[13-kesempatan kedua-]

17 6 6
                                    

"Ehh, kok kita sedih-sedihan di hari pertama sekolah sih?!"

"Lihat deh, kita bakalan capek banget kalau harus ke sini lagi. Bayangin aja tiap hari naik turun tangga!" Keluh Tiva. Atau lebih tepatnya, hibur Tiva.

"Kayak kamu enggak pernah turun tangga aja. Bukanya tiap hari kita harus naik turun tangga kalau ingin ke ruang club? Ke perpus, ke lab, ke ruang musik, semuanya harus naik tangga loh."

"Iya sih, cuman kan sekarang tiap pagi harus naik tangga ke lantai 2."

"Olahraga."

"Halah, diantara kita berdua siapa yang paling enggak suka olahraga? Aku ambil ekskul olahraga ada dua loh! Kamu sendiri?" Ejek Tiva.

"Iya deh iya. Aku kalah!"

"Enggak kebayang kalau kelas 9, harus naik ke lantai 3. Buset dah! Kalau gitu aku udah enggak sering ke kantin!" Tiva memelas memikirkan hal itu.

"Eh kantin? Aduh! Aku lupa!" Tiva menepuk jidat lalu mengambil kantong plastik yang tadi dia bawa.

"Ini, aku pengertian banget! Lihat, ada cokelat, susu cokelat, wafer cokelat, snack cokelat, permen cokelat. Khusus untukmu!"

"Ehh? Cokelat semua nih?"

"Iyalah, aku enggak tau kamu mau makan yang mana sekarang. Tapi intinya kamu pasti mau cokelat. Kamu selalu mencari cokelat kalau mau sedih. Jadinya segala macam percokelatan aku beli."

Vyera terkekeh, dia tidak tau Tiva akan tau kebiasaannya itu. Dia tidak pernah mengungkapkan hal tersebut. Tapi Tiva yang peka dan mengamati hal tersebut.

Vyera mengambil susu kotak yang ada di dalam plastik tersebut "so sweet deh."

"Iya aku emang manis, luar dan dalam." Tiva berbangga diri.

"Susunya!" Vyera menunjukan susu yang diminumnya. Sontak raut wajah songong Tiva berubah datar.

"Kirain..."

Vyera tergelak, dia berhasil mengerjai Tiva. "Canda! Kamu juga manis banget, tau aja yang aku suka. So sweet deh."

Tiva yang di sanjung seketika berubah sok imut.

"Imut sih imut tapi jangan di imut-imutin! Apa sih geli aku aku liatnya!" Vyera berpindah tempat agak menjauh dari Tiva.

"Kurang ajar!" Ketus Tiva.

Vyera tertawa kecil, tiva selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik. Seburuk apapun suasana hatinya.

"Ehh, kok pengumuman pembagian kelas belum masuk yah?" Tiva menatap ponselnya.

"Iya juga yah. Mungkin masih sibuk dengan siswa baru. Biasa, tahun ajaran baru. Pasti anak baru lebih sibuk. Seperti kita dulu. Baru di tentukan kelasnya, pembagian tugas clubnya, kan ribet. Beda dengan kita yang sudah bisa di atur."

"Iya sih. Cuman suntuk aja pagi-pagi datang ke sekolah tapi enggak bisa masuk kelas. Jangankan masuk kelas kelasnya aja belum tau."

Tit... Tit...

"Tuh kan udah di umumkan... TIDAK!! IHH RESEH! SIAPA SIH YANG BUAT NIH DAFTAR?!" Gerutuh Tiva begitu menemukan namanya.

"Kenapa?"

"Kenapa katamu? Ihh sebel deh! Masa aku masuk di kelas 8-1 terus kamu 8-4! Enggak seru banget deh!"

"Beda kelas."

"Iya masa beda kelas! Ihh!" Tiva berujar kesal.

Vyera menatap daftar tersebut. Rasa takut menyergapnya. Selama ini dia bisa bertahan karena anak-anak tidak berani bicara terang-terangan kalau ada Tiva yang berpengaruh.

Dreamers [on-going + revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang