Selesai

2.2K 73 2
                                    

Nabila

Nak, bunda tunggu di pemakaman ya. Soalnya bunda yakin kamu nggak kuat kalo harus liat prosesnya.
Itu kata Bunda kak.
Kakak hebat udah nurunin ego buat temuin ayah tadi malam.
Kakak yang sabar ya, kakak nggak boleh nangis. Soalnya kalo kakak nangis siapa yang bakal kuatin adek sama bunda?
Ayah udah liat kok foto cucu-cucunya.
Kata ayah lucu persis kayak kak Caca pas kecil.
Kita tunggu di makam ya kak.

***

Sering kali Salsa menghabiskan waktunya untuk mengingat kesalahan apa sebenarnya yang pernah ia buat? Hingga nasibnya belum pernah merasakan bahagia dalam waktu yang panjang. Biar Salsa ingatkan, awal pernikahannya dengan Lian memang sangat bahagia karena langsung diberi kesempatan untuk hamil anak pertamanya. Namun, ketika hampir saja anak mereka lahir, kejadian yang tidak disangka terjadi begitu saja.

Untuk meninggalnya anak pertama mereka, Salsa berusaha mengikhlaskan. Lalu, hadirnya Sekala seolah menjadi pengganti anaknya. Salsa bahagia walaupun yang diinginkan pasti anak yang ada dalam kandungannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa menjalani kehidupan selama tiga tahun dengan Lian dan Sekala, banyak hal-hal yang perlu disyukuri oleh Salsa.

Hingga akhirnya, Adhira, ibu dari Sekala ingin mengambil anaknya. Mungkin, bagi Salsa saat itu adalah tahun terberat bagi dirinya. Salsa kira ketika Adhira hadir, dirinya hanya akan kehilangan Sekala, tetapi, ternyata perempuan itu kehilangan suaminya juga. Laki-laki yang sudah ia percaya bisa membangun kisah apik bersama, ternyata berkhianat begitu saja. Beruntungnya pada saat itu Salsa diberi kepercayaan lagi untuk mengandung yang mana bayi dalam perutnya sekaligus dua.

Lalu tiga tahun terakhir ia memilih untuk benar-benar melepas semuanya, baik Lian maupun Sekala. Perempuan itu memulai hidup baru dengan kedua anaknya. Apakah itu membuat Salsa bahagia? Tidak. Hidupnya selama ini masih terbayang-bayang oleh lelaki yang sebenarnya sudah tidak ada ikatan apa-apa. Selain itu, meskipun sudah ada kedua putrinya, dalam hati Salsa masih ada rasa bersalah meninggalkan Sekala.

Sekarang, ketika Salsa ingin mencoba berdamai dengan masa lalunya, memberi ruang untuk Lian bertemu dengan anak-anaknya, menemui Sekala untuk mengobati rindunya, yang terjadi justru kesedihan paling dalam harus menimpanya.

Ayah Salsa meninggal ketika baru semalam mereka bertemu. Sialnya Salsa belum sempat mengucapkan kata maaf karena sudah menghilang tanpa kabar tiga tahun terakhir ini. Apakah harus ia menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggal sebagai bayaran atas kesalahannya? Biar nanti saja Salsa pikirkan.

Perempuan itu sudah sampai di pemakaman dengan menggandeng kedua anaknya. Sudah tidak ramai karena proses pemakaman berakhir setengah jam yang lalu. Tersisa bundanya, Nabila, Lian dan Aro. Kedua anaknya sudah pasti langsung berlari ke arah Aro yang sekarang berdiri persis di samping Lian.

"Ayah, siapa yang meninggal? Ibu di mobil menangis terus." Ucap Bilva.

"Yang meninggal kakeknya Bilva sama Birva. Ayahnya ibu Salsa." Jelas Aro.

Kedua anaknya hanya mengangguk tetapi tidak ada kesedihan sama sekali. Mungkin karena usia mereka yang masih dini dan juga dua putri Salsa dan kakeknya tidak pernah berinteraksi.

Sementara Salsa, sudah bersimpuh di samping nisan bertuliskan nama ayahnya. Menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ingin berharap hanya mimpi, tetapi ternyata semua ini adalah realita yang harus ia hadapi.

Tidak ada suara apapun kecuali isakan Salsa dan suara burung-burung yang berterbangan. Melihat Salsa yang memeluk nisan dengan air mata yang terus keluar, Lian segera menghampirinya. Satu tangannya memberikan usapan pada punggung Salsa seolah menguatkan. Lalu satu tangannya lagi menarik pelan tangan Salsa untuk ia genggam dengan erat, kemudian berbicara,

Sedekat Detak dan DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang