"mario mau makan gak?"
Mario keluar dari kamarnya dan melihat banyak makanan di meja..
"sejak kapan di kulkas gua ada bahan makanan?"
"sejak tadi, aku pesen"
"hm.. bagus dah, gua jadi punya pembantu–
"APA! COBA ULANG SEKALI LAGI?!" teriak Richie dengan suara yang melengking membuat Mario menutup telinganya-
ting nong..
Mario berlari kearah pintu menghindari tatapan tajam Richie.
"eh.. pak choi, kenapa pak?"
"mas bilangin ke istrinya ya mas.. jangan teriak teriak, saya juga lagi sama istri saya soalnya. Haduhh boleh teriak tapi jangan over mas..."
Mario menatap kearah belakang dan Richie sudah tidak ada.. Richie mengumpat di balik meja dapur.
"yaudah maaf pak, nanti saya bilangin istri saya.. sekali lagi maaf ya pak" pak Choi mengangguk dan pergi.. mario menutup pintunya.
"tuh kan.. jangan teriak teriak Richie..."
"abisnya kamu bilang aku pembantu siapa yang ga kesel coba, coba sekarang kamu aku bilang Abang abang kenek"
"ya gapapa, halal juga"
"Abang abang keneknya jelek, lusuh, kumel kaya kamu ini" Mario melotot..
"nyenyenyenye marah kan" Mario mencubit pipi Richie membuat sang empu kesakitan..
"sakit!"
"siapa suruh, buruan makan.. gua di suruh kerumah bubu"
"ngapain?" Tanya Richie ia menyendokkan nasi ke mulutnya.
"mulangin lu lah, siapa lagi"
"iyuh aku bisa pulang sendiri kali" ucap Richie dan ia tidak menghabiskan makannya.
"abisin."
"engga, orang kenyang"
"Richie.. abisin sebelum tu makanan gua jejelin ke mulut lu"
"Ck! iya iya!"
Richie memakannya..
"Mario ga ngapa ngapain kan sama richiee?"
Mario menggeleng cepat mendengar perkataan bubunya.
"engga bu.. mari-
"cius marioo? papa ga percaya nih"
"s-serius om.. kita ga ngapa-ngapain kok" ucap Richie..
"hmmm percaya deh, kalian kemana ga pulang pulang?" Tanya bubu.
"Itu.. eum..—
"kita sebenernya cuma belanja doang semalem buat keperluan kulkas Mario, cuma Richie milih bahan makanannya kelamaan jadinya udah malem deh" senyum Marioo..
Richie mengangguk-anggukkan kepalanya. Akhirnya Mario membantunya.
"yaudah Richie mau nginep nih sekarang di rumah bubu?"
"E-eh.. bubu, Richie malam ini harus ngecek pasien bubu.. lain kali Richie minta mario buat jemput Richie terus nginep di rumah bubu!" Ucap Richie dan Bubu mengangguk..
"lu kenapa ga nginep sekarang aja sih? biar gua bisa alesan jagain lu, terus gua maen di luar" bisik Mario dan Richie menggeleng.
"kewajiban aku buat ngecek pasien di rumah sakit sekarang mario..."
"ah terserah lu dah"
Richie izin pamit karena ia benar benar sudah menerima 70 panggilan masuk dari beberapa dokter lain, mereka bukan menginginkan Richie kerja tapi hanya mau menanyakan keadaan Richie setelah Mario bilang Richie demam.
Bohong! Richie tidak sakit kok!
Richie sampai di rumah sakit di antar oleh Mario dan wajah mario masih sama masamnya..
Richie menghela nafas dan melepas seat belt nya.
"hey? mario kenapa?"
"engga. Buruan turun."
"mar, thank you.. aku turun ya"
Richie mau turun dari mobil namun tangannya di tarik oleh Mario sebelum keluar..
Mario menatap kilauan mata Richie yang indah dan bibir plump cantik itu..
"chi.."
Cuphhh
Mario memasukkan lidahnya dan beradu di dalam sana.. ia mengabsen deretan gigi yang selalu terlihat ketika Richie tersenyum indah....
"e-eumpph- mrrhh-
Cuphh-
Mario menjilati sisa Saliva di dagu Richie dan mengecup bibir Richie berkali-kali.
ia menatap bibir yang kini bengkak itu.. Mario menggigit bibir itu berlahan dan di akhiri dengan kecupan..
"makasih.. Richie.."
Richie keluar mobil dan ia melambaikan tangan ke Mario..
Richie masuk ke dalam rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mario Kennderick Raja Tinju
Teen Fiction[ON GOING] Markhyuck 💯% FIKSI LONG STORY [omegaverse] bukan angst (mff aku gampang sedih, jadi ga bisa bikin cerita yang sedih juga) inspirasion : Jinx (manhwa) menceritakan seorang pria Petinju kelas atas yang harus dijodohkan dengan seorang Dokt...