2

883 52 0
                                    

Richie mencuci wajahnya dan ia mengelap wajahnya itu.

"hngh.. jelek ternyata." Richie berjalan kearah kasurnya dan merebahkan dirinya.

beberapa Minggu lagi adalah hari ulang tahunnya, dan Richie sudah berjanji akan merayakan dengan teman temannya itu di luar.

ia juga sudah membooking tempat untuk acara ulang tahunnya itu. Huh.. Richie harap tidak ada yang mengacaukan acaranya kali ini.

Richie benci pengacau.

ting.
ting..

-M.

gua mario
jangan kepedean, gua sv wa lu karna suruhan bubu.

-R.

tapi aku gamau ngesv wa kamu jelek!

-M.

dih? batu lu kecil

-R.

bawel bongsor,jelek,tua,kusut

Richie menutup handphone nya, ia mencari baju yang cocok untuk kerumah sakit.

ia mau mengecek kondisi di rumah sakit, apakah bagus bagus saja atau tidak.

ia baru menuruni tangga..

"mau kerumah sakit ya? Berangkat bareng Mario ya?? mario juga mau ketempat boxing dia."

"maee........"

"apa sayang?" Jorgie keluar dari kamarnya dan langsung mengantar Richie turun tangga.

"di anter Mario ya?"

Richie terpaksa mengangguk..

"tunggu mario, dia sebentar lagi dateng ke sini.."

























"ck.. buka dong"

Richie sudah mengetuk jendelanya dari pelan sampai keras, tapi Mario seakan tuli tidak mau membuka pintunya!

"mario!"

clt-

Richie kesal..

"gitu dong, dokter manggilnya woy woy doang"

Richie duduk dan menutup pintu mobilnya.

——

"e-eh.. kamu mau ngapain?" Ucap Richie sedikit menghindar saat mario mencoba mendekat..

"cuma mau pasangin seat belt doang"

Richie menepis tangan Mario. "ga butuh! aku bisa sendiri"

cltek.

Mario menjalankan mobilnya hingga sampai kerumah sakit milik kluarga Richie.

Richie turun dari mobil dan di ikuti oleh Mario.

"Ngapain?"

"ya gua mau kontrol kaki gua, rewel banget"


"selamat pagi dokter richie"

"ah.. pagi dokter Kai, aku masuk ruangan ku dulu yaa?"

"hm hm hati hati dokter"

Richie berjalan masuk kearah ruangannya.

"itu dokter?"

Dokter kai mengangguk.

"Dia dokter spesialis dalam, juga dokter pada umumnya.. kamu mau kontrol?"

Mario mengangguk dan ia di arahkan ke suatu ruangan.

tok.. tok.. tok..

cklekk-

"siapa- mario lagi?!"

Ucap Richie saat melihat mario masuk.

"jiah.. si bawel"

Mario menutup pintunya dan ia duduk di depan Richie.

"Ck.. apa penyakit mu"

"Ankle, pinggang, juga punggung gua. perlu di konsul sama terapi."

Richie mengeluarkan peralatannya.

"Buka."

"hah? lu mau ngapain?"

"ck.. terapi lah norak."

Mario bangun dan ia membelakangi Richie. Ia membuka jaket Levis dan juga kaos putihnya. Mario melempar pakaiannya..

"brengsek.. bikin takut aja..."

Richie sedikit merinding melihat punggung belakang Mario yang bahkan terlihat lebih lebar kalau dari dekat.. Richie menelan salivanya kasar kasar....

"dimana sakitnya"

Mario memegang punggung bagian belakang.. dan Richie mengarahkan Mario untuk duduk di kasurnya.

Richie mengoleskan krim dan mulai memijat punggung punggung Mario. "Disini?"

Mario mengangguk.

ia benar benar rileks dan rasa sakitnya semakin berkurang walau tadinya sakit sekali.

Richie turun ke pinggang Mario dan ia berusaha agar Mario tidak merasakan sakitnya lagi.. karena pinggang mario ungu kehijauan.

"ini kena pukulan" Richie menekan pelan pinggang mario dan mario mengangguk.

ia mulai lagi dan menekan lagi pinggang Mario, yang di tekan hanya meringis kesakitan.

"tato doang banyak, gini aja sakit"

Mario bangun. Ia menatap Richie..

Mario menarik pinggang Richie dan Mario menatap Richie dari dekat.. yang di tatap hanya takut dan membuang muka.

"pinggang lu aja sekecil ini, ancur paling nanti."

"I-ih! lepas!"

Ucap Richie dan ia pindah ke ankle Mario.

Richie memijatnya perlahan karena ini sangat rawan dan bisa bisa sakitnya semakin sakit.

ia selesai dan Richie mencuci tangannya. "gimana? enakan gak?"

Mario mengangguk dan Richie menyemprotkan krim agar tubuh Mario tidak lengket saat memakai bajunya.

"Hm, tapi lebih enak lagi kalo lo yang-

"mario!"

Mario hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.. Richie duduk dan ia mencatat apa saja yang mario perlukan.

"pijetan lu enak juga, lu gamau jadi terapis pribadi gua?"

Richie meletakkan pulpennya. Ia menatap kearah Mario. "Berani bayar berapa emangnya?"

"ya lu maunya berapa buat jadi terapis pribadi gua?"

"1 milyar"

Mario tertawa garing. "Kayak bakalan tahan aja."

"setuju ga? kalo engga ya gausah-

"setuju, udah gua rekam pembicaraan nya. Kontrak kerja nya 2 tahun.. kalo lu mau mundur denda 3 milyar."

"APA?! KAN AKU CUMA BERCANDA!" Ucap Richie dan ia melototi Mario.
















































"gaada kata bercanda di kamus gua, Richie."

Mario Kennderick Raja TinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang