4

4 1 0
                                    

Pukul 6 pagi wekeend nay memilih menghabiskan waktunya untuk berolahraga berkeliling komplek tempat ia tinggali, sesaat nya berolahraga nay menemui diko bersama gavin yang tengah ikut berolahraga juga, mereka berdua ber pas-pasan di komplek tersebut yang tak asing baginya. nay menghindari dari dua orang pria tersebut namun lagi lagi gavin menyadarinya gavin mengikuti nay dari belakang tanpa sepengetahuan nay, yang bahkan nay terus menerus menghindarinya.
"kenapa si ngehindar mulu" ujar gavin
"astaga lo lagi lo lagi" sambung nay kesal
"mau gue temenin ga olahraga nya" ujar gavin sambil tersenyum
nay terdiam ia melihat diko dari sebrang sana melihat sambil tersenyum
"kenapa diem ? gue temenin ya" sambung lagi
nay terdiam mengangguk
mereka berdua berjalan bersamaan hingga berlari kecil mengelilingi kompleks hingga keluar kompleks, hingga gavin pun mengeluarkan sebuah candaan ke candaan lainnya agar suasananya tidak terlihat canggung.

Gavin menarik lengan nay untuk mengikuti nya menuju sebuah tempat makan yang berada di sebrang sana untuk sarapan mengisi perut nya, namun lagi lagi nay terdiam menuruti perintah gavin.
mereka duduk, gavin memesan 2 mangkuk bubur ayam dengan selera masing masing, nay dengan bubur ayam tidak di aduk begitu pun gavin memesan bubur ayam dengan tim di aduk. mereka menyantap masing-masing nya dengan berbagai selera nya
"lo sengaja buntutin gue ya ?" ujar nay
gavin menggeleng dengan senyuman meledek
"bilang ajasi kalo lo demen kan sama gue" sambung nay meledek
"kalo iya emangnya lo mau ?"
nay terdiam pipi nya memerah seakan akan salting nay langsung mengalihkan pembicaraan nya nay berdiri bangun dari duduknya namun lagi lagi tangan gavin mencegahnya
"sebentar dulu nay" ujarnya
nay kembali duduk
"apalagi udaa siang gue mau pulang" sambung nay lantang kesal
"lo belom jawab pertanyaan gue tadi"
matanya memotar malas nay tidak mau kembali salah tingkah serta pipinya memerah
"gue mau temenin lo, kapan pun itu" ujar gavin tertantang to the point, namun lagi lagi nay di buat bingung oleh pertanyaan itu
"maksudnya" sambung nay tak paham
"gue mau lo jadi pacar gue"
lagi lagi nay tak paham oleh jalan pikiran yang nay maksud paling cuma sekedar candaan atau semacam lainnya
"kenapa diem ? masih ga paham juga ?" sambung nya
"mana bisa pasti lo boong kan ?"
mendengar ucapan yang barusan nay lontarkan membuat gavin menggeleng gelengkan kepala nya
"mana bisa perasaan di buat candaan nay nay, emangnya lo ngga liat sama effort gue ke lo"
nay terkekeh
"effort apaan, emang selama ini lo ngeluarin effort gue yang mana ? nganterin gue pulang terus ?"
"contohnya sekarang gue termasuk yang males banget buat olahraga tapi demi buat ketemu sama lo gue jauh jauh dari rumah ke rumah diko cumaa pengen liat lo nay"
"ngga ah ngga percaya gue"
gavin menghela nafas tak paham jalan pikiran nay yang terus menerus mengelak seolah olah tak acuh
"plis lah nay sebenernya lo paham cuma lo nya aja yang pura pura acuh" sambungnya
"yaudaa gimana lo mau atau gaa ?"
"plis kasih gue waktu nay" nay pergi meninggalkan gavin nay berlari menuju rumahnya dengan perasaan tidak karuan seneng kacau atau bahkan sedi
nay berjalan masuk ke dalam rumah miliknya secara tergesa gesa, wita pun terheran apa yang lagi di alami oleh cucunya nay duduk di sofa meringkuk ke dalam ringkuhan wita.
"kamu kenapa ?" tanya wita khawatir
"oma gimana ya bilangnya ?" sambung nay
wita tersenyum tangannya menjalar mengelus helaian rambutnya
"jadi gavin ngejar ngejar aku terus ?"
"ngejar ngejar gimana ?"
"jadi diko temennya, temen sekelas aku juga gavin namanya dia naksir aku dia minta nay jadi pacarnya"
"tapi kamu nya ada perasaan sebaliknya ngga sama gavin" ujar wita
"ya perlu waktu ajasi aku ma" sambungnya
"dia keliatan baik ga sama kamu" sambungnya penuh kekhawatiran
"sejauh ini si dia baik sama aku"
      Setelah berbincang bincang wanita yang masih terbilang muda berumur 32 tahun keluar dari kamarnya untuk menuju dapur
"lagi cerita apa si keknya asik bener" tanya wina mamah dari nayara
"mah papah kemana masih sibuk kerja ya ? padahal ini weekend" sambung nay
"ah udah nggak usah bahas papamu"
"mah kenapa lagi si sama papah ? berantem lagi ya ? kenapa si kalian selalu cekcok terus"
"kamu nggak aka tau nay masalahnya" sambung Wina membentak membuat nay lari menaiki anak tangga menuju kamarnya
"Wina kamu ada masalah lagi sama geha ?" tanya wita kepada Wina menghawatirkan rumah tangga mereka
Wina terdiam ia tengah sibuk mengiris sayur sayuran yang akan ia pasak.
geha pun pulang yang makin hari makin sibuk mengurusi sebuah perusahaan nya di salah satu ibu kota jakarta, mobil berwarna putih melaju memasuki garasi. ia berjalan menuju ambang pintu
"dari mana aja kamu mas ?" tanya wina
"aku kerja win kamu kenapa si bawannya curigaan terus ?"
"alesan, aku ngga bakal curiga kalo kamu ngga main api duluan, kamu ngga pernah kasih aku waktu sama nayara"
geha mengerenyitkan heningnya serta menggeleng gelengkan kepala nya pusing, ia kembali berjalan menuju kamar serta kantor pribadinya di lantai atas samping kamar nayara. kemudian geha mengetuk pintu kamar nayara untuk bertemu anak semata wayangnya
"pah dari mana aja aku kangen" tanya nay sambil memeluk sang papa dengan erat
"papah kerja sayang, maaf ya papah ngga bisa kasih waktu buat kamu"
nay menggangguk
lalu hidangan masakan yang tengah Wina memasaknya sudah terkumpul di meja makan, wina, wita, ayi, geha, serta nayara tengah kumpul untuk menyantap makanan yang telah tersediakan sambil berbincang bincang panjang, kapan lagi keluarga mereka kumpul dengan seperti ini.

aku, kamu, dan bandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang