02. Tetangga Baru

445 28 6
                                    

🆂🅴🆅🅴🅽🆃🅴🅴🅽
🅓🅤🅐

Di ruang keluarga, sepasang ibu dan anak ini masih saling berpelukan menguatkan satu sama lain.

Jeonghan memandangi anak semata wayangnya dengan sedih. Dia sendiri tau bahwa ini semua adalah akal-akalan anaknya saja agar terlepas dari kemarahan ayahnya. Namun bagaimanapun, ia tetap tidak bisa memarahinya dan lebih memilih mengikuti alur.

Kalau boleh jujur saja, Jeonghan adalah tipe orang yang sangat tegas, apalagi keanaknya. Dahulu saat Wonwoo balita, dia sudah mengajarinya makan sendiri, melakukan apa-apa sendiri, memarahi apabila Wonwoo melakukan kesalahan, dan dia bahkan tega menghukum anaknya itu layaknya pendidikan ibu-ibu Asia. Namun disaat dokter mengatakan bahwa dia sudah tidak bisa hamil lagi, semua sifat yang ia berikan kepada anaknya berubah 100 persen.

Lebih tepatnya saat Wonwoo berusia tujuh tahun, ia mulai memanjakannya layaknya bayi baru lahir. Jika Wonwoo tidak mau makan, maka dia akan menyuapinya. Jika Wonwoo ngambek maka dia akan membujuknya dan memberikan apapun yang Wonwoo minta. Sudah berkali-kali Seungcheol menasehatinya agar tidak terlalu memanjakan anaknya itu, namun seorang ibu tetaplah seorang ibu, mana tega ia memarahinya. Mengingat hanya Wonwoo saja yang akan menemani dirinya dan sang suami saat tua nanti atau berfikir suatu hari anak semata wayangnya itu sudah memiliki keluarga kecilnya, maka dia akan merasa kesepian didalam rumah yang besar ini.

Jeonghan melepaskan pelukannya dan menarik anaknya ke sofa.

"Sini duduk, biar mami obatin kepalanya."

Wonwoo menurut dan duduk dengan patuh. Jeonghan mengambil kompres yang sering digunakan suaminya jika faktor U nya kumat, dan menempelkannya di dahi sang anak.

Saat sedang sibuk mengompres, ia kembali teringat dengan perkataan anaknya tadi dan mulai mengungkit.

"Wonu... Wonu jangan pergi ya... Jangan tinggalin mami..."

"Kalau Wonu pergi dari rumah ini mami sama siapa?"

"Tenang aja mami, Wonu gak bakal pergi kok dari rumah ini. Wonu bakal terus disisi mami." Jelasnya kemudian memeluk maminya itu dengan rasa bersalah.

Jeonghan mengusap surai hitam anaknya.

"Sekarang kasih tau mami, Wonu maunya apa?"

Mendengar pertanyaan itu seketika ia melepaskan pelukannya dan menatap maminya dengan mata yang bersinar.

"Mami! Wonu mau checkout baju tapi papi gak ngasih uang... Mami bujuk papi dong biar ngasih uang ke Wonu... Mami... Bajunya bagus banget warnanya biru pastel kalau mami liat pasti mami juga bakalan suka kok! Wonu jamin deh!"

"Iya iya... Nanti mami bilang papi ya biar ngasih uang ke kamu." Melihat keantusiasan anaknya membuat Jeonghan bahagia, bagaimana bisa ia menolak coba?

Setelah menyuruh anaknya ke kamar, Jeonghan pergi ke halaman belakang tempat dimana suaminya tengah bersantai. Begitu sampai, ia melihat sang suami tengah menikmati kopinya sembari mengelus kucing abu kesayangannya.

Ia bisa mendengar suaminya yang tengah menyanyikan lagu "Cintamu Sepahit Topi Miring"

Sengkuni leda-lede

Mimpin baris ngarep dhewe

Eh barisane menggok

Sengkuni kok malah ndheprok

Nong eh nong ji nong ro

Setelah sampai disamping suaminya, Jeonghan langsung saja memanggilnya.

𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀 𝐆𝐖𝐄𝐍(𝐵𝐸𝑁)𝐂𝐇𝐀𝐍𝐀 || 𝐒𝐄𝐕𝐄𝐍𝐓𝐄𝐄𝐍 𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang