CHAPTER 6

36 9 2
                                    

00 : 03 Am

Lantai bawah, suatu tempat yang tersembunyi di dalam panti asuhan ini, menjadi saksi bisu dari rapat gelap antara tiga pria: Albert, Dokter Matt, dan seorang pria yang memakai pakaian pelindung dengan senjata di tangannya. Suasana ruangan terasa tegang, diisi dengan keputusasaan dan dendam yang menggelegar.

"Jadi, bagaimana keadaan di luar sana, Albert?" tanya Dokter Matt dengan nada yang penuh perhatian, meskipun matanya terus mencari tanda-tanda kebenaran di balik kata-kata Albert.

"Tidak..., tidak sama sekali bagus. Kubu kita di ambang kekalahan. Senjata-senjata yang kita punya sudah hancur dan banyak para rekanku sudah tewas," ucap Albert dengan nada prihatin, namun kebencian yang dalam jelas terpancar dari matanya yang membelalak.

Dokter Matt mengangguk, mencoba menahan gelombang perasaan yang meluap di dalam dirinya. "Aku mengerti," jawabnya pelan, merasakan beratnya tanggung jawab yang terus bertambah di pundaknya.

"Jika kau mengerti..." Albert tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Dokter Matt terkejut.
"... Kau harus mengganti peraturan anak yang sudah siap, dari yang berusia 18 tahun ke atas, menjadi 15 tahun," ucap Albert dengan tegas, tatapan matanya menusuk tajam, memberi tahu bahwa ia tak main-main.

Dokter Matt diam terpaku, pikirannya melayang ke segala arah, mencoba mencari jalan keluar dari kegelapan yang semakin merajalela di sekitarnya.

Sampai di lantai bawah, suasana yang mencekam semakin terasa. Pintu besi yang terkunci kuat terbuka, memancarkan cahaya suram dari luar. Suara-suara mengerang yang menyayat hati mengisi udara, memberi kesan bahwa tempat ini merupakan penjara bagi  jiwa-jiwa yang teraniaya.

Dokter Matt mengikuti Albert dan pria berpakaian pelindung itu, langkahnya berat seolah menahan beban yang semakin bertambah di dalam dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dokter Matt mengikuti Albert dan pria berpakaian pelindung itu, langkahnya berat seolah menahan beban yang semakin bertambah di dalam dirinya. Matanya menelusuri sekeliling sel penjara, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan di antara bayang-bayang gelap yang merayap di sudut-sudut ruangan.

Beberapa anak remaja terlihat putus asa, sementara yang lain tampak kehilangan akal sehat. Di sel-sel yang terkunci rapat, terdapat angka-angka yang terukir di dinding, menandakan bahwa setiap orang di sini adalah sekadar angka bagi sistem yang kejam ini.

Mereka berhenti di depan sel yang berisikan seorang anak yang baru saja mereka pindahkan, terlihat sedang menggigil ketakutan di pojokan.

"Alex Anderson, berusia 15 tahun..." Albert tertawa dengan penuh kebanggaan, namun matanya menyiratkan kegembiraan yang mengerikan.
"... Kau akan menjadi senjata termuda yang kami miliki..."

Dokter Matt hanya bisa menatap Alex dengan raut yang penuh kekhawatiran, merasakan getaran ketakutan yang menghantui jiwa Alex.

"Kau yakin, Albert. Dia masih di bawah umur... Bagaimana jika kita menunggu satu tahun lagi agar usianya menjadi 16 tahun?" tanya Dokter Matt, mencoba mempertahankan sedikit keberpihakan bagi anak yang masih belum siap untuk dikorbankan.

"Aku sudah mengatakan kepadamu, Matt!! Kubu kita di ambang kekalahan, dan satu-satunya cara terakhir adalah memperbanyak senjata kita..." ucap Albert dengan tenang, namun dalam hatinya bergelora kemarahan yang tak terpadamkan.

Senjata yang mereka maksud adalah anak-anak yang mereka ubah menjadi sesosok monster mengerikan yang diberi nama "the mutant". Mereka percaya bahwa para musuh akan dengan mudah terkalahkan jika mereka memiliki pasukan ini. Para mutant tidak mudah untuk dibunuh, dan mereka dibiarkan kelaparan agar mengincar para musuh ketika kurungan mutant dibuka di hadapan mereka.

"Tapi, bukankah para mutant anti-peluru?" tanya Dokter Matt.

"Ya, tapi mereka sudah mengetahui cara membunuhnya," Dokter Matt memelankan suaranya. "Dengan cara memenggal kepala mereka," lanjutnya.

Alex hanya menatap mereka dengan tajam, pikirannya menjadi berantakan, tubuhnya menggigil, Mendengar suara raungan dari monster mutant di sel sebelahnya membuatnya ketakutan. Ditambah lagi, dia juga tahu bahwa dirinya akan dijadikan salah satu dari mereka.

"Cepat!!, suntikan anak itu!!" pekik Albert, mendorong dokter Matt dengan kasar, menyebabkan dokter itu hampir terjatuh. Cairan beracun dalam suntikan itu berkilauan di ujung jarum, siap untuk memutasikan Alex menjadi senjata hidup.

Alex mundur dengan ketakutan, matanya memandang suntikan itu seolah melihat maut yang mengintai. Namun, tidak ada tempat untuk bersembunyi, dinding-dinding dingin ruangan itu menutup setiap jalan pelarian. Keringat membasahi dahi Alex, menandakan ketakutannya yang mendalam.

Dokter Matt hanya berdiri di tempatnya, ragu dan terpecah antara moralitas dan tugasnya sebagai dokter. Ini adalah pertama kalinya dia dihadapkan pada pilihan yang begitu mengerikan.

"CEPAT!!" bentak Albert sekali lagi, suaranya menggema di dalam ruangan yang sunyi.

Dengan perasaan yang berat, dokter Matt mendekati Alex yang gemetar ketakutan. "Maaf, nak. Ini bukanlah pilihan yang ingin aku ambil," bisiknya pelan sebelum menusukkan jarum itu ke dalam lengan Alex.

Alex menahan rasa sakit dengan keras, memejamkan matanya rapat-rapat untuk melawan dorongan rasa sakit yang menusuk tubuhnya. Cairan beracun langsung menyebar ke dalam tubuhnya, membuat seluruhnya dipenuhi dengan urat-urat.

Saat suntikan selesai, dokter Matt menempelkan sebuah alat di leher Alex, yang segera menancapkan sebuah tanda bertuliskan angka 671. Alex adalah senjata ke-671 yang telah mereka ciptakan.

"Bagus...HAHAHA!!," tertawa Albert dengan penuh kemenangan, melihat hasil kerja kerasnya.

Dokter Matt keluar dari sel dengan langkah berat, rasa sesak memenuhi dadanya. Albert mendekat dan menepuk pundaknya dengan bangga, "Kerja bagus, Matt. Kau adalah orang yang paling bisa diandalkan," pujinya.

Namun, di dalam hatinya, dokter Matt hanya merasa gelisah melihat penderitaan yang dialami Alex. Albert merasa lega, tetapi apakah harga yang dibayar untuk kemenangan itu benar-benar pantas?

Melihat dokter Matt masih memandangi Alex yang menggeliat karena efek cairan yang telah disuntikkan, Albert segera mendekati dokter Matt dengan langkah mantap.

"Jangan khawatir, Matt. Ini tidak akan menjadi seperti kasus Noah," ucap Albert dengan suara yang tenang, namun berisi sejarah kelam yang menyertainya.

Noah adalah anak yang hampir menghancurkan tempat ini, anak yang pernah disebut Alex saat dia bercerita kepada tosia pada waktu itu.

Dokter Matt menoleh ke arah Albert dengan tatapan yang tak percaya.
"Aku tidak yakin apakah dia akan selamat di luar sana," jawab Dokter Matt, mengungkapkan ketidakpastian yang menghantuinya. Noah adalah  anak yang kabur dari panti asuhan ini tanpa sepengetahuan mereka.

"Ya... jika kau membuat kesalahan lagi, aku tidak akan ragu untuk mengambil tindakan di sini," ucap Albert dengan nada yang tegas, sambil menempelkan telunjuknya di dahi dokter Matt dengan gerakan yang tajam. Memberikan isyarat bahwa Albert akan menembak dokter Matt didahinya.

Dokter Matt, yang biasanya tegas, hanya diam dengan ekspresi cemas yang tak tersembunyi.

"Mulai besok, bawa setiap anak yang berusia 15 tahun ke sini. Aku akan datang setiap hari untuk mengambil senjata kita. Demi kemenangan kita, Matt!!" ucap Albert, menekankan kata-katanya dengan penuh keyakinan.

Albert melangkah pergi, menubruk bahu dokter Matt sebelum meninggalkan tempat itu, diikuti oleh pria berpakaian pelindung.

"Malam ini, aku akan membawa para mutant yang sudah siap berperang, bersama rekan-rekanku!" ucap Albert tanpa menoleh ke belakang.

Dokter Matt hanya bisa menatap punggung mereka dengan raut wajah yang penuh keraguan, terjebak dalam pertarungan antara nurani dan kewajibannya.

***

Jangan lupa vote!!, vote gratis kok dan ga menuhin memori hp juga,
(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

THE MUTANT ( In the orphanage )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang