Malam ini Jennie di buat pusing kembali oleh tingkah Lili yang terus merengek gak mau sekolah.
" Nini, Lili gak mau sekolah hikss huawaa" isaknya memeluk leher Jennie.
Jennie menghela nafas, dia sebenarnya tidak ingin memaksa Lalisa kesekolah tapi karna ini adalah perintah langsung dari camernya, Jennie otomatis tidak bisa berbuat banyak.
Belum lagi malam ini hujan deras semakin membuat kepala Jennie berdenyut. Suara cempreng lalisa dan gemuruh hujan membuatnya tidak bisa berpikir.
" Nini tidak bisa membantumu baby karna ini adalah perintah dari ommi kamu" lembut Jennie mencoba memberi pengertian.
Tapi ya namanya lalisa mana mau mendengarnya, dia terus menangis karna keinginannya tidak terpenuhi.
Jennie hanya bisa menepuk² punggungnya dan menimang bayi besarnya agar tangisan kesayangannya berhenti.
Berurusan dengan ibu mertuanya adalah hal yang paling Jennie hindari karna takut dirinya kelewatan batas.
" Nini "
" iya sayang"
" mau dongdong"
Pinta Lili di sela² isak tangisnya.
Jennie mengangguk lalu menyingkap bajunya, 1 seminggu yang lalu dia dan camernya telah pergi ke dokter melakukan program ASI untuk Lalisa.
" habis dongdong bobo yaaa" perintah Jennie dan Lalisa mengangguk.
Jennie bersandar di sofa membiarkan bayi gedenya menyusui di dadanya.
Di pagi hari, Jennie menyiapkan seluruh perlengkapan untuk bayi gedenya termasuk bekal dan juga cemilan.
Jennie ini sudah mirip seperti ibu rumah tangga yang sedang mengurus anaknya.
" ahjumaa, saya titip ini dulu, saya mau keatas menjemput Lili!"
" Nee..."
Ahjuma berjalan menuju kearah Jennie dan mengambil alih pekerjaan wanita itu.
Jennie bergegas masuk kedalam kamar dimana Lili berada, gadis kecilnya itu tengah rebahan sambil bermain boneka Panda.
" Baby Lili, ayo ke bawah untuk sarapan" ajaknya namun ditolak oleh lalisa." GAK MAU, lili mau dirumah saja Nini"
Jennie mendengus, tanpa banyak bicara gadis itu mengangkat tubuh lalisa dan menggendongnya bagai koala.
" Jika tidak patuh sama Nini, Nini akan mencari baby baru saja yang lebih patuh sama Nini" ancam Jennie, seketika Lalisa mencebik kesal.
" gak boleh, baby Nini hanya Lili! Tidak boleh ada baby Lain!" Ketusnya menampol pipi Jennie
Plakk.
" aawwwhh sakit tau!" Ringis Jennie saat pipinya di gampar oleh kesayangannya.
" bodoh amat!" Ketus Lili cemberut.
Sesampai di meja makan, Lili tidak mau turun dari pangkuan Jennie. Jennie yang pahampun menghela nafas, beginilah resikonya punya calon istri anak kecil.
Tanpa mengatakan apapun Jennie menyuapi lalisa dengan lembut, tangan lentiknya yang tegas terus menyuapi calon istrinya dengan telaten.
" makan yang banyak biar pipinya jadi bakpao dan kamu mirip seperti babi" seloroh Jennie terkekeh.
Bukanya tersinggung Di ledek seperti babi, Justru lalisa malah menatap Jennie berbinar." Apakah Lili bisa jadi babi pink seperti milik madam Nayem.?"
" tentu saja bisa, emang kamu mau jadi babi hum?"
" mauuuu, Lili mau jadi babi nini karena itu sangat kiyowo seperti Xucin hehehe" cengirnya menatap Jennie puppy eyes.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Wife
FanfictionHidup seorang Jennie Kim di bilang mononton, tidak ada yang spesial di kehidupan gadis itu. Pacar gak ada, temanpun dia gak punya. Pokoknya kehidupannya hanya didedikasikan untuk bekerja dan bekerja.. membuat kedua orang tuanya beserta kedua sauda...