11. War Takjil

123 23 4
                                    

Daily Life Chakra Family
.
.
.

Happy Reading ❤️❤️❤️
.
.
.

*****

Awalnya Chakra tidak mempercayai ucapan Yuli yang mengatakan para pedagang takjil dipenuhi oleh pembeli.

Ucapan Yuli juga diperkuat oleh Sultan yang mengatakan hal sama.

Dia tahu itu hanya tipu muslihat anak-anaknya saja yang ingin menguras isi dompetnya dengan dalih semua pedagang takjil penuh.

"Ayah, ayo, ih! Kita pergi ke depan komplek buat beli takjil," desak Yuli kala itu.

"Ini masih jam 3 sore, Teteh. Yang dagang juga masih pada beres-beres dagangannya. Nanti jam 5-an aja, kita ke depan komplek," sahut Chakra.

"Udah habis jam segitu mah, Ayah," sambar Sultan geregetan karena sang ayah tidak percaya.

"Sekarang aja, mumpung masih pada anget fresh to oven takjilnya," tambah Sultan.

"Nanti bakalan dingin kalau beli sekarang, Aa'."

"Tinggal diangetin aja di microwave atau air fryer 'kan bisa."

"Enggak. Pokoknya kita beli takjilnya jam 5." Chakra tetap pada pendiriannya.

"Ayah mah meuni gak percayaan banget sama anaknya," dumal Yuli seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Nanti nangis kalau es teler kesukaan Ayah habis."

Chakra menggeleng yakin bahwa ucapan Sultan itu hanya pengalihan saja.

Namun, saat waktu telah menunjukkan pukul lima sore dan telah sampai di tempat para penjual takjil, Chakra harus gigit jari karena semua pedagang sudah berbenah untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Loh, kok, udah beres-beres lagi aja? Ini masih jam 5, 'kan?" tanya Chakra seraya melihat waktu di jam tangannya.

"Kan kata Teteh juga apa? Udah pada abis, 'kan? Ayah, sih," omel Yuli dengan bibir mengerucut.

Mengabaikan omelan Yuli, Chakra mendekati salah satu penjual yang tengah beres-beres.

"Bu, udah habis?" tanya Chakra.

Si penjual itu menatap Chakra dengan senyum formal. "Iya, Pak, udah habis," jawabnya.

"Kok bisa?"

Si penjual itu mengerutkan kening. Dia tidak suka dengan pertanyaan Chakra, seakan-akan dagangannya tidak layak untuk habis.

Senyum yang tadi menghiasi wajahnya seketika luntur. "Lah, emang kenapa kalau habis, Pak?" ujarnya sewot.

Sadar ada yang salah dengan pertanyaannya sebelumnya membuat Chakra gelagapan.

"Eh, bukan begitu, Bu," tukas Chakra seraya mengibaskan tangannya.

"Maksud saya itu tumben masih siang tapi udah habis."

"Oh, maksud Bapak dagangan saya harusnya habis malem, gitu? Sedangkan yang lain boleh habis masih siang, gitu?"

Hadeuh!

Chakra jadi pusing sendiri karena maksud ucapannya tidak dipahami oleh si pedagang.

(Maaf, nih, Pak Chakra. Saya juga gak paham sama maksud ucapan kamu 😭)

"Maaf, Bu, kalau saya ada salah kata. Permisi."

Akhirnya Chakra memilih untuk undur diri, lalu mendekati Yuli dan Sultan yang sudah menatap garang karena jajanan kesukaan mereka sudah habis.

Chakra hanya membawa Yuli dan Sultan saja, jika membawa Yuan akan ribet. Maka dari itu, Yuan tinggal di rumah bersama Diana.

Chakra nyengir. "Kita beli di tempat lain aja, ya?" bujuknya.

"Emang di tempat lain masih pada ada?" tanya Yuli sangsi.

Chakra juga tidak yakin di tempat lain masih ada yang menjual takjil setelah melihat keadaan para lapak penjual di depan komplek perumahannya.

"Mudah-mudahan masih ada. Ayo, berangkat sekarang udah mau Maghrib."

Chakra segera menuju motornya, dan diikuti oleh Sultan serta Yuli.

Yuli ingin duduk di depan, katanya kalau di duduk di tengah kaya kejepit sama tiang listrik.

Mereka menyusuri jalan raya yang biasa menjajakan menu takjil, tetapi sepanjang jalan mereka harus menghela napas panjang karena sudah habis.

Sekitar dua kilometer dari komplek perumahan CINTAI DIRIKU, akhirnya mereka menemukan pedagang yang masih menjual menu takjil.

Walaupun sisa beberapa, tetapi mereka sangat bersyukur hari ini bisa membatalkan puasa dengan makanan enak.

"Besok kita harus dateng jam 3 pokoknya, gak mau tahu!" ucap Sultan ketika menuju ke rumah.

"Iya, bener. Teteh tuh tadinya pengen banget buka sama es telernya Bu Sana," sambar Yuli.

"Iya, Ayah setuju. Besok kita harus dateng jam 3, atau kalau mau jam 2 kita udah stand by di depan komplek," tukas Chakra semangat.

"Hidup Es Teler Bu Sana!" seru Sultan dengan mengepalkan kedua tangannya di atas.

"Hidup!" sambut Yuli dan Chakra.

"Hidup Es Teler Bu Sana!"

"Hidup!"

"Hidup Es Teler Bu Sana!"

"Hidup!"

"Mereka gila, ya?"

"Kenapa juga teriak-teriak kaya begitu di jalanan. Dasar orang-orang aneh!"

"Ini pasien RSJ yang kabur, ya?"

Begitulah bisik-bisik orang yang tengah menyaksikan seruan random tiga orang berbeda generasi itu.

-Bersambung-

*****

Hmmm, mereka emang aneh 😌

Oh iya, untuk visualisasinya nanti saya kasih tahu kalau udah tamat 😚

today_is612, 24 Maret 2024

Daily Life Chakra Family [Chansoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang