05/ Ingkar Janji

96 9 0
                                    

HAPPY READING!!

*
*
*

Begitu sampai kelas, seluruh pasang mata langsung tertuju pada Christina. Sebagian anggota kelas melayangkan tatapan yang tidak bersahabat. Namun perlu diketahui, Christina yang sekarang bukanlah Christina yang mudah terintimidasi oleh hal-hal semacam itu.

Dia sudah cukup muak hari ini. Atensinya kini beralih pada bangku-nya yang telah ditempati oleh Liam, pria itu tengah berkutat pada handphone-nya. Cepat juga.

Beralih ke deret belakang, di sana sudah ada Daran yang terlihat fokus menulis.

"Maaf, gara-gara gue sekarang lo jadi pindah ke sini." Christina berdiri tepat di samping bangku-nya yang telah berganti kepemilikan, sembari menatap sang pemilik baru.

Sementara Liam, cowok itu merubah air muka-nya menjadi sengit. Tak ada santai-santainya.

"Sampah kaya lo dapat keberanian dari mana ngajak gue ngomong? Pergi lo!" Usir cowok itu, kembali fokus ke game-nya.

Sial. Andai kata muka-nya tidak bonyok Christina sudah siap untuk beradu lagi. 

Sepasang manik gadis itu bergerak mencari keberadaan tas-nya. Tidak ada, yang artinya tas-nya juga telah berpindah tempat ke belakang.

Christina menjatuhkan diri-nya tepat di sebelah Daran. Menenggelamkan wajah-nya ke meja.  wajah-nya terasa lebih ngilu setelah dioleskan salep. Tadi sebelum ke kelas dia sempat mampir ke UKS untuk mengobati luka-lukanya.

"Dar.."

hening..

"Oi, Daran!"

"Paan si?" Daran terdengar nge-gas, menatap jutek pada cowok di depan meja-nya.

"Dih, galak amat!" Cowok itu adalah Yeon, sahabat Daran.

Daran menghela nafas, "Kenapa?" Tanya-nya lebih ramah lalu kembali menulis.

"Kok bisa sih lu sebangku ama itu?" Yeon menunjuk Christina menggunakan dagu-nya.

Sepertinya karena mulut yang tak ada pengatur volume itu, kini sebagian kelas telah memasang telinga ke arah mereka. Jangan di tanya, tentu saja mereka ikut penasaran.

Daran mengedikkan bahu acuh, "Ga tau, lagi sial kali!"

Yeon melotot, memperingatkan sahabatnya itu agar tidak sembarang bicara. Pasalnya yang dibicarakan ada di dekat mereka.

"Eh, bentar lagi kan festival sekolah nih, kira-kira ekskul kita bakal ngadain apa ya?!" Yeon mengubah topik.

"Cepet amat lo mikirnya, masih ada sebulan tau ga!" Itu Bondan yang berceletuk, teman sebangku Yeon.

Fyi, cowok-cowok ini dan termasuk Liam merupakan anggota ekskul seni bela diri.

Yeon mendelik, "Ya terus mikirnya nanti bulan depan, gitu?"

"Ya, gak gitu. Tapi gak usah sekarang juga. Nambah pikiran aja lo!"

Iya, Bondan kepikiran. Soalnya dia menjabat sebagai ketua di ekskul itu. Of course festival nanti dia yang bakal repot. Dan Yeon malah mengingatkan.

"Tau ah, Susah ngomong sama orang yang gak paham kerangka berpikir ilmiah." Yeon mulai menyinggung konsep 'kerangka berpikir ilmiah' yang baru mereka pelajari tadi.

"Sok iye lu, apa hubungannya coba?!"

Bondan kesal. Namun tak urung pikirannya melayang ke festival nanti.  Atensinya beralih pada Daran yang sibuk menyalin tugas.

"Menurut Lo gimana Dar?" Bondan menatap serius.

Daran mengangkat kepalanya. Terdiam cukup lama.

"Gue setuju, ada baiknya si Yeon kita buang dari lantai 4!"

Kan, sepertinya nanti Bondan harus berpikir ekstra. Apa jadinya festival mereka jika wakil ketuanya saja seperti ini.

Perbincangan mereka terus mengalir ke telinga Christina. Kini pikiran gadis itu berada pada program ekskul yang akan dia geluti. Semoga saja akan berjalan lancar.

"Selamat siang!"

Seorang guru memasuki kelas.

Para murid langsung mengatur posisinya. Termasuk Christina yang sekarang sudah duduk tegap.

"Maaf saya telat, saya tadi sedang ada urusan." Pria paruh baya itu menaruh barang-barangnya ke meja.

Di sisi lain, Christina sudah sibuk merogoh tas-nya, mencari sesuatu dari dalam sana.

"Sebelum lanjut materi silahkan kumpul tugas yang minggu lalu!"

Jantungnya berpacu lebih cepat. Christina menggeledah setiap inci tas-nya. Namun na'as, buku tugasnya tidak ada dalam sana. Padahal dia ingat betul. Semalam, setelah mengerjakan tugas dia langsung merapikan buku untuk jadwal besok ke dalam tas-nya.

Daran kembali ke bangku-nya usai mengumpulkan tugas ke depan. Sekilas Christina dapat melihat  senyum licik di wajah Daran. Senyum yang seolah mengartikan 'kena lo'.

Iya, ini pasti ulah Daran. Harusnya Christina tidak boleh percaya dengan omongan si ular ini.

"Itu yang wajahnya lebam-lebam kenapa tidak kumpul tugas?" Maklum, dia guru baru, jadi belum tau sejarah Christina.

Christina berdiri, menggaruk tenguk-nya yang tidak gatal. "Itu Pak.. buku-nya ketinggalan di rumah."

"Kamu tau konsekuensi-nya kan? Keluar dari kelas saya sekarang!"

"Tapi Pak.."

"Saya tidak mau berbicara dua kali, ya!"

"Pftt.."

Sebagian anggota kelas tertawa mengejek.

"Buru woi, kita juga mau belajar!" Salah satu murid berceletuk.

Mata Christina dengan Daran bertemu. Gadis itu mengepalkan tangan, berusaha menahan amarah. Sedangkan Daran, cowok itu tersenyum miring, mengangkat sebelah alis-nya seolah menantang Christina.

Dalam hati, Daran tersenyum puas. Gadis itu telah salah mencari perkara dengannya.

"Pengecut lo!"

Akhirnya Christina berjalan keluar dengan perasaan dongkol.

Tbc.
______________________________

Tanggapan kalian buat part ini?

Kalo suka sama cerita aku, jangan lupa vote & komen ya guyss...

See you next part...

Makasihh💐❤️

Christina's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang