06. Penyesalan

68 32 4
                                    

WAJIB VOTE DAN KOMEN SEBELUM BACA CERITANYA!

HAPPY READING

"Tiada satupun obat yang dapat meredakan pedihnya rasa sakit, kecuali hati yang percaya bahwa apapun yang Allah tetapkan untuknya adalah yang terbaik."

_Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid_

..

BRAK!

Baru saja kakinya menginjak keramik, ia harus dibuat terkejut dengan benda jatuh yang begitu nyaring di indra pendengaran nya. Tentunya suara itu berasal dari dalam rumah dua tingkat bernuansa eropa.

Kali ini bukan disebabkan oleh Leandro. Tapi, Narettra. Wanita paruh baya itu memang selalu seperti ini jika penyakit nya kambuh. Dia akan melampiaskan semuanya pada barang atau orang yang berada disekitarnya.

Narettra, dia memiliki penyakit mental yang sering kali kambuh jika mengingat kejadian yang membuat nya stres. Yaitu penyakit Prolonged Grief Disorder.

Gejala penyakit Prolonged Grief Disorder adalah gejala mental yang sering dialami jika orang tersebut memiliki kejadian traumatis, ataupun kehilangan seseorang.

Bugh!

"Ahkhhh,"ringisan keluar dari mulut Geisha dengan tangan memegang kepalanya yang terlihat sedikit luka namun begitu banyak mengeluarkan darah.

Baru saja ia sampai, sudah mendapatkan luka saja. Lalu netra nya menatap Wanita paruh baya didepannya dengan hati-hati. "Ma, tenang ya?"

"KAMU!"teriak Narettra penuh amarah menatap nyalang Geisha yang masih meringis merasakan sakit di kepala nya akibat lemparan dari Narettra.

Geisha yang mendengar itu terdiam seperti patung melihat amarah sang mama yang sudah mencapai puncaknya. Ini bukan kali pertamanya sang mama marah. Tapi, ia sudah sering dan pasti dirinya lah yang harus mendapatkan amukan dari sang mama.

"SAYA BENCI KAMU, GEISHA!"teriaknya meraung-raung, Marah dan sedih bercampur menjadi satu. Apalagi melihat kehadiran anak si*lan yang membuat ia semakin marah.

Geisha pun mendekat pada sang mama dan berniat ingin menenangkannya, dengan tangan yang ia letakan pada kepala berusaha menahan darah agar tidak keluar terlalu banyak. "Ma, tenang ya? Mama harus tenang, gak boleh emosi"ucap Geisha memandang sang mama lembut.

"KENAPA GEISHA? KENAPA!"

Bukan nya tenang ia malah meneriaki Geisha dengan histeris, memandangnya nyalang.

"Kenapa kamu bunuh anak saya?"ucapnya lirih dengan tatapan kosong memandang Geisha. Lalu tak lama Narettra tertawa dan menangis secara bersamaan.

Geisha mengerutkan alisnya bingung, lalu ia menghampiri mama nya dengan pandangan kosong. "Bunuh? Aku pembunuh?"

"YA, kamu pembunuh Geisha!"ucapnya lirih dengan sorot mata kecewa mengarah pada Geisha.

Takdir Geisha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang