Altschmerz 8

7 3 1
                                    

Happy reading
[29/03/2024]


Sheyra semakin mempercepat langkahnya, dirinya mulai memasuki area kampus. Cukup memakan banyak waktu perjalanan dari kost hanya dengan berjalan kaki. Mata Sheyra tak henti-henti melihat ke arah jam tangan miliknya. Ia panik hingga tidak sengaja menabrak teman sekelasnya. Dia adalah Syren.

"Aishh shib_" beruntung Sheyra tidak melanjutkan makiannya.

Sheyra hanya berlalu dengan tatapan dingin yang tidak pernah Syren lihat selama ini. Spontan Syren tidak ingin berlarut-larut mengganggu Sheyra karena ia ingat betul pesan dari orang tuanya tentang Sheyra. Lagi punya cewek itu sudah berlalu pergi meninggalkannya.

"Gue akan bales lo anak buangan!" Gumam Syren penuh kekesalan. Ia tidak ingin siapapun lebih unggul darinya.

Sheyra berjalan melewati lorong hingga menaiki tangga untuk mencapai ruangan lantai 3 dimana studio tempat mereka berlatih untuk projek akhir semesternya.

Dengan napas terengah-engah, Sheyra membuka pintu ruang itu berharap ia tidak terlalu terlambat sampai. Tapi keadaan sama seperti saat ia datang terlambat. Semua mata memandang jengkel ke arahnya. Terlebih lagi Puput dan Alfi. Mereka bela-belain datang ke kampus dari rumah yang jaraknya cukup jauh.

"You late!" Hardik Laksa sembari menyenggol pindah Sheyra lalu pergi dari ruangan itu.

"Sebentar, gue bisa jelasin." Kata Sheyra memohon agar hanya kali ini saja teman-temannya mendengar alasan yang membuatnya terlambat.

"Udah, udah. Lo udah banyak alasan! Udah beberapa kali bahkan setiap kali ada latihan Lo selalu terlambat!" Sahut Alfi penuh penekanan. Ia lama-lama muak dengan kebiasaan Sheyra yang selalu datang terlambat.

"Gue sama si Puput yang rumahnya jauh aja bisa datang nggak sampek terlambat. Nah lo!" Alfi membuang buka lalu mengambil tas miliknya hendak keluar bersama Laeli, "Haiss, gue udah muak sama Lo!"

Sheyra hanya bisa diam, ia tidak berani mengatakan satu kata pun. Ia tahu ketidakdisiplinannya sudah merugikan timnya sendiri. Bahkan Laeli yang notabennya selalu membelanya kini turut kecewa. Karena hari ini latihan terakhir sebelum besok penampilan tapi Sheyra mematahkan kepercayaan cewek Lamongan itu.

"Gue kecewa sama lo, Yra. Seharusnya Lo buat projek sendiri aja, nggak usah ikut-ikutan kita. Bikin beban!" Kata Laeli tepat di telinga kiri Sheyra.

Semua orang telah pergi, hanya menyisakan Puput di sana. Sheyra mencoba menahan air matanya dan menatap kehadiran Puput di sana dengan mata berkaca-kaca. Ia kira Puput memahami keadaannya tapi tidak. Sheyra salah.

Puput berjalan maju dengan wajah kecewa. Ia menghampiri Sheyra lalu memukulkan kostum milik Sheyra tepat di dadanya, "Besok jangan telat lagi." Katanya dengan suara berat dan tatapan tajam.

Tangan Sheyra menahan kostum itu setelah tangan Puput melepasnya dan berlalu melewatinya begitu saja.

"Put." Panggil Sheyra. Namun pemilik nama itu sudah tidak ingin melihat ke arah Sheyra, "Gue minta maaf ..." Lirihnya.

"Nggak usah minta maaf, kita cuma mau progres Lo." Balas Puput lalu berjalan menjauh dari ruangan itu.

Disitulah Sheyra meringkuk menahan air mata yang sedari tadi memaksa untuk keluar. Dadanya terasa sesak. Padangan matanya sedikit kabur tapi ia masih sadarkan diri. Ia menangis sejadi-jadinya.

Ia mencoba untuk tegas dan menahan segalanya sendirian. Sheyra melangkah ke arah sound sistem dan memutar musik yang nantinya ia tarikan bersama teman-temannya. Ia berlatih solo. Hanya ini yang bisa ia lakukan ketika tidak ada seorangpun yang mau menemani orang lelet sepertinya.

Pandangan mata yang redup seolah menghayati perannya sebagai penari Black Swan song of BTS. Tangannya meliuk-liuk seolah musik itu telah menyatu dengan tubuhnya. Ia berlatih tidak hanya cukup satu tapi berkali-kali. Sampai ia merasa dunia berputar dan kehilangan kesadaran.

Matanya terus berair dan tubuhnya dibasahi keringat. Ia lelah tapi tidak bisa berhenti. Beberapa jam berlalu tapi Sheyra masih berlatih, hingga ia terjatuh sembari memegangi dada kirinya yang sakit.

"Sheyra!" Panggilan itu membangunkan mata samar-samar Sheyra. Itu suara Nasywa.

"Hei, bangun!" Nasywa memercikan air minumnya untuk menyadarkan Sheyra.

Penglihatan Sheyra kembali normal, ia bisa melihat kekhawatiran itu dari raut wajah Nasywa, "Aaa, gue dimana?" Lirih Sheyra setelah bangun dari pingsan.

"Heh! Lo gue cariian dari tadi!" Kata Nasywa sembari memeluk tubuh lemas Sheyra. Ia takut dan khawatir.

"Gue nggak papa, udah jangan takut." Kata Sheyra menenangkan pikir Nasywa.

Nasywa memberikan air minum untuk Sheyra dan membantunya bangkit, "Gimana Lo tahu gue ada di sini?" Tanya Sheyra.

"Hmm, tadi kak Puput kasih tau ke gue." Balas Nasywa.

"Makasih." Kata Sheyra karena di posisinya saat ini, cewek itu masih mau berbaik hati menolongnya.

Nasywa hanya tersenyum lalu menuntun Sheyra turun tangga dan mengajaknya pulang. Sebenarnya Nasywa mengetahui masalah Sheyra yang di hindari teman-temannya tapi Nasywa tidak ingin membahasnya. Karena ia tahu Sheyra pasti punya alasan. Selama ini ia memang sedikit jengkel dengan kelakuan Sheyra tapi jujur, sejauh Nasywa mengenal manusia bernama Sheyra selalu melakukan sesuatu atas dasar alasan yang logis.

Sekarang ia hanya ingin mengantarkan Sheyra pulang agar ia bisa istirahat dan besok menampilkan dance dengan lancar dan tidak ada halangan. Sesampainya di kost, Nasywa membantu Sheyra untuk tidur dan menanyakan apa yang diinginkan Sheyra. Tapi cewek itu menolak dan memintanya untuk istirahat juga.

Drrttt ...

Untuk sekian kali ponsel Sheyra berdering hingga membuat Nasywa penasaran siapa itu. Ia sempat mengira itu adalah pacar Sheyra yang dimaksud oleh teman-temannya. Tapi sebelum tangannya menyentuh ponsel itu, Sheyra buru-buru menghentikan aksinya.

"Udah biarin!" Kata Sheyra dengan wajah datar.

"Tapi dari tadi bunyi terus loh." Sahut Nasywa tapi Sheyra tetap meyakinkan jika itu adalah.

"Itu pinjolnya Laksa." Balas Sheyra sembari mengangkat panggilan itu untuk membuktikan kepada Nasywa.

"Hei!_"

"Heh Lo curut Barbie! Berhenti telfon gue! Pinjol Lo sama di Laksa mambu!" Kata Sheyra kepada si pemanggil.

"Hah pinjol? Woi nenek lamp_"

Sebelum menjawab Sheyra mematikan panggilannya. Sekaligus menghentikan over thinking Nasywa terhadapnya.

"Udah, kan? Gue udah bilang itu pinjol." Kata Sheyra seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal notifikasi pesannya terus masuk.

Karena tidak ada lagi yang bisa Nasywa lakukan. Ia akan kembali ke kamar kostnya. Ia juga ingin istirahat. Dengan kepergian cewek itu, Sheyra bisa menarik napas lega. Ia mengambil sapu tangan itu lalu melemparnya ke dalam air hangat, ia harus menghapus noda itu.

Setelahnya Sheyra melihat aplikasi WhatsApp yang dipenuhi notifikasi pesan masuk dari cowok menyebalkan itu.

Jangan di angkat😛
Heh, besok Lo harus datang
Atau gue bunuh beneran Lo!
Awas kalau ngehindar lagi kayak hari ini

Anda memblokir nomor ini

🍂🍂Altschmerz🍂🍂

Wahhhhh kasian nggak sih Sheyra
Teman-temannya nggak ada yg mau dengerin lagi
Mau lanjut nggak nih...
Tunggu besok yaa

Altschmerz🍂[Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang