[C2] Jenderal, Nyonya Memanggilmu Untuk Bertani

Bab 707-708

Bab 707. Wanita Gila yang Penyayang

Malam membuka mulut jurang dan menelan seluruh raja ke dalam perut kegelapan.

Kuil Orang Suci perlahan-lahan menyala.

Seorang wanita mengenakan pakaian putih di Kuil Orang Suci, dengan pola awan merah tergantung di bawah ikat pinggang menutupi lututnya, keluar dari malam.

"Kepala Utusan."

"Apakah seseorang baru saja membobol Kuil Orang Suci?"

"Ia telah terluka dan melarikan diri."

“Seleksi Suci akan segera tiba. Jika terjadi kesalahan, kau tidak bisa menyalahkan Orang Suci.”

Setelah memberikan penjelasan dengan suara dingin, wanita itu berbalik dan berjalan menuju loteng yang tenang.

Malam ini adalah hari untuk mengganti obat untuk orang tersebut.

Dia tiba di loteng yang dijaga ketat.
Ada begitu banyak master di sini, tidak ada yang bisa menerobos dengan mudah.

Tidak, tepatnya, tidak bisa menerobos masuk sama sekali.
Benar, orang benar-benar tidak bisa masuk.
Tetapi siapa yang akan waspada terhadap burung?

Seekor beo, menyamar sebagai burung gagak, mengepakkan sayapnya dan terbang ke loteng.

Kepala Utusan sedang berjalan di koridor gelap sambil membawa lampu minyak.

Di tengah jalan, dia mengerutkan kening dan berbalik.

Gagak Wuhu segera menempel di dinding, menyatu dengan malam.

Kepala Utusan tidak memperhatikan siapa pun, jadi dia mengalihkan pandangannya dan terus bergerak maju.

Sayap kecil Wuhu tidak dapat bertahan lagi dan meluncur turun dari dinding, meninggalkan dua garis hitam panjang.

Wanita itu sampai di ujung dan menekan tombol di dinding. Sebuah pintu batu bergemuruh ke samping, memperlihatkan ruang rahasia yang luas dan dingin.

Di tengah ruang rahasia terdapat tempat tidur batu yang terbuat dari batu giok, yang terlihat transparan dan indah. Ada seseorang terbaring di atas ranjang batu.

Kepala Utusan mendatangi orang tersebut, meletakkan lampu minyak di tanah, mengeluarkan botol obat dari tangannya, menuangkan pil merah, membuka mulut orang tersebut, dan memasukkan pil tersebut ke dalam mulutnya.

Terkadang dia menelan sendiri tanpa sadar, terkadang dengan sedikit bantuan.

Tepat ketika Kepala Utusan sedang mempertimbangkan apakah akan memberinya tamparan untuk membantunya menelan, lonceng angin di ruang rahasia ditarik, dan seseorang sedang mencarinya di luar.

Dia melirik pria yang tak sadarkan diri itu, membungkuk, mengambil lampu minyak, dan berjalan keluar.

Pintu batu ditutup dengan suara gemuruh.

Ada mutiara bercahaya ditempatkan di sekitar dasar batu, tapi tidak terasa terlalu gelap.

Seekor burung gagak kecil yang kehilangan warna mengepakkan sayapnya dan terbang ke tempat tidur batu.

Woooooooo!
Bingbingbing!

Ia melompat dengan cepat dan melompat ke atas pria itu. Melihat orang yang tidak sadarkan diri itu, ia tampak berjuang sekuat tenaga, ia mengangkat kepala burung kecilnya, menarik napas dalam-dalam, dan mematuk pilnya.

Ciuman pertama keluarga kandung!

Kepala Utusan Lin bertemu Paman Han di dekat loteng.

Dia bertanya: "Bukankah kita baru saja bertemu? Mengapa kamu datang ke Kuil Orang Suci selarut ini?"