3. menjadi pelampiasan

383 22 18
                                    

Happy Reading🤗

Setelah sekitaran 2 jam-an, akhirnya anak Lelaki tersebut sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya, juga Setelah membereskan kekacauan tadi Dan mengobati luka ditangan nya, anak lelaki itu sekarang tengah mengistirahatkan tubuh nya di belakang rumah, seraya menatap pohon vinus dan pohon kecil lainnya yang rindang. Halaman belakang rumah ayah nya ini, cukup luas jika hanya untuk sekedar bermain sepak bola saja. Dia membayangkan dirinyah yang dulu sering bermain dengan sang ibu dan juga abang nya di halam itu.

"Ibu. Apa kabar? Nathan rindu," ada perasaan sesak di dada nya di saat Nathan menyebut kata 'ibu'. Wanita yang ia rindukan, setelah kepergian yang tak bisa lelaki itu gapai lagi.

"boleh tidak Nathan ikut ibu?" tanya nya pada dirinya sendiri.
"Nathan, nathan disini sendirian bu" air mata itu tiba tiba memenuhi matahnya. Tanpa tahu ada pemuda yang berbeda dua tahun dari Nathan sedang mendengarkan apa yang ia ucapkan.

"Maafin Abang," batin Marchel. Jujur ia sayang, sungguh sayang dengan adik satu-satunya itu. Namun, fakta yang ia dengar dari mulut sang ayah membuat rasa sayang tersebut menjadi rasa benci. Ia tidak tau harus bagai mana, marchel gak tau harus menyayangi nya lagi atau tidak. Tapi jujur di hati kecil nya jauh didasar sana, ia masih menyayangi adik nya, hanya saja tertutup dengan fakta yang begitu menyakitkan baginya dan sang ayah.

Marchel melangkah pergi, menjauhi halaman belakang dimana nathan sedang istiraht disitu. Ia pergi keluar rumah dan kembali mengendarai motor sport kesayangnya itu. Dia ingin pergi ke markas dimana ia dan teman teman nya suka berkumpul. Marchel tidak ingin berada di rumah dengan nathan yang seperti tadi. Karna itu akan membuat nya semakin bingung untuk membencinya. Marchel ingin mencari pelampiasan untuk kekesalan nya itu, ia sudah merasakan kekesalan nya itu memenuhi rongga dadanyah sampai terasa sesak.
Di rumah.

Sedangkan nathan, nathan tidak menyadari keberadaan sang abang yang berdiri di belakang nya tadi, dan mendengar semua ucapan nya. Sampai sang abang pergi ia tidak mengetahui nya juga. Nathan terlalu fokus dengan diri nya sendiri, dengan lamunannyah.

"Bu, aku boleh bilang cape gak ?"
"Aku begitu merasa cape bu, aku cape dengan semuanyah"
"Aku lelah" turun lah air mata tadi yang nathan tahan supaya tidak jatuh. Nathan nangis sejadi jadinyah. Ia merasa lelah di hatinyah. Ia mungkin anak lelaki, tapi dia juga manusia. Dia punya perasaan dan hati yang perlu dijaga.

"Aku mungkin memiliki seorang ayah, tapi aku tidak mendapatkan perannya lagi"

Karna rasa lelah yang ada di hati, lelah di jiwa raga, nathan menangis dan akhirnya ia tertidur dengan keadaan pipi itu, pipi yang mulus putih dan di salah satu nyah ada lesung pipi, itu masih basah karna air matanya. Nathan tertidur dengan tenang dan nyenyaknya ia. Padahal nathan tidur hanya beralas lantai dan dinding sebagai senderan nya, dengan kaki yang ia selonjorkan kedepan.

.

Di dalam kamar yang bernuansa abu putih itu ada Seorang pria paruh baya menatap kesal ke arah laptop yang masih menyala. Pikirannya berkecamuk sekarang, barusan ia mendapatkan laporan dari asisten di kantor nya, kalau manajemen keuangan membawa kabur uang perusahaan dengan jumlah puluhan miliar.

Mahen sangat frustasi sekarang, memikirkan uang yang di bawa lari. Perasaan kesal dan marah bercampur menjadi satu di benaknya. Tanpa pikir lagi, Mahen melemparkan laptop tersebut ke lantai kamar nya, sehingga membuat laptop tidak bersalah itu hancur.

Kemudian mahen keluar dari kamar, menuju lantai satu. Ia ingin menenangkan pikirannya dulu. Tangan kanan mahen meraih gelas sloki dan mengambil Drink berjenis Vodka ke gelas mini itu. Setelah nya ia bawa dua benda itu tadi ke meja bar, yang berada tak cukup jauh dari dapur.

Luka Dan Bahagia 'NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang