Saat ini Lian dan Aro sudah berada di sebuah bangunan yang cukup mewah. Bangunan tinggi itu sejajar dengan bangunan lain yang sepertinya sama saja digunakan untuk mencari pundi-pundi rupiah. Keduanya berjalan memasuki gedung dan langsung menuju pada lantai tiga dimana Salsa dan Nabila berada. Terdapat satu kamar dan ruangan luas tanpa sekat apapun. Tapi terlihat penuh karena terdapat meja dan kursi tamu, meja kerja Salsa dan Nabila serta barang-barang lainnya.
Dari kamar terdengar suara yang membuat Lian dan Aro geleng-geleng kepala.
"Jangan dipake, ini cincin kawin gue sama Lian, Nabilaaa..."
"Yaudah biasa aja dong, siapa juga yang mau pake. Orang cuma pegang doang. Lagian cincin nikah kok dilepas. Udah bosen sama kak Lian?"
"Bacot, diem deh anak kecil."
Mereka paham itu pasti berasal dari dua kakak beradik yang hari-harinya dipenuhi keributan. Entah kali ini siapa yang memulai, Lian dan Aro memilih duduk di sofa dan menyiapkan makanan yang mereka bawa. Sampai, Salsa keluar dan melihat dua lelaki itu yang sibuk dengan ponsel masing-masing.
"Kalian sampe jam berapa? Kok nggak kedengeran suaranya pas kalian dateng?" Salsa berjalan menuju ke tempat Lian dan Aro.
"Suara kita ketimbun sama teriakan lo." Sindir Aro.
Begitu jarak sudah menipis, Lian berdiri dan membawa dirinya untuk memeluk Salsa. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Salsa yang tertutup hijab, lalu berbisik,
"Biarin gini dulu sebentar."
Salsa melirik Aro dengan raut wajah yang kebingungan, tetapi sahabatnya itu hanya mengedikkan bahunya seolah tak mengerti apa-apa. Lian semakin erat memeluk pinggang Salsa, sementara dirinya membalas pelukan itu dengan mengusap penuh hangat punggung Lian.
"Kenapa Lian? Ada masalah?"
Salsa merasakan pergerakan kepala Lian yang membuatnya mengerti bahwa suaminya memang tidak ada masalah. Salsa baru ingat, Lian memang kadang seperti itu, tiba-tiba menjadi bayi besar yang ingin dimanja. Tetapi memang sangat jarang.
Keduanya sama-sama diam, membiarkan pelukan itu tanpa pembicaraan yang mendalam. Cukup lama hingga menjadi tontonan Aro dan Nabila sambil menikmati sate padang. Tapi, tidak disadari oleh keduanya karena mereka sama-sama memeluk dengan mata terpejam. Menyalurkan segala rindu dan kasih sayang diantara mereka.
Mata Lian memang terpejam, tetapi air mata itu terus menetes. Tidak ada yang menyadari karena posisi Lian membelakangi Aro dan Nabila. Lian juga berusaha untuk menghapus setiap tetesan yang keluar dari matanya. Sebenarnya Salsa tahu, tapi ia lebih memilih diam.
Lebih dari lima menit, sampai Aro bangkit dan mendekat ke arah mereka,
"Beneran mau pelukan sampe 10 jam?"
Mata Lian dan Salsa terbuka lebar lalu melepas pelukan mereka. Lian mendengus kesal karena merasa Aro benar-benar mengganggu. Sementara Salsa, terkekeh dan memilih menuju sofa untuk bergabung dengan adiknya yang sedang asyik makan.
Lian tidak melanjutkan makannya. Melainkan duduk disamping Salsa dan menaruh kepalanya diatas paha istrinya. Salsa membiarkan hal itu dan melanjutkan makan. Ia hanya perlu berhati-hati agar kuah satenya tidak tumpah ke wajah Lian.
"Kamu beneran bisa dateng kan pas aku launching produk nanti?"
"Bisa, Ca. Aku nggak ada jadwal sidang juga." Lian melihat Salsa dari bawah dan mengusap bibir Salsa yang menyisakan sedikit kuah sate.
"Beneran ya? Aku sekalian mau kasih kamu kejutan."
"Kejutan apa? Sekarang aja."
"Nggak mau, nanti aja pas di tengah acara. Aku bakal speech panjang lebar dan salah satunya soal kejutan buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Detak dan Detik
Novela JuvenilPengkhianatan itu nyata, di depan mata. {Alma Salsabila Svarga} Manusia itu tempatnya salah. {Lian Anggasta Palupi} Cerita SDD yang di tiktok sedotan jasjus aku pindah ke sini yaa!!