Sudah kutanamkan baik pemikiran untuk tidak terkejut dengan perubahan alur, nyatanya bukanlah hal yang mudah diterapkan. Terlebih dengan yang terjadi saat ini. Bangun tidur, kejutan yang sama sekali tak terbayangkan menanti. Datang empat makhluk yang sama sekali tidak terduga eksistensinya.
"Hoamm...!!" Membuka mata dan melakukan peregangan. Duduk sejenak mengumpulkan nyawa yang bercecer, kurasakan tubuhku yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Biasanya suara Dena lah yang menyambutku. Tak ingin terlalu memikirkannya, aku segera bangkit dari kasur untuk membersihkan diri tanpa menunggu Dena.
Berjalan lunglai dengan wajah kusut khas bangun tidur, kupaksakan kaki untuk berjalan selangkah demi selangkah, "Selamat pagi!" baru setengah jalan, terdengar suara berat yang menghentikan langkahku. Hingga kulihat empat penampakan berkepala emas yang membuatku membeku ditempat.
Muka bantal, rambut acak acakan, wajah cengo dan pikiran sedang memproses keadaan. Berbanding terbalik dengan empat makhluk yang dipagi hari sudah berpakaian rapi juga harum. Tampak keempat makhluk itu duduk tenang disofa dengan camilan dan teh tersaji. Ya, mereka adalah Tuan Duke dan ketiga putranya.
"Kau baik baik saja?" suara berat nan serak Duke mengawali.
"Huh? Ya?" Linglung, aku tidak sadar dengan ucapanku.
"Pfft...!"
Hingga suara tawa ringan membawa kembali kesadaranku. Kulihat Zachary tertawa dan tiga lainnya tersenyum tipis. Aku melebarkan mata ketika menyadari apa yang terjadi.
"Em...Tu-Tuan Duke, bisakah anda menunggu beberapa menit?" tanyaku ingin segera memastikan keadaan.
"Hm? Baiklah."
"Terimakasih."
Setelah mendapat jawaban, secepat kilat aku melesat masuk kamar mandi. Dan tanpa sadar menutup pintu dengan keras.
"Ha-ha-ha! Apa apaan itu?" ujar Zachary diiringi tawa geli, "Haishh! Apa yang aku lakukan?" kemudian menggerutu pelan setelah sadar yang dilakukannya.
Sementara itu didalam kamar mandi Irish tengah memproses keadaan. Setelah sadar pipinya memerah. Melihat pantulan dicermin, Irish tidak bisa berhenti merutuki diri melihat keadannya sendiri. Ingin rasanya mengulang waktu agar dapat bangun lebih awal.
Bangkit dari pikiran, secepat kilat Irish mencuci muka dan mandi. Mengingat masih ada orang yang menunggunya. Mengeringkan rambut, mengenakan gaun seadanya dan memakai parfum. Tak lupa menyisir rambut, hanya menyisir tidak memakai hiasan apapun itupun dilakukan dengan kilat. Penampilan yang lumayan, lebih segar dan tidak bau.
* * *
Disinilah aku, duduk sedekat ini dengan keluarga Irish selain di ruang makan. Di sofa single duduk Tuan Duke Ackerley, disebelah kanan ada Zachary, Maxime juga Theo tepat dihadapanku. Melirik kesamping, kulihat Zachary dengan wajah cerah berseri, bisa dipastikan dia sudah sembuh.
Mengalihkan pandangan kedepan, nampak Maxime tengah menikmati secangkir teh dan terlihat pula Theo yang memangku Choco. Tunggu, Choco? Melebarkan mata kala menyadari hal itu. Bagaimana bisa? Padahal semalam Choco tidur disampingku.
Menyadari tatapan intens mengarah padanya, Theo semakin gencar mengelus Choco. Lupakan saja, sekarang yang terpenting adalah mengetahui alasan keberadaan mereka disini. Karena sedari tadi hanya ada keheningan tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Bagaimana keadaanmu?" suara Duke memecah keheningan. Inilah yang sedari tadi ditunggu-tunggu.
"Ah..?! Saya baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Mine
FantasyOrrin Nara gadis berusia 18 tahun. Merasa hidupnya tidak beruntung. Ditinggalkan Ibu dan kakak laki laki satu satunya, membuat dia harus tinggal bersama ayahnya yang seorang penjudi, pemabuk dan sering melakukan kekerasan. Luka fisik dan mental tak...