[05-Bersaing-]

16 7 0
                                    

“Jangan pernah mencoba menutupi satu kesalahan dengan kesalahan yang lain. Ini hanya akan memicu kesalahan kesalahan yang lain di kemudian hari.”
-Vyera Elina Rafaila-

Jangan pernah paksakan sesuatu yang buka keahlianmu, itu hanya akan menyiksa dirimu. Setiap orang memiliki kelebihannya masing masing, hanya karena kau tidak bisa satu hal, bukan berarti kau tidak bisa apa-apa. Fokus pada keahlianmu dan tingkatkan hingga kau lupa kalau kau tidak bisa melakukan satu hal yang bisa di lakukan orang lain.”
-Ativa Rasyida Qori

○❃✾❃○

"Orang pintar paginya beda yah," celetuk Vivi.

"Kenapa? Ngomong apa tadi?"

"Kamu tuh yah, bisa bisanya mengawali pagi dengan belajar? Enggak ada rutinitas lain apa?"

"Yah mau ngapain? Pagi-pagi gini? Gabut tau!"

"Apa ke gitu, biasanya orang kalau gabut tuh, main gadget kek, ke kantin kek, atau apalah gitu. Lah ini, gabutnya malah belajar. Tapi boleh juga sih, kalau misal kamu makin pintar, pas ujian aku enggak repot." Vivi cengengesan tanpa rasa bersalah.

"Enak aja, Aku capek-capek belajar kau malah enak-enak!"

"Eh? Ternyata bisa capek juga yah? Kirain enggak bisa capek belajar saking sukanya," ejek Vivi.

"Huhhh! Ganggu aja, pergi sana!" Usir Vyera.

"Eh, mala di usir! Yaudah aku pergi yah? Jangan di tahan yah!" Ucap Vivi dengan sangat dramatis.

"Pergi aja, enggak ku tahan kok!" Balas Vyera tanpa melepas pandangannya dari bukunya.

Vivi benar-benar pergi, bukan karena diusir Vyera namun dia hendak ke kantin. Suasana kembali lengang, ini masih sangat pagi sehingga masih lumayan sepi.

Krekk,
Suara pintu di geser terdengar gaduh saking senyapnya keadaan sebelumnya. Tiva melenggang masuk kedalam kelas. Masih dengan ekspresi jutek yang sering dia tampilkan.

Canggung, tidak ada pembicaraan sama sekali. Vyera ingin mencairkan suasana. Tapi, tidak tau harus bicara apa.

"Kau banding-bandingkan,"

Vyera menoleh, ku tatap Tiva sedang menikmati alunan musik dari Earphone. Sesekali dia menyanyikannya dengan lirih. Tapi, bisa terdengar dengan jelas saking sunyi nya kelas ini.

"Itu menjadi penyebab, kita slalu. Bertengkar terus,"

Merdu, suaranya merdu dan lembut sekali. Sangat ramah di teling. Beda cerita jika yang menyanyi adalah aku. Gumam Vyera.

"HEH!"

Vyera tersentak, dan menoleh ke asal suara.

"Kenapa? Kok teriak?" Celetuk Vyera panik.

"Kenapa senyum-senyum? Sengaja? Mau nyari gara gara?" Ucapnya sinis.

Eh? Kenapa jadi sensi? Rumit nih nanti! Belum juga kenal yang namanya pms! Enggak tau deh gimana kalau udah ngalamin!

"Hah, kau senyum karena apa? Karena diriku?" selidik Tiva intens.

"Aku baca buku! Nemu sesuatu yang lucu makanya senyum-senyum!" celetuk Vyera.

"Huhh, benarkah?"

"Aku serius! Lagian kenapa juga aku senyum senyum sendiri? Orang enggak bisa senyum senyum sendiri tau!"

"Bisa saja kau mengejek ku! Atau bagaimana lah, hanya kau yang tau," sarkasnya.

"Kayak enggak ada kerjaan aja!" Celetuk Vyera tanpa sengaja fan dia menyesali hal itu.

Dreamers [on-going + revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang