Chapter 8 : Jadikan Petunjuk Pertama

951 69 0
                                    


...

Menjelang sore hari, tepat dimana hari terakhir sebelum masuk sekolah Vortex Sanctum, cuaca yang saat ini berawan dan udaranya dingin. Lennan, Alice, dan Herny menaiki kereta kuda milik kerajaan Klonx menuju ke sebuah tempat asrama yang berhubungan dengan Sekolah Vortex Sanctum. Hari pertama masuk dimulai besok harinya, jadi hari ini mereka sudah bersiap siap menuju asrama terlebih dahulu sebelum masuk ke sekolah.

Alice memandang pemandangan langit sore dari balik jendela kereta kuda itu, ekspresi berbinar dan senangnya memandangi pemandangan ladang rumput luas yang dikerumuni bunga bunga mekar. Sedangkan Herny, pemuda itu tidak menghilangkan kebiasaan kecilnya, yaitu membaca buku. Buku yang tidak tebal dan tidak tipis pula, sangat ringan untuk dibaca saat melihat gerak gerik Herny yang tenang membacanya.

Lennan juga memandang luar jendela, awan awan itu saling menempel satu sama lain sehingga menyebabkan matahari yang terbenam tidak terlihat, suasana yang tenang dan sunyi seperti ini sangat cocok untuk orang nolep sepertinya.

Hingga sampailah mereka di sebuah gerbang besar yang dilapis permata kecil berkilau disetiap atas jeruji gerbang, para penjaga yang berada disana dengan cepat membuka pintu gerbang itu supaya kereta kuda milik kerajaan Klonx bisa masuk.

Ditengah perjalanan, terdapat dua jalur yang berbeda, antara asrama putra dan asrama putri. Lalu kereta kuda itu berjalan menuju ke asrama putra terlebih dahulu untuk mengantarkan Lennan dan Herny.

"Sampai jumpa besok, Lennan dan Herny!"

Lambaian serta seruan dari Alice yang mulai pergi dan menghilang bersama kereta kuda itu menuju tempat asrama putri, Lennan membalasnya dengan senyuman dan lambaian kecil.

"Tunggu apa lagi? Ayo masuk. Kau sudah tahu kan nomor kamar mu yang mana?"

Lennan menoleh kearah Herny, ia lalu menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah mengetahuinya."

"Baiklah, ayo masuk sekarang. Barang kita sudah disiapkan oleh prajurit kerajaan Klonx tadi."

Herny berjalan terlebih dahulu memasuki gedung asrama, diikuti oleh Lennan dari belakang. Sampailah mereka di sebuah lorong yang memiliki 3 jalur yang berbeda.

"Dari yang ku ingat, kamar ku berada di sekitar lorong kiri bagian lantai ke 2. Sepertinya kita sudah berpisah disini, sampai jumpa lagi Lennan."

Tanpa menunggu jawaban dari Lennan, Herny sudah pergi dan menghilang begitu saja. Lennan yang tadinya ingin bertanya malah tidak jadi karena sudah menghilang duluan oknumnya.

"Lah? Udah ngilang aja tu anak, padahal gue mau nanya juga." Dengus Lennan dengan nada lesunya.

Lennan ingat nomor kamarnya, tapi tidak dengan letaknya. Lennan memang se-lupa itu untuk mengingat sesuatu, padahal baru saja ia diberitahu oleh ayahnya tapi udah lupa duluan.

Akhirnya Lennan pun mulai mencari sendiri—walaupun ia bahkan tidak tahu letaknya tapi Lennan tetap berusaha mencarinya sampai dapat.

Ia berjalan di lorong sebelah barat, terdapat banyak sekali ruang kamar yang memiliki nomer masing masing. Lennan mengamati setiap angka yang terpasang di masing masing pintu kamar itu.

"108... 109... 110..."

Lennan menghitung setiap nomer kamar yang ia lewati, kakinya pun mulai memprotes lelah karena sedaritadi Lennan berjalan selama 30 menit.

"Kaki gue udah kaga sanggup berjalan lagi kayaknya ..." ucapnya sambil memegang paha kirinya, Lennan mulai menatap sekitar. Tempat ini sunyi sekali, bahkan tidak ada aktivitas para siswa yang mungkin pulang dari sekolah itu atau cuma jalan jalan aja.

Transmigrasi to Novel [BL] END S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang