Setelah sarapan Lian memilik menuju balkon kamar untuk menghubungi Salsa. Sejak semalam ia terus kepikiran mengenai perempuan kesayangannya itu. Bahkan Salsa sampai masuk dalam mimpinya karena persoalan semalam. Bagi Lian, bayang-bayang hidup tanpa salsa terlalu menyeramkan. Laki-laki itu menghisap rokoknya, tetapi segera membuang dan menginjaknya saat ada tangan yang memeluknya dari belakang.Tangan Adhira menyelinap di sela tangan Lian yang sedang bertengger pada besi pembatas balkon.
"Masih mikirin Salsa?"
Lian hanya mengangguk, sekarang tangannya beranjak mengusap punggung tangan milik Adhira. Meyakinkan bahwa dirinya bisa menyelesaikan semua.
"Li, apapun permintaan Salsa, kamu harus inget kalo ada aku dan anak kita yang perlu kamu jaga."
"Aku nggak bakal lupa sama tanggung jawab itu, Ra."
Punggung lian yang tegap memang sangat nyaman untuk menjadi sandaran. Adhira terus menyembunyikan wajahnya disana. Memeluk erat suaminya seolah berkata bahwa ia tidak mau ditinggalkan.
"Nanti malem aku mau ketemu Salsa. Nggak apa-apa ya kamu ditinggal dulu?"
"Mau apa lagi ketemu Salsa? Kamu nggak pernah dihargai. Istri mana yang tega buat suaminya kehilangan pekerjaan? Mama papa kamu marah juga paling karna Salsa yang nyuruh."
Tubuh Lian berbalik menghadap ke Adhira. Mengusap kepalanya lalu menimpali perkataan perempuan di hadapannya.
"Salsa bukan orang yang suka menghasut, jadi stop buat menjelekkan dia. Kamu lagi hamil, ucapkan kata-kata yang baik biar berdampak baik juga ke anak kita." Lian mengusap lembut bibir Adhira yang menurutnya sudah terlalu berlebihan menilai Salsa.
"Kamu selalu bela Salsa tiap aku ngomongin dia. Coba kalo aku yang dijelekin Salsa, apa kamu tetep mau belain aku juga?"
Lian hendak menarik Adhira untuk masuk dalam pelukannya. Tetapi perempuan itu menolak dan memilih masuk dalam kamarnya. Tentu saja Lian mengejarnya untuk menjelaskan maksud perkataannya tadi. Semua itu ia lakukan agar istrinya tidak tersinggung.
"Jangan marah gitu dong, Ra. Maaf kalo ada kata-kata aku yang bikin kamu tersinggung."
"Kamu nggak bisa adil kalo soal kayak gini. Selalu setuju sama semua keputusan Salsa walaupun itu bikin kamu rugi."
"Siapa yang bilang aku setuju sama Salsa? Siapa yang bilang aku terima aja soal aku yang dipecat? Ra, Salsa itu bukan perempuan sembarangan yang bisa takluk gitu aja. Susah buat kita ngelawan Alpha woman kayak Salsa. Aku juga nggak mau gegabah dengan marah-marah ke Salsa, yang ada aku bisa kehilangan dia."
***
Lian
Sayang?
Bisa kita ketemu dulu?
Bicarain semuanya baik-baik.
Aku jelasin semua apa yang perlu kamu tau.Hari ini full ngantor Li.
Pulang kantor?
Mau nemenin Sekala ke timezone.
Yaudah kita ketemu di sana. Tempat biasa kan?
Nggak tau, tergantung Aro.
Lagian mau apasih ngajak ketemu.Mau minta maaf udah nggak terbuka ke kamu.
KETAWA KARIR.
Ca? Mau ya?
Nanti aku kabarin kalo aro udah nentuin tempatnya.
Oke sayang, kamu jangan capek-capek yaa🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Detak dan Detik
Fiksi RemajaPengkhianatan itu nyata, di depan mata. {Alma Salsabila Svarga} Manusia itu tempatnya salah. {Lian Anggasta Palupi} Cerita SDD yang di tiktok sedotan jasjus aku pindah ke sini yaa!!