"Hei, apakah kau tidak ingin melanjutkan rencana kita?" bisik Neena dengan suara pelan, mencoba membangunkan Tosia.Tosia segera bangun dengan gerakan yang tergesa-gesa, seolah-olah terlepas dari belenggu mimpi yang menakutkan.
"Sialan! Mengapa kita membuang-buang waktu seperti ini!, " gerutunya sambil menggenggam erat rambutnya, ekspresinya dipenuhi oleh kekesalan yang meledak-ledak.
Neena mencoba memberikan penjelasan dengan suara yang tenang, "Mungkin karena kita sudah kelelahan, karena kita tidak makan seharian ini, " katanya sambil memperhatikan Tosia yang sedang terburu-buru mengambil sebuah tongkat besi yang telah disiapkan sebelumnya.
Sementara Tosia sibuk dengan urusannya, Neena melihat keadaan sekeliling dengan tatapan khawatir dan bingung. Meski terlihat tenang, dalam hatinya, dia juga merasakan kegelisahan yang sama dengan Tosia.
"Hati-hati, Tosia. Mungkin saja di luar masih ada monster," ucap Neena dengan suara lembut, mencoba memberikan semangat kepada temannya yang tengah sibuk.
"Cepat! Ambil kunci itu, tongkat bodoh!," desak Tosia dengan nada yang penuh kepanikan, sambil berusaha meraih kunci yang tergeletak di luar pintu kamar mereka.
Neena menghela nafas dalam-dalam, menggelengkan kepalanya dengan perasaan yang campur aduk. Dia berbalik arah, memandangi kamar mereka yang kini terlihat kacau balau, layaknya gudang, penuh dengan sobekan kain seprai yang berserakan di mana-mana, dan kasur mereka yang terletak dipojokan.
Neena memandangi keadaan kamar mereka dengan sedih, dia merasakan kenangan yang telah dijalani di tempat itu selama bertahun-tahun.
"Aku akan merindukan tempat ini," bisiknya pelan, mencoba menenangkan hatinya sendiri.
Tosia masih sibuk di bawah, berjuang untuk mendapatkan kunci dengan susah payah. Setiap kali hampir berhasil, dia gagal, dan kekesalan terpancar dari wajahnya, tak lupa dengan makiannya yang selalu dilontarkan.
" Jika gagal sekali lagi, aku akan memotong tanganku sendiri," gerutu Tosia, wajahnya dipenuhi oleh keputusasaan dan kemarahan.
Tak lama kemudian, kunci itu berhasil diraih. Berkat usaha keras mereka sebelumnya, tongkat besi yang telah dimodifikasi menjadi alat bantu berhasil membantu Tosia meraih kunci yang terdapat di luar.
"Yaampun, kau luar biasa, Tosia!" puji Neena, melihat Tosia berhasil meraih kunci tersebut.
Tosia tersenyum, senang karena mendapat pujian dari Neena. Dengan perasaan lega, dia bangkit dan membuka pintu kamar dengan kunci yang baru saja mereka dapatkan.
Pintu terbuka secara perlahan...
Mereka berdua dihadapkan pada pemandangan yang lebih mencekam daripada yang mereka temui di dalam kamar. Bau busuk yang meresap masuk ke dalam hidung mereka, atmosfer yang terasa lebih gelap dan mencekam, serta pemandangan mayat-mayat yang telah membusuk berserakan di mana-mana, menambah ketegangan di hati mereka.
Suara anak-anak yang terjebak dalam kamar pun telah lenyap, meninggalkan keheningan yang mencekam.
Meski situasinya menakutkan, Tosia tidak peduli dengan nasib anak-anak itu. Yang penting baginya saat ini adalah keluar dari tempat ini.
Dengan hati-hati, Tosia memeriksa sekitarnya, memastikan bahwa aman untuk melanjutkan perjalanan. Setelah yakin tidak ada bahaya, dia membuka pintu dengan lebar.
Mereka berdua menutup hidung mereka, berusaha menahan bau busuk yang menyengat. Mereka melihat mayat-mayat yang tergeletak di mana-mana, menciptakan pemandangan yang mencekam di luar kamar mereka.
"Bau sekali!" ucap Tosia sambil mencoba untuk terbiasa dengan aroma sekitar.
Tosia berbalik dan melihat Neena yang masih menutup hidungnya dengan tangan.
"Kita berhasil," kata Tosia dengan bangga, meskipun masih merasakan ketegangan yang menggelayuti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUTANT ( In the orphanage )
Mystery / Thriller( completed) Di kedalaman panti asuhan yang tersembunyi di bawah tanah, Tosia, seorang gadis berusia 14 tahun, berbagi takdir gelap dengan anak-anak seusianya. Dikelilingi oleh dinding-dinding yang menahan rahasia mengerikan. Para suster yang merawa...