14. Selangkah menuju jadian?

324 26 15
                                    

🆂🅴🆅🅴🅽🆃🅴🅴🅽

Di trotoar jalan yang dipenuhi dengan meja panjang yang cukup ramai. Meskipun jalanan yang mereka lewati tadi sangat sepi, namun berbanding terbalik dengan angkringan ini yang ramai dikunjungi oleh para remaja, khususnya pasangan kekasih. Ada juga beberapa anak punk yang menumpang tidur dilesehan.

Mingyu mendudukkan dirinya disalah satu meja yang sangat terisolasi. Disana juga sudah ada Wonwoo yang sedari tadi hanya diam saja.

"Maaf ya kak nunggu lama." Ucap Mingyu begitu sampai.

Wonwoo mengangguk dengan kedua jemari yang masih menyatu. "Iya gapapa Ming."

Tak berselang lama, seorang pria remaja berjalan mendekat dengan nampan ditangannya. Remaja itu meletakkan dua gelas berisikan susu ke meja mereka. Mingyu tersenyum ramah sembari menerima kedua gelas tersebut.

"Makasih ya Mas."

"Oke, sama-sama Mas!"

Mingyu memberikan salah satu gelas susu kepada Wonwoo.
"Nih kak diminum dulu." Ucapnya yang langsung diterima dengan tangan Wonwoo yang bergetar.

Melihat itu Mingyu jadi merasa bersalah dengan mengajak Wonwoo keluar. Ia menangkup tangannya diatas tangan putih wonwoo dan membawanya ke arah dimana susu hangatnya berada.

Sang empu terperanjat, "Eh?!"

Mingyu mengeratkan genggamannya menyalurkan kehangatan tubuhnya ke tangan gadis disampingnya. Ditambah dengan susu yang baru saja diseduh membuat tangan keduanya kembali memerah.

"Nikmatin aja kak." Ucap Mingyu dengan senyuman diwajahnya.

Wonwoo menatap mata sipit dihadapannya dengan intens. Ia merasa gejolak dihatinya semakin tak karuan, ia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar menghangat tangan.

Oke, salahkan saja Papinya yang menurunkan hormon yang berlebih kepadanya.

Mata mereka saling terpaku membuat suasana yang sebelumnya begitu dingin kini menjadi panas. Wonwoo menurunkan pandangannya ke arah bibir tipis Mingyu. Menatap bibir itu dengan mata yang berkabut membuat sang pemilik bersemu merah.

Terlihat bibir pria itu sedikit terbuka, mungkinkah Mingyu berniat untuk berbicara?

Seolah tidak peduli dengan apa yang akan Mingyu ucapkan, Wonwoo mendekatkan wajahnya, mengikis jarak yang memisahkan keduanya. Ia dapat mencium wangi khas pria itu yang begitu memabukkan membuat otaknya seketika kosong.

Ketika jarak benar-benar terkikis, Wonwoo semakin gencar menatap bibir itu dengan rasa ingin tahu.

Tatapan Mingyu terpaku pada mata rubah dihadapannya yang kini tengah menatap rakus bibirnya.

Satu detik, dua detik, tiga detik dan seterusnya hingga didetik ke sepuluh...

Cup!

Bibir keduanya menempel.

Tentu saja Mingyu terkejut dengan perbuatan Wonwoo, matanya melebar menatap Wonwoo yang kini sudah memejamkan matanya. Tidak ada pergerakan apapun dari penyatuan itu. Bibir Wonwoo hanya menempel saja, membuat sensasi dingin kini mengalir kedalam tubuhnya bagai sengatan listrik.

Seketika, pemikiran liar kini muncul di otak kecilnya, Mingyu ingin sekali memangut bibir tipis Wonwoo, membuat gadis ini kehabisan nafas karena lumatan kasarnya.

Ia masih terus menatap kelopak mata yang terpejam itu dengan sayu. Menunggu sang empu membuka mata dan menyadari perbuatannya.

Jauh di lubuk hatinya, Mingyu merasa bahagia sekaligus sedih secara bersamaan. Dia bahagia karena orang yang di cintainya menciumnya. Tapi, dia juga sedih karena orang ini menciumnya karena ketidaksadarannya.

𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀 𝐆𝐖𝐄𝐍(𝐵𝐸𝑁)𝐂𝐇𝐀𝐍𝐀 || 𝐒𝐄𝐕𝐄𝐍𝐓𝐄𝐄𝐍 𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang