Jum'at sore ini menjadi hari yang paling Salsa tunggu karena sebentar lagi Lian akan datang untuk menemui dirinya dan juga anaknya. Selalu begitu, Lian akan berusaha untuk membuat istrinya senang. Memang sudah menjadi kewajiban, tetapi bukankah di luar sana banyak suami yang hampir tidak perduli dengan kesenangan istrinya? Maka dengan Lian yang masih mengutamakan bahagianya Salsa, itu menjadi hal yang harus Salsa syukuri.
"Kok nggak jemput suaminya kak? Katanya sore ini sampe?" Nabila bergabung dengan Salsa yang sedang berolahraga di balkon.
"Lian nggak mau dijemput."
Salsa sibuk dengan kegiatannya dan Nabila santai memakan makanan ringan yang Salsa sediakan. Sudah tiga hari ini Nabila tinggal bersama Salsa. Sementara Sekala, tentu sibuk dengan alat lukisnya.
"Sekala kenapa suka melukis ya kak, padahal diantara kamu sama kak Lian nggak ada yang jago lukis. Nggak ada yang ngajarin."
"Omnya sekala kan hobi banget melukis, jadi kita berdua nggak ambil pusing. Pasti nurun dari adiknya Lian."
"Kalo nurun dari kamu, Sekala lagi angkat beban kayak yang kamu lakuin sekarang ya?"
Salsa hanya tertawa mendengar pertanyaan adiknya.
"Aku inget banget tuh waktu Kak Salsa hamil, masih sempet buat skipping. Habis itu dimarahin Kak Lian berhari-hari."
"Lian mah lebay banget, aku loncatnya pelan tapi dia marahnya udah kayak aku loncat dari lantai 5."
Ibu dari satu anak itu berhenti dari kegiatannya saat keringat yang keluar sudah mulai banyak. Duduk di samping Nabila, lalu menenggak air putih dingin yang dia persiapkan sebelumnya.
"Adhira udah sembuh." Tangan Salsa seketika digenggam erat oleh Nabila.
"It's oke kak, kita hadapin semuanya sama-sama."
Tidak puas hanya dengan menggenggam tangan Salsa, gadis itu membawa kakaknya dalam pelukan yang begitu hangat. Menguatkan perempuan yang selama ini selalu menjadi tameng jika dirinya dilanda masalah. Sekarang sudah saatnya berganti, Nabila yang harus selalu berada disamping Salsa untuk apapun masalah yang menimpa kedepannya.
Selain beban Salsa sebagai anak pertama, adiknya tentu tahu bagaimana beratnya Salsa selama menjadi seorang istri. Bukan masalah siapa suami Salsa, tetapi soal beban yang mungkin hanya diberikan Tuhan pada orang yang mampu meluaskan sabar.
"Kak mandi gih, bau. Kak Lian mana mau meluk kalo keringetan gini."
Nabila segera melepas pelukannya dan masuk kedalam sebelum tangan Salsa berhasil memukul bagian tubuhnya.
"NABILAAAA!! Ishh nyebelin banget, merusak suasana." Teriakan Salsa hanya dibalas dengan suara tawa adiknya.
Begitulah mereka berdua, rasa sayang dari keduanya diungkapkan lewat pelukan, dan kadang diakhiri dengan pukulan seperti sekarang.
***
Pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Salsa yang masih memakai handuk di kepalanya. Setelah olahraga tadi Salsa segera membersihkan diri karena merasa tidak nyaman dengan keringat yang cukup banyak. Tetapi saat ia keluar kamar mandi, sudah terlihat Lian yang tengah berbaring berdampingan dengan Sekala.
Salsa tidak tahu pasti apa yang sedang bicarakan oleh kedua laki-laki kesayangannya itu. Tetapi, bisa dilihat bahwa sandal yang Lian bawa sudah Sekala pakai dalam keadaan berbaring.
"Ditinggal mandi bentar udah sampe aja." Salsa mendekat ke arah Lian. Mengambil tangan Lian untuk Salsa cium punggung tangannya.
"Kamu udah di kamar mandi sejam lebih, bisa bisanya bilang sebentar." Jawab Lian lalu mengecup dahi, kedua pipi, hidung dan bibir Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Detak dan Detik
Novela JuvenilPengkhianatan itu nyata, di depan mata. {Alma Salsabila Svarga} Manusia itu tempatnya salah. {Lian Anggasta Palupi} Cerita SDD yang di tiktok sedotan jasjus aku pindah ke sini yaa!!