Ragu

935 49 2
                                    

Barangkali di penghujung tahun ini menjadi masa-masa terakhir untuk segala hal yang tidak menyenangkan dalam hidup Lian. Tiga tahun terakhir ini memang terasa menyeramkan. Bagaimana tidak? Perempuan yang menurutnya paling sabar, memilih pergi tanpa sedikitpun kabar. Tetapi, ketika kembali dipertemukan, justru hanya memperjelas bahwa mereka sudah tidak punya ikatan.

Sepanjang perjalanan pulang, Lian memikirkan segala cara agar dirinya bisa bertemu lagi dengan Salsa dan kedua anak mereka. Bagi Lian, pertemuan tadi sangatlah cepat dan tidak memuaskan. Bahkan ia belum tahu pasti di mana tempat tinggal ketiga perempuannya. Tidak, hanyak dua, karena yang satu memang sudah bukan haknya. Lian mengemudi dengan sedikit cepat karena ia juga meninggalkan Sekala dan Alin di rumah. Ditambah kondisi Sekala yang masih sakit. Perasaannya juga seperti ada yang mengganjal, entah apa yang membuatnya seperti itu.

Sampai di depan rumahnya Lian segera membuka gerbang dan memasukkan mobilnya. Memarkirkan mobil dengan tepat lalu Lian dengan tergesa masuk dan memanggil anak-anaknya.

"Sekala? Alin? Papi pulang, nak." Teriak Lian setelah membuka pintu.

"Abang sama adik di mana?"

Satu persatu Lian mengecek kamar di lantai atas, tetapi tidak ada. Ia menuruni tangga dan menuju ke dapur.

"Nak? Kalian dimana?"

"Papi." Alin berlari ke arah Lian dengan wajah yang basah karena air mata.

"Abang mana?" Tanya Lian dan Alin menunjuk ke arah Sekala yang tidak terlihat karena terhalang oleh meja makan.

"Astaga, Sekala!"

Lian menghampiri Sekala, melihat anak laki-lakinya di sana dengan keadaan yang tidak pernah Lian bayangkan akan terjadi seperti ini. Sekala tergeletak lemas dengan mata terpejam. Kondisi dapur berantakan, susu bubuk yang bercecer dan gelas yang ada di tangan Sekala. Segera Lian angkat anaknya dari sana lalu membawanya ke kamar.

"Adik sama kakak habis ngapain? Kok bisa kayak gini?" Lian bertanya dengan tangan yang bergerak mengganti baju Sekala yang terbaring di ranjang.

"Adik tadi.. itu tadi adik minta dibuatkan susu." Jawab Alin yang duduk di samping Sekala. Sementara Sekala masih belum sadar.

"Adik minta dibikinin susu, terus abang bikinin, tapi belum jadi abang udah lemas dan jatuh?" Lian mencoba menerka kronologi yang terjadi.

"Tidak, kakak bilang mau tidur, kepala kakak sakit. Habis itu, kakak tidur di dapur."

Lian mengangguk paham meskipun tidak begitu jelas sebenarnya apa yang terjadi, sepertinya ia harus melihat cctv. Semenjak hanya tinggal bertiga, Lian memasang cctv di setiap sudut rumah agar anaknya tetap bisa ia pantau.

Laki-laki itu memilih berbaring di antara kedua anaknya setelah membuat susu untuk Alin. Mengusap pelan rambut keduanya yang kini sudah terlelap semua dan mengeluarkan suara,

"Cuma kalian berdua yang jadi penguat papi, bertahan dan sabar sedikit lagi ya, nak. Semoga mami kalian masih mau pulang kesini dan bawa Bilva sama Birva buat tinggal sama kita."

Setelah mengucapkan itu, Lian mencoba kembali menghubungi Salsa agar mantan istrinya bisa segera menjenguk Sekala. Ia tahu anak laki-lakinya pasti sakit karena rindu dengan Salsa. Entah seperti apa nanti jawaban dari Salsa tapi semoga perempuan itu bersedia, setidaknya sampai Sekala sembuh dari sakitnya.

***

Salsa New

Ca masih di jakarta kan?
Ke rumah sebentar bisa? Buat jenguk sekala.
Dari semalem sakit ca, tadi sebelum aku ketemu kamu dia ada di kamar kita, liatin terus bunga sama gelang yang buat kamu.
Dari situ aku mikir kalo dia beneran kangen kamu sampe sakit.

Sedekat Detak dan DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang