[11-tantangan baru-]

16 5 4
                                    

Diruangan besar yang suasananya selalu mencekam.

"Apa lagi yang anda inginkan?!" Gadis kecil itu menatap tajam.

"Bukankah sudah jelas?" Balas pria parubaya itu.

"Masalah itu lagi? Bukankah sudah kutegaskan sebelumnya bahwa saya! Sudah tidak mau lagi!" Tebak si gadis.

"Jangan mengada-ada!" Tegas si pria parubaya.

"Saya tidak mengada-ada! Saya sudah muak! Biarkan saya menjalani hidup saya seperti orang normal lainnya!" Balas si gadis.

Tawa menggelegar. "Seperti orang lain? Seperti siapa? Jangan memberi pertanyaan ambigu. Seperti putriku?" Ejek si pria parubaya.

Si gadis menyengir. "Untuk apa? Putri anda itu menyedihkan. Menjadi boneka tanpa dia sadari. Dengan suka rela menjadi budak. Setidaknya saya lebih baik karena saya menyadari posisi saya. Tidak sepertinya bertingkah bak seorang ratu walau hanya seorang babu."

"JAGA UCAPANMU!"

"Kenapa? Anda takut? Anda kehilangan satu boneka anda. Dia, anak musuh anda itu sudah bersinar sekarang. Dan anda tidak bisa lagi mengganggunya seperti sebelumnya."

Si pria parubaya menatap sinis. "Seperti katamu kau memang hanya boneka kecil. Setidaknya kau sadari dirimu. Aku bisa dengan mudah menemukan penggantimu. Setidaknya versi lebih baikmu. Dan soal temanmu itu. Aku akan temukan cara untuk membuatnya hancur. Dengan begitu si tua bangka itu juga bisa hancur."

"Anda tidak bisa melakukannya!"

"Tentu bisa, siapa yang akan menghalangiku? Kau? Apa yang bisa dilakukan bocah sepertimu? Hanya karena kau membangkang padaku bukan berarti kau mengendalikanku. Bahkan ayahmu yang hebat itu kalah dariku. Bagaimana bisa bocah ingusan sepertimu mengalahkanku? Katakan bagaimana caranya?"

"Pasti! Pasti ada caranya!"

"Mungkin ada, tapi tidak akan bisa di serap otak kecilmu itu. Apa yang kau harapkan? Kau bahkan tidak bisa mengingat senyuman ibumu!"

"HENTIKAN!" Si gadis prustasi dan terduduk di lantai.

"Begitu saja? Dengan kekuatan seperti itu kau ingin mengalahkanku? Lucu sekali. Sebih baik kau keluar dan kerjakan prmu. Setidaknya bergunalah sedikit, jika kau kesulitan cari saja putriku yang hebat itu dan belajarlah darinya."

Si gadis berjalan keluar dari ruangan dengan geram. Dia benar-benar muak dengan pria itu.

Kita sama, kita sama-sama memberontak. Bedanya kau mendapat akhir yang indah sementada aku malah sebaliknya.

"Sudah kubilang patuhlah sedikit." Seorang gadis manis menghampiri gadis yang frustasi itu.

"Lihat siapa yang bicara. Apa maumu?!"

"Kenapa kau selalu menyalak seperti anjing? Begitu sulitkah bagimu untuk bersikap baik?"

"Untuk siapa? Untuk orang seperti kalian? Benar? Lebih baik aku mati saja!"

"Lalu kenapa kau tidak mati? Bukankah itu keinginanmu?"

"Kau pikir aku takut untuk mati? Aku, bahkan sangat siap untuk mati! Tapi aku sadar mati bukan solusi yang tepat untuk orang seperti kalian."

"Terserah kau saja. Yang penting jangan ganggu ayahku."

"Ayah sialanmu itu, dia yang mengganggu bukan aku!"

"Dia tidak akan memarahimu jika bukan kau yang mencari masalah."

Si gadis tertawa keras. "Sepertinya otakmu benar-benar telah di cuci. Apa menurutmu kau di sayangi? Di cintai? Seperti anak kebanyakan?"

Dreamers [on-going + revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang