"Kamu gak ngerjain tugas?" Meski sudah kutahan-tahan, aku tetap tidak bisa mengabaikannya begitu saja. "Kamu gak takut dimarahi Guru?"
"Sudah sering, sudah tidak takut lagi," jawabnya enteng. Kepalanya masih ditundukkan di atas meja.
"Tapi aku takut." Aku bicara sembari menatap buku-papan tulis-buku-papan tulis bergantian. "Kalau kamu dimarahi, Guru bakal marah-marah di meja ini. Aku gak bisa tenang." Fegi akhirnya mengeluarkan buku dari tas. Aku lega.
"Oke. Tapi aku lihat punyamu, ya?" Sebaiknya aku tidak pernah berekspetasi bahwa Fegi sebenarnya sedikit nurut, padahal ia selalu menyebalkan.
Ingat ini bab berapa?
Aku melangkah cepat, menarik tangannya kasar, membuatnya turun dari pembatas dan berdiri. Kekesalan kutunjukan sejelas-jelasnya. Menarik tangannya agar ia tak bisa lari kemana-mana lagi. Ia pasrah. Tak ada perlawanan.
"Kamu berhasil cari aku, Fem."
Aku tidak peduli.
"Tapi sebenarnya aku yang menunjukan diri, sih. Kasian sama kamu kalau aku gak ketemu. Seperti hari lalu."
Pasti masih ingat dong ini scene Fegi kelayaban🥲
Aquarium date(?)
Tapi kita cuma teman
Janji, ya?
Iya, janji!Aku terdiam meski terus berjalan. "Oke, nanti kita bertemu lagi di sini." Rasanya jari kelingking yang kusodorkan padanya bukan dikendalikan diriku. Spontan saja. Fegi dengan senang hati mengaitkan jari kelingking kanannya. Aku bertanya, "Janji?"
"Oke, janji. Siapa yang akan memanggil duluan?" tanyanya dengan mata menyipit.
"Aku teriakin namamu kalau aku melihatmu lebih dulu."
Kesepakatannya hampir kulupakan, ternyata.
Rambutku mulai memanjang, dan aku masih duduk sendirian, Fegi.
Minggu-minggu lalu aku sempat duduk sama Farel karena absen. Syukurlah tak lama, Pak Gala kemudian membebaskan kami memilih bangku mana saja.
Aku lebih suka sendirian sekarang.
Sejak kursi itu kosong.
Maaf baru kepikiran buat ngelampirin foto, tadi Schia mau lampirin foto cast buat Fegi, tapi malah pusing nyari yang sesuai sama bayangan aku🥲
Dan aku mau bebasin kalian untuk ngebayangin Fegi, asalkan di bayangan kalian, Fegi punya mata yang menyipit saat tersenyum:)❤🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelas Dua Belas (Tamat)
Teen FictionKetika naik kelas, tujuan utama Femi adalah hidup setenang-tenangnya dan seideal-idealnya. Kalau saja ia tidak berdempetan absen dengan si nomor 11 yang ternyata anak tinggal kelas tukang rusuh dan sering bikin nangis orang. Apalagi dengan sikap par...