Ata memasuki panggung. Disana ia satu meja dengan salah seorang siswa lain. Perwakilan KaraKasa juga, Sean Adibara. Selain Ata, Sean juga salah satu siswa terbaik KaraKasa. Entah apa yang sekolah pikirkan, padahal ini hanya Fun Games, kenapa harus mengirim kedua terbaik.
"Long time no see, Swastamita," Sean menyapa.
Ata hanya mengangguk, "Hi."
Setelah mengumumkan akan diadakan Fun Games, orang-orang mulai berdatangan. Mulai dari murid KaraKasa sendiri, sampai murid-murid dari sekolah luar. Salah satu alasan mereka datang, melihat bagaimana kombo terbaik yang dikirim KaraKasa, ya, Ata dan Sean.
Namun Ata tidak peduli, manik matanya hanya mencari sahabat dan
── ya sedikit canggung tapi, ia mencari kekasihnya, Aru. Keempatnya berpisah di pintu masuk, mereka mencari tempat duduk dan Ata langsung ke belakang panggung.Sampai ia melihat lambaian tangan dari Haura, Haura tau jika Ata tengah mencari mereka. Ata tersenyum kala melihat tiga temannya yang bersorak untuk dirinya. Sebelumnya hanya Haura dan Raksa yang selalu datang untuk mendukung Ata, namun kali ini ia mendapatkan seseorang yang tak kalah spesial. Kekasihnya, Aru. Hal ini sungguh membayar semua yang seharusnya orang tua Ata berikan. Ah, ini membuat Ata kembali khawatir.
Setelah semua persiapan matang, cerdas cermat pun dimulai. Terdapat 40 soal yang dibacakan mulai dari matematika, fisika, biologi hingga kimia. Ata handal dalam menjawab soal-soal dengan rumus seperti matematika, dan Sean lebih mengandalkan memori kuat mengenai materi dari bilogi dan kimia. Perpaduan yang sangat menguntungkan bagi KaraKasa.
Aru kembali menangkat ponselnya, ia menangkap gambar dari gadis yang kini memiliki title sebagai pacarnya. Kadang kala ia bersorak sesaat Ata dengan mudahnya menjawab pertanyaan. Sungguh robot berkedok manusia cantik, pikirnya.
Sejenak ia memperhatikan wajah Ata, ada sesuatu yang hadir dalam benaknya. Ia kembali mengingat bagaimana sakitnya Ata kemarin. Dibalik wajah santai Ata dalam menjawab soal, ia juga memiliki tekanan dalam setiap langkahnya. Bagaimana Ata yang terus-menurus membuka buku, tak kenal waktu, sekalipun ia baru saja pulang dari tempat les.
Ata pun pasti pernah berada dititik terendah. Namun ia selalu menutupinya dengan wajah ambisiusnya dalam belajar. Dan mungkin, sikap ambisiusnya dalam belajar sebenarnya bukan tercipta dari diri Ata sendiri. Entahlah, pada saat ini fokusnya hanya tercipta untuk memberikan kebahagiaan pada Ata. Sedikitnya, ia bisa memberikan rasa bangganya seperti yang Ata harapkan pada Johan.
"Woi, Aru."
Ditengah fokusnya pada Ata, Haura memanggil dirinya. Aru membalasnya hanya dengan tautan alis.
"Lo serius sama Ata?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Haura.
Pasalnya, Haura benar-benar khawatir akan hubungan mereka. Bukan sebentar ia mengenal Ata, ia tau betul bagaimana latar belakang Ata.
"Gue suka sama Ata semenjak pertama kali ketemu di hari pertama orientasi, Hau. Dan rasa itu nggak pernah hilang sedikitpun dari gue," ia menjawab dengan penuh keyakinan. Karna memang itulah adanya.
"Berarti lo harus tau gimana latar belakang keluarga Ata. Ru, gue nggak akan bilang banyak. Gue cuma mau bilang intinya," Haura kembali memandang Ata dipanggung yang baru saja menjawab pertanyaan dengan benar. Kali ini, Aru merasakan atmosfer serius yang Haura buat.
Haura tidak punya waktu lain selain mengatakannya pada saat ini. Ia hanya ingin Aru mengenal Ata seperti yang ia kenal.
"Ata punya keluarga, Ru. Tapi Ata pernah dapet peran dari sebuah keluarga."
Satu kalimat yang lantas cepat Aru pahami. Jadi, inilah diri Ata sebenarnya.
Haura menunjuk Ata dengan dagunya, "Lo pikir, yang jadiin Ata kaya robot di depan keinginan dia sendiri?"
Haura lantas menggeleng diakhir kalimatnya, "Bukan Ata yang mau, Ru."
"Gue mau, lo kenal Ata kaya Ata yang gue kenal. Gue masih belum bisa kasih perhatian penuh ke Ata yang sehari-hari selalu dibuat rapuh. Kalau lo mau serius sama Ata, tolong, jadi rumah untuk dia."
Tatapan Haura penuh harap pada Aru. Matanya tidak bisa berbohong. Haura tidak ingin Ata disakiti laki-laki pada kali pertama ia jatuh cinta. Dan ia perlu memastikan jika Aru lah orang yang tepat untuk Ata.
"Cuma itu yang bisa gue bilang. Selebihnya biar Ata sendiri yang cerita."
"Dan Angkara Kasa berhasil menduduki peringkat satu Fun Games!"
Ucapan Haura tepat berhenti bersamaan dengan selesai sesi fun games. Seperti biasa, Ata menunjukkan dirinya sebagai robot pintar yang selalu menjadi seorang juara.
Baik Ata maupun Aru, kedunya saling menatap. Bertukar senyum. Mulut Aru bergerak mengatakan sesuatu.
"Aku selalu bangga sama kamu."
Itulah ucapan yang dapat Ata tangkap dari depan panggung. Lagi, Aru orang pertama yang bangga dengannya.
✧ ────────────────── ✧Berhubung diadakannya
KaraKasa Olympic Festival, para siswa dibebaskan untuk pulang kapan saja. Hal itu membuat keempat memutuskan untuk pulang lebih cepat. Tepatnya setelah acara Fun Games berakhir."Aku mau culik kamu lagi, boleh?" Ujar Aru kala kedunya berjalan bersama.
Ata menoleh kesampingnya, "Oh, jadi sekarang culiknya harus izin dulu ya? kayanya kemarin langsung narik aja, tuh."
Aru menggaruk tengkuknya, "Jadi, boleh nggak, cantik?"
Sebelum memutuskan, Ata melirik arlojinya. Ia memastikan waktunya untuk ke tempat les masih lama.
Dirasa aman, Ata mengangguk mengiyakan ajakan Aru.
"Memang mau kemana? Ngajak aku lari-larian lagi?" Ata bertanya.
Aru menggeleng cepat, "Ke tempat yang lebih spesial."
Ia lantas menggenggam tangan Ata, ditariknya gadis itu supaya berjalan lebih cepat ke area parkir. Karna sendari tadi, ia dapat melihat wajah Ata yang cemas lantaran keduanya selalu diperhatikan orang-orang.
"Kamu bawa jaket aku?"
Belum sampai sedetik, Ata sudah mengeluarkan jaket hitam yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini.
"Selalu aku bawa, apalagi kalau les."
Aru tersenyum mendengarnya, berarti selama ini Ata mengikuti perkataan nya tempo hari.
"Ayo, naik."
Aru mulai melajukan si bolis, vespa kesayangannya. Membelah jalanan kota Bandung yang sejuk. Menunju tempat yang tak pernah hilang sejuk untuk dirinya.
✧ ────────────────── ✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Aru; Rumah untuk Ata.
FanfictionKarna untuknya, rumah hanyalah tempat berlindung dari panas dan hujan. Bukan untuk pulang. ────────────────── ✧ Cerita ini diikuti sertakan dalam event menulis Seluna Writing Publisher.