal sekki ya michiso na anj*yyy ... Kenapa susah banget sih?!" Gerutu Sheyra kepada dirinya sendiri. Sudah cukup cewek itu memiliki memori pendek dan semakin ia memutar slide ingatan, semakin kepalanya terasa sakit.
"Ohh? Ponsel gue kemana ya?" Ucapnya kembali emosi pada dirinya yang selalu melupakan hal-hal kecil. Tapi jika seseorang dalam kondisi Sheyra yang seperti ini, apakah orang itu tetap memikirkan harta bendanya? Tentu saja iya.
Ketika Sheyra masih sibuk mencari barang-barang berharga miliknya. Seseorang datang membuka pintu ruang inap miliknya. Sheyra menatap kedatangan orang itu seolah tidak terjadi apa-apa.
"Puput?" Panggil Sheyra saat mengetahui seseorang yang menjenguknya, "Waahh, Lo punya mata batin atau apa bisa tahu gue habis kecelakaan dan dirawat di RS ini?" Lanjutnya sembari melempar senyum termanis.
Tanpa berkata-kata cewek itu berjalan menghampiri Sheyra dengan tatapan tajam. Ia bahkan menunjuk wajah Sheyra yang menurutnya sangat memuakkan.
"Jangan Lo senyum ke gue, bangs*t!" Maki Puput ketika sampai di depan Sheyra. Cewek itu spontan bertanya-tanya kenapa sahabatnya datang langsung memakai dirinya.
"Lo kenapa sih, Put? Datang-datang bukannya bawa buah tangan malah maki anak orang." Cibir Sheyra sembari menurunkan telunjuk Puput.
"Lo yang kenapa Sheyra? Kenapa Lo jadi pintar main sandiwara, hah?!" Ucap Puput penuh emosi, ia sudah tidak tahan dengan sikap Sheyra sampai detik ini.
"Apa sih yang Lo omongin, hah?! Kenapa Lo bentak-bentak gue tanpa alasan?" Ucap Sheyra ikut terbawa emosi hingga kepalanya terasa berdenyut beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz🍂[Segera Terbit]
Novela Juvenil"Aku hanya ingin bahagia, apakah itu terlalu serakah, Tuhan?" Eccedentesiast? Tentu, aku tersenyum meski hatiku terasa sakit. Aku tertawa meski tengah malam aku menangis. Aku tersenyum meski beban berat tengah memenuhi pikiran. Aku bersikap seolah s...